Nenek berkata sembari menepuk-nepuk punggung tangan Olivia. “Kamu sama Stefan juga belum ngadain pesta pernikahan, ‘kan? Punya anaknya nanti saja setelah kalian pesta. Sekarang kalian nikmati dulu masa-masa berdua.”Asalkan mereka berdua tidak menyengaja KB, Nenek akan tenang. Kapan punya anak, hanya masalah waktu saja. Olivia mengiyakan pendek. Dia memang tidak buru-buru. Sedapatnya saja. “Stefan.” Nenek tiba-tiba memanggil Stefan yang sedang menyetir, “Calvin sudah mulai bergerak, belum?”“Mana kutahu, Nek. Aku cuma ngurusin masalah dia di kantor. Setelah pulang kerja, dia ngapain, aku nggak peduli lah. Sudah dewasa, kok. Bukan anak-anak usia tiga tahun lagi. Nggak perlu juga ‘kan kuawasi tiap hari.”Nenek menelan ludah. “Maksud Nenek Rosalina, ya?” Olivia bertanya pada Nenek, “aku pernah ketemu sama dia.”Nenek sudah tahu bahwa Olivia dan Rosalina pernah bertemu. Bahkan kejadian Olivia membantu Rosalina di pesta, Nenek juga tahu. Hanya saja karena Olivia tidak pernah lebih dulu
Nenek merasa lega begitu melihat pintu gerbang vila terbuka lebar. Dia menoleh ke belakang, ada mobil Daniel. Odelina dan anaknya ada di dalam mobil itu. Di belakang mobil Daniel, ada keluarga Pak Sanjaya.Aksa harus menemani istrinya sedang yang mengandung. Tiara sedang sangat mual belakangan, dia tak bisa keluar rumah. Sedangkan Aldi jarang berada di rumah. Nenek Yuna tidak mengajaknya. Hanya mereka berdua yang datang. Stefan memimpin, memarkirkan mobil di area parkir terbuka. Kepala pelayan vila, Pak Joni, dengan wajah ceria menyambut mereka. Ketika Stefan turun dari mobil, Pak Joni membukakan pintu untuk Nenek, tapi Nenek menolak bantuannya. Nenek ingin menunjukkan bahwa dia masih kuat dan sehat."Bu," sapa pak Joni ramah.Nenek menunggu Olivia menghampirinya, lalu menjelaskan, “Olivia, dia orang yang merawat rumah ini, Pak Joni. Dia sudah bekerja di sini lebih dari dua puluh tahun. Dia lah yang merawat Stefan dan adik-adiknya sampai dewasa.”Pak Joni orang yang sangat detail. S
Saat ini, mereka terpaksa duduk bersama. Dewi dengan hangat meraih tangan Odelina, tersenyum sambil berkata, "Odelina, besok-besok datang saja langsung, nggak usah bawa hadiah segala.”Odelina tersenyum, "Nggak banyak, kok. Ini cuma sedikit. Seadanya.”Dewi melihat Russel yang sedang dipeluk oleh Olivia, lalu sambil tersenyum bertanya, "Russel mau digendong?”Daniel yang sedang membantu Odelina membawa barang-barangnya, menyela dengan candaan, "Tante, Russel ini pilih-pilih mau digendong siapa. Dia nggak mau sama aku.”Dewi melihat Daniel membawa banyak barang, sudah seperti pekerja yang mengurus orang pindahan saja. Sebenarnya Pak Joni sudah meminta orang-orangnya untuk membawakan barang-barang itu. Daniel tak perlu melakukannya. Apa Daniel sedang mencari perhatian?Dewi seperti sudah tahu kenapa Russel tidak mau digendong oleh Daniel. Dewi tersenyum dan berkata pada Daniel, "Daniel, Russel nggak mau kamu gendong, mungkin karena mukamu seram. Kamu harus dengerin kata Mamamu, hilangi
Supaya lebih mudah berdiskusi, Nenek Yuna duduk di sebelah Odelina. Nenek Yuna menerima kertas merah yang diberikan oleh Nenek Sarah. Lalu bersama-sama dengan Odelina memilih tanggal yang cocok. "Semuanya, gimana kalau pakai tanggal ini saja. Nggak terlalu dekat, juga nggak terlalu jauh. Kita semua bisa bersiap-siap,” kata Nenek Yuna kepada orang tua keluarga Adhitama.Setelah sang adik meninggal, Nenek Yuna merasa perlu untuk mengambil alih tanggung jawab pernikahan keponakannya. Dia pasti akan membuat pernihakan Olivia semegah mungkin. Tidak akan ada yang meremehkan Olivia.Nenek dan yang lainnya dari keluarga Adhitama tidak ada masalah dengan tanggal yang dipilih Nenek Yuna. Kapan pun tanggal yang dipilih mereka adalah tanggal yang dipilih dengan hati-hati dan yang terbaik bagi semuanya.Terakhir, mereka menanyakan pendapat Stefan dan Olivia. Olivia tidak masalah. Namun, ketika Stefan melihat tanggal yang dipilih oleh para orang tua, dia diam-diam menghitung hari. Ternyata tanggal
Saat duduk di samping Reiki, Junia mengintip wajah bingung Daniel sambil menahan tawa. Daniel dan Stefan tidak jauh beda.Reiki sangat pandai bicara. Dia sudah seperti konsultan profesional saat bersama Daniel dan Stefan. Amelia dan Jonas sepertinya sedang berbincang sangat seru. Jika tidak sedang mengobrol dengan Amelia, Jonas pasti sudah cepat-cepat pergi dari situ. Dia sangat tidak suka situasi seperti ini. Melihat Neneknya seperti itu seolah-olah melihat kakeknya. Ibunya juga selalu khawatir tentang urusan pernikahan mereka bertiga.Untungnya, neneknya tidak seaktif Nenek Sarah. Nenek Yuna sudah menyerahkan mereka bertiga pada istri kakaknya.Siapa suruh Mulan punya potensi menjadi mak comblang?Reiki menyeringai pada Daniel sejenak dan berkata, "Orang kasar sepertimu nggak akan bisa pakai pensil ukuran 0.25.”"Aku nggak suka pensil 0,25, terlalu kecil. Paling nggak aku biasa pakai pensil 0,5," jawab Daniel polos.Reiki langsung ke Junia, tidak mau lagi bicara dengan Daniel.Dani
"Den Jonas, senyuman mereka berdua aneh nggak, sih?” tanya Amelia saat sesekali menoleh ke arah dua teman baiknya itu.Saat melihat Stefan dan Olivia saling berbisik mesra, tak bisa dipungkiri Amelia merasa iri. Dia sungguh iri pada Olivia karena pasangan Olivia adalah Stefan, pria yang dia cintai selama bertahun-tahun. Stefan pernah bersikap dingin dan acuh padanya. Hal itu membuat Amelia berpikir mungkin Stefan memang tidak bisa bersikap lembut pada wanita. Tetapi, setelah melihat bagaimana Stefan memperlakukan Olivia, Amelia sadar bahwa Stefan ternyata bisa bersikap lembut. Dan sikap itu, tidak pernah untuk dirinya.Tentu saja, meskipun iri, Amelia sudah benar-benar merelakan Stefan. Terutama ketika Stefan memanggilnya "sepupu" demi Olivia. Amelia tahu bahwa pria ini tidak akan pernah menjadi miliknya. Banyak pria baik lain di luar sana, Amelia tidak perlu terus-terusan mencintai Stefan. Menggantung dirinya pada sebatang pohon.Asalkan Stefan memperlakukan Olivia dengan baik, dia ak
"Oke," jawab Jonas.“Den Jonas, rumah kalian juga di pegunungan, ya?”"Mbak Amelia, panggil saja aku Jonas. Kita mau jadi tetangga, nggak perlu se-asing itu satu sama lain, ‘kan? Bukannya kata orang tetangga adalah keluarga terdekat kita juga,” lanjut Jonas."Oke, dan kamu juga jangan panggil aku Mbak Amelia, dong. Seperti kamu bilang, nggak usah terlalu formal. Panggil Amelia saja.” jawab Amelia dengan senyuman.Jonas kemudian berkata, "Rumah kami, sama kayak punyanya keluarga Adhitama. Di daerah pegunungan juga, namanya Vila Ferda.”Jonas melihat pemandangan sekitarnya sejenak, kemudian berkomentar, "Sepertinya Bu Sarah dan nenekku seleranya mirip. Mereka itu kan dari generasi yang sama, punya pemikiran estetika yang sama juga. Vila Ferdan sama Vila Permai hampir sama vibes-nya. Kalaupun mau dicari perbedaannya, ya mungkin Vila Ferdan sedikit lebih besar.”Amelia juga melihat-lihat pemandangan di sekitarnya, “Aku pernah mimpi tinggal di sini. Enaknya tempat ini itu tenang, jauh dari
“Kemudian Dewa Jodoh terpaksa turun ke dunia untuk membantu muridnya membereskan kekacauan, menghubungkan kembali ikatan antara pria dan perempuan yang seharusnya berjodoh menjadi suami istri. Waktu itu aku sendiri masih kecil nggak mengerti apa-apa tentang cinta, tapi ketika melihat dia menghubungkan tali merah ke kaki orang lain, aku merasa sangat seru dan juga sangat ajaib.”Stefan, “Memangnya ada film seperti ini? Aku sudah nggak ingat lagi, aku sangat jarang mempunyai waktu untuk menonton film.”Dirinya adalah penerus perusahaan, sehingga dari kecil Stefan harus belajar lebih banyak dari pada anak-anak seusianya, mengikuti berbagai jenis pelatihan dan keterampilan, mana ada waktu untuk menonton.“Dulu ketika Papa Mama masih ada, aku sering menonton serial drama sama Papa dan Mama. Dulu televisinya masih hitam putih, serial yang paling aku suka yaitu Journey To The West.”“Setelah Papa Mama tiada, aku dan kakakku saling bergantung satu sama lain, setiap hari sibuk belajar sehingga