Yuna dan Amelia juga terlihat sedih setelah mendengar cerita tentang kenangan pahit Olivia dan Odelina. Bahkan mata Yuna juga sudah mulai berkaca-kaca. Nasib kedua kakak beradik ini pastinya tidak akan semalang yang mereka ceritakan kalau saja Yuna dan Amelia segera menemukan mereka. Walaupun dia tidak bisa mengubah takdir kematian adiknya, setidaknya dia bisa melindungi kedua keponakannya. Mereka harus diperlakukan kejam dan dingin oleh manusia-manusia itu di usia yang masih sangat muda. “Olivia, kamu tenang saja. Semuanya sudah berlalu,” ujar Stefan sambil memeluk Olivia dengan perasaannya yang sedih. Tahun lalu, Stefan menemani Olivia menghadapi perdebatan tentang buku diari kakaknya yang dia posting di twitter. Stefan hanya berani membaca buku harian itu satu kali. Dia merasa sangat sedih dengan kehidupan yang dijalani istrinya dahulu. Walaupun Stefan bukan orang sentimental, matanya langsung berkaca-kaca setelah membaca buku harian itu. Terkadang, orang yang paling jahat dan b
Istri Fadli langsung bertanya kepada ibu mertuanya, “Apa kalian memiliki sertifikat rumah ini? Kalian seharusnya sudah mengganti nama kepemilikan rumah ini menjadi nama kalian.”Mungkin saja, kedua orang tua Olivia menggunakan nama kakek dan nenek Hermanus untuk rumah ini dengan tujuan untuk menghormati mereka. Jadi, kedua kakak beradik itu tidak akan bisa mengambil rumah itu, sekalipun orang tua mereka yang membangunnya. “Aku nggak bisa menemukan sertifikat itu. Kami juga nggak ngerti mengenai masalah-masalah seperti itu. Yang terpenting bagi kami, kamilah orang yang tinggal di situ. Memangnya siapa yang berani mengusir kami dari rumah anak kami sendiri? Pasti dua orang perempuan kurang ajar itu yang sudah mengambil sertifikat rumah ini,” ujar Nenek Puspa penuh kebencian. “Nek, Kak Olivia keluar lagi,” ujar Hendra cepat. Hendra merasa tubuhnya menegang ketika melihat Olivia dan Stefan keluar dari dalam rumah. Dia benar-benar takut dengan sepupunya itu. “Hendra, sini!” panggil Oliv
Odelina merasa kalau saran adiknya cukup bagus.Jadi, dia menganggukkan kepala seraya berkata, “Oke, kita lakukan saranmu.” Stefan melihat jam tangannya lalu berkata, “Kita sudah hampir sampai, nih. Lebih baik sekarang kita makan dulu saja, ya. Kita orang dewasa mungkin masih belum lapar, tapi tidak dengan Russel yang masih kecil. Dia pasti sudah lapar.”Olivia juga tidak menyadari kalau waktu sudah hampir menunjukkan waktu makan siang ketika dia melihat jam tangannya. “Oke, kita makan dulu saja. Aku juga sudah lama nggak makan makanan daerah sini,” balas Olivia sambil menganggukkan kepalanya. “Kita harus cepat menyiapkan gugatan yang akan kita ajukan sesampainya di kota nanti,” ujar Olivia kepada kakaknya. Odelina hanya terdiam tanpa mengucapkan apa pun. Olivia teringat kalau lusa kakaknya pasti akan disibukkan mengurus tokonya. Jadi dengan penuh kebijaksanaan Olivia pun berkata, “Kak, serahkan saja urusan ini padaku. Aku tahu kok kalau Kakak masih harus mengurus toko Kakak. Jad
Roni baru saja datang ketika melihat toko belum dibuka. Dia sempat berbalik dan ingin pergi dari tempat itu ketika dia melihat Odelina datang bersama Russel dengan menggunakan kendaraan listrik. “Odelina!” seru Roni lantang. Sebenarnya, Odelina ingin memutar balikkan kendaraannya dan pergi menjauh ketika mendengar panggilan Roni. Roni dan keluarganya selalu saja menghantui dirinya dan Russel. Padahal Roni tidak pernah terlihat merindukan Odelina dan anaknya ketika mereka belum bercerai. Odelina akhirnya membatalkan niatnya untuk memutar balik setelah melihat wajah Russel yang bahagia bertemu dengan ayahnya. Lagi pula, Odelina bukanlah penjahat, jadi dirinya juga tidak perlu menghindar dari Roni. Roni berjalan menuruni tangga dan bergegas menghampiri Odelina yang sedang memarkirkan kendaraannya. “Russel!” panggil Roni sambil menurunkan Russel dari kendaraan listrik ibunya. “Russel, kangen sama Papa nggak?” tanya Roni sambil tersenyum. “Kangen, dong,” jawab Russel.Kemudian Roni
“Kamu pesan sekeranjang bunga untukku? Istrimu pasti marah banget sama aku kalau sampai dia tahu kamu kasih aku bunga. Dia pasti akan berpikir kalau aku sudah merayu suaminya. Konyol sekali, ya. Kenapa juga aku harus menggoda laki-laki kayak kamu? Lagi pula, ngapain aku godain mantan suami aku sendiri? Kayak nggak ada laki-laki lain yang lebih baik dari kamu,” ujar Odelina sinis.Roni merasa sangat malu setelah mendengar perkataan Odelina. Bagi Odelina, Roni adalah seorang laki-laki kurang ajar. Jadi, dia tidak akan mungkin akan kembali dengan Roni. Roni benar-benar tidak mengerti dengan cara berpikir ibu dan saudarinya. Dahulu, mereka memperlakukan Odelina seperti sampah. Lalu sekarang mereka justru ingin Roni menikah kembali dengan Odelina. Memangnya mereka anggap apa Odelina ini? Seseorang yang bisa dipanggil ketika mereka menginginkannya lalu mereka juga akan menendangnya ketika mereka tidak lagi membutuhkannya.“Odelina, aku akui kalau aku salah padamu. Tapi semua itu kan sudah b
Yenny dan Roni tidak ingin kembali ke desa dan bertani. Satu-satunya cara agar Stefan bisa melepaskannya adalah dengan memperbaiki hubungannya dengan Odelina. Roni pasti akan menunda perceraiannya dengan Odelina kalau saja dia tahu Odelina akan menjadi istri dari CEO Adhitama Group. Dengan begitu, Olivia tidak akan menyuruh Stefan untuk membuat hidup Roni dan Yenny menderita. Pada awalnya, Roni sudah menduga kalau Stefan adalah pewaris keluarga Adhitama. Namun, kehidupan Olivia juga tidak bergelimangan harta. Oleh karena itu, dia berusaha melupakan semua tebakannya. Namun, kenyataannya semua tebakan itu benar adanya. Stefan adalah pewaris keluarga Adhitama. Roni hanya bisa terdiam setelah mendengar perkataan yang keluar dari mulut Odelina. “Pak Roni, silakan kamu keluar dari sini kalau memang tidak ada hal lainnya yang mau kamu bicarakan denganku," ujar Odelina ketus. Roni masih memeluk Russel di pangkuannya lalu berkata, “Aku mau menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain sama
“Tapi keluarga Yenny tidak sebaik Olivia. Olivia bukan hanya membantu urusan rumah, tapi dia juga membantu membuat sarapan dan mengurus Russel. Sarapan setiap hari selalu tersedia dengan rapi di meja makan setiap aku mau berangkat kerja. Aku benar-benar tidak perlu memedulikan apa pun sebelum berangkat kerja.”“Tapi sekarang, Yenny sama sekali tidak mau bangun pagi dan menyiapkan sarapan untukku. Aku harus bangun pagi dan menyiapkan sarapanku sendiri. Keluarga Yenny hanya mau untungnya saja tapi nggak mau membantu sama sekali urusan apa pun,” ujar Roni dengan wajah sedih. Odelina sangat marah setelah mendengar perkataan Roni lalu dia pun berkata, “Kamu pikir adikku itu pembantu gratis, ya? Kamu ingat nggak, kenapa kita bertengkar tahun lalu? Kamu bilang kalau adikku tinggal di rumah ini secara gratis. Bahkan uang enam juta yang diberikannya setiap bulan sama sekali nggak ada gunanya.”“Lalu sekarang kamu bilang adikku baik karena nggak ada lagi yang mau menjadi pembantu gratis di ruma
Daniel melintas di depan toko Odelina setelah pulang kerja dan melihat Roni sedang menggendong Russel sambil berjalan keluar toko. Dia mengira kalau Roni sedang berusaha mengambil Russel dari Odelina. Daniel buru-buru menghentikan mobilnya di depan toko Odelina dan turun dari mobil. “Russel!” seru Daniel sambil bergegas menghampiri Roni dan Russel. Dia dengan cepat mengambil Russel dari pelukan Roni. Kemudian menendang Roni sampai akhirnya Roni terjatuh di atas tangga. Roni menatap Daniel dengan heran. Kenapa Daniel mengambil putranya dan menendangnya?“Pergi kamu dari sini! Jangan lagi kamu berani mengambil Russel dan menyerang Odelina. Kalau kamu masih berani mengganggunya, aku pasti akan memberikanmu pelajaran!” seru Daniel kesal. Roni masih terdiam sambil menatap Daniel bingung.“Papa!” seru Russel sambil berusaha turun dari gendongan Daniel. “Pak Daniel, kayaknya kamu salah paham. Aku di sini bukan mau merebut Russel ataupun menyerang Odelina. Aku ke sini karena ingin bermai
Terlalu banyak cucu juga bukan hal yang baik.“Nggak, kok. Nenek nggak bilang apa-apa tentang kamu. Jangan selalu berpikiran buruk tentang Nenek, ya,” ujar Rosalina dengan maksud bercanda.Mendengar itu, Nene Sarah dengan sengaja meninggikan suaranya, “Rosalina, aku kasih tahu, nih. Calvin waktu kecil suka ngompol. Waktu umur dia lima tahun saja kadang-kadang masih suka ngompol. Dia selalu ngaku cari kamar mandi di mimpinya. Pas lagi nyari, begitu ketemu langsung pipis.”“Nenek!” sahut Calvin di telepon.Ya, baiklah. Di antara kakak beradik itu, memang Calvin yang paling sering mengompol. Yang lain pada umumnya sudah tidak mengompol lagi di usia mereka sudah bisa berbicara. Begitu mereka ke kamar mandi sebelum tidur, mereka akan tertidur lelap sampai hari mulai terang. Berbeda dengan Calvin,dia justru banyak minum menjelang tidur dan tidak ke kamar mandi. Makanya, dia sering terbangun di tengah malam untuk pipis. Namun bagaimanapun juga, Calvin baru berusia 5-6 tahun dan masih dianggap
Nenek Sarah tersenyum, lalu dia berkata, “Aku nggak peduli apa kata mereka. Toh cucuku ya milikku. Aku yang membesarkan mereka dari kecil, aku dan suamiku yang bersusah payah mendidik mereka dengan sepenuh hati. Aku yang paling tahu seperti apa sifat mereka, dan wanita seperti apa yang cocok dengan mereka. Aku cuma mau cucuku bahagia dan memberikan mereka istri yang pantas. Apa itu salah? Orang-orang bilang Olivia nggak pantas untuk Stefan. Mereka sering kali bertanya memangnya sudah berapa lama Olivia masuk ke keluarga Adhitama? Atau bertanya dengan kemampuan yang Olivia miliki, apa dia pantas untuk Stefan?”Sarah dari dulu memang lebih menyayangi Olivia. Dia melanjutkan, “Aku justru sangat berterima kasih sama Olivia karena dia mau menikah sama Stefan. Dengan sifat Stefan yang temperamental itu, bisa jadi dia nggak akan dapat pasangan seumur hidup. Bahkan para ahli juga pada bilang kalau Stefan dan Olivia itu memang ditakdirkan untuk jadi suami istri seumur hidup. Mereka mendapatkan
Tante Rida pernah berpesan kepada Rosalina. Andaikan Rosalina sungguh mencintai Calvin, maka terimalah cintanya. Jangan sampai Rosalina melewatkan kesempatan ini atau dialah yang akan menyesal nantinya.Setiap anak lelaki yang terlahir di keluarga Adhitama, entah di urutan yang keberapa pun, mereka sama-sama mendapatkan pendidikan yang setara. Cara mereka menyikapi hubungan asmara juga sama, yaitu fokus dengan pasangan masing-masing bahkan sampai ke tahap buta asmara. Mereka tidak akan jatuh cinta dengan mudah, tetapi sekali jatuh cinta, maka itu akan menjadi komitmen seumur hidup.“Aku bisa mengerti. Memang ini sudah risiko menjadi bagian dari keluarga yang dikenal banyak orang,” ujar Sarah, seraya menepuk punggung tangan Rosalina dengan kasih sayang.Rosalina tersenyum dan berkata, “Nek, yang aku bilang itu dulu. Sekarang aku sudah nggak merasa tertekan atau merasa minder lagi. Dulu aku merasa beruntung karena Calvin sudah memilih aku. Sekarang aku merasa aku pasti punya suatu kelebi
“Duduk dulu di sana, kita bicarakan pelan-pelan,” kata Nenek Sarah seraya menunjuk ke sebuah gazebo yang terletak tidak jauh dari mereka.”Rosalina dengan lembut menanggapi ajakan itu dan menuntun Sarah menuju ke gazebo yang dimaksud. Setelah mereka sampai di sana dan duduk, Sarah memegang tangan Rosalina dan berkata kepadanya, “Rosalina, tekanan menjadi menantu di keluarga Adhitama pasti berat, ya. Nggak peduli apa pun yang kalian lakukan, pasti akan selalu ada mata yang terus mengawasi setiap pergerakan kalian kalaupun kalian melakukannya dengan baik, nggak banyak orang yang kasih pujian ke kalian, dan kalau mereka merasa kalian kurang baik, pasti banyak yang menghujat. Kalau privasi kalian nggak terjaga dengan baik, pasti akan dengan mudah tersebar ke luar dan menimbulkan rumor yang jadi hiburan untuk orang lain. Ini akan bikin kalian sangat frustrasi dan kerepotan.”Namun ketika mendengar itu, Rosalina hanya mengatupkan bibirnya dan menjawab, “Nek, aku baik-baik saja, kok. Awalnya
Sarah hanya ingin mencari topik pembicaraan dengan cucu menantunya itu, makanya dia pura-pura tertarik.“Aku rasa mereka orang yang sama. Mereka sampai cari satu pengganti untuk menyamar jadi Giselle. Habis itu, Lisa juga muncul di depanku. Dia ingin buat aku nggak curiga. Target mereka sepertinya Olivia. Tapi karena aku paling kenal Giselle, jadi mereka mau nggak mau harus libatkan aku juga.”Hanya dengan membuat Rosalina tidak curiga, Olivia baru akan berhenti curiga. Karena Rosalina kakaknya Giselle.“Aku hanya ingin beritahu Olivia, biar bisa analisis bersama. Rasanya mereka sedang main catur besar di belakang. Nggak perlu terburu-buru. Mereka nggak buru-buru, kita juga nggak buru-buru. Makanya aku pagi ini baru datang ke sini, tapi ternyata Olivia sudah pergi.”Rosalina merasa iri pada Olivia. “Aku juga ingin libur, bawa anak-anak pergi main. Tapi sayangnya aku nggak punya keponakan.”Rosalina memiliki adik perempuan, tapi Giselle juga belum menikah. Jadi dia belum memiliki kepona
“Iya, Mama sudah tua, nggak usah keliaran ke mana-mana dan buat anak-anak khawatir,” kata Dewi.Sarah sengaja melotot ke arah menantunya. “Kenapa kamu ikut-ikutan juga? Aku nggak keliaran. Sekarang aku diam saja di rumah, kan? Aku nggak ikut Oliv pergi gendong Audrey.”Dewi langsung mengungkap kebohongan ibu mertuanya. “Bukannya karena Mama selalu mau culik anak orang setiap kali pergi ke sana jadi sekarang mereka nggak mau terima kunjungan Mama?”Wajah Sarah memerah. Rosalina spontan tertawa cekikikan.“Rosalina, temani Nenek jalan-jalan. Suasana hati Nenek jadi nggak bagus karena tantemu. Dia nggak kasih aku cucu perempuan. Aku suka cucu orang lain, dia malah salahkan aku.”“Mama juga nggak punya anak perempuan, masih saja mau salahkan aku. Memangnya kami yang nggak mau punya anak perempuan? Ada masalah dengan feng shui keluarga Adhitama. Aku curiga rumah dan makam leluhur kita ada di tanah milik seorang biksu,” kata Dewi sambil menutup mulut untuk menahan tawa.Keluarga Adhitama han
Sarah pun tidak marah. Dia justru berkata, “Sekarang transportasi sudah mudah. Ada pesawat terbang, kereta cepat, mau ke mana-mana gampang. Pagi di Kota Mambera, siang sudah di luar negeri. Takut apa jauh? Yang penting orangnya baik, cocok untuk anak-anak. Kalian harusnya senang, malah bilang orang yang aku pilihkan kejauhan. Kalau suruh kalian yang urus, rambut kalian pasti akan semakin cepat beruban. Mana bisa santai seperti sekarang.”Sarah menyentuh rambut putihnya dan berkata lagi, “Rambutku putih semua karena mengkhawatirkan pernikahan mereka.”Dewi melihat rambut putih ibu mertuanya dan bercanda, “Mama bisa saja cat rambut Mama jadi hitam. Mama rawat diri dengan baik, kelihatan seperti baru usia awal enam puluhan. Kalau rambut Mama dicat hitam, pasti kelihatan lebih muda.”“Nggak mau. Harus berani hadapi kenyataan kalau aku sudah tua.”Orang yang datang adalah Rosalina. Baru saja masuk ke ruangan, dia mendengar percakapan santai antara ibu mertua dan menantunya.“Nenek, Tante.”
Setelah Olivia dan yang lainnya pergi, Dewi baru menelepon Yuna. Yuna pun segera mengangkat telepon.“Oliv sudah berangkat?” tanya Yuna.“Baru saja berangkat. Aku lihat dia dan Russel naik ke helikopter, sampai helikopternya terbang jauh, aku baru berani telepon kamu. Dia nggak akan bisa dengar percakapan kita, kecuali dia punya pendengaran super.”“Oke, terima kasih sudah kasih kabar.”“Sama saudara sendiri nggak perlu sungkan-sungkan. Toh, tujuan kita sama,” kata Dewi.“Kamu juga sungkan sama aku. Setelah semuanya selesai, ayo kita makan bareng. Aku yang traktir.”Keduanya adalah perempuan paling terhormat di Kota Mambera, tapi mereka tidak pernah makan bersama di luar. Karena Olivia menjadi menantu keluarga Adhitama, keduanya baru menjadi sadara. Namun, keduanya belum pernah membuat janji makan bersama.Mereka juga tidak sedekat Dewi dengan ibunya Bram dan ibunya Daniel. Namun, keluarga Ardaba dan keluarga Lumanto memang sangat dekat dengan keluarga Adhitama. Wajar saja Dewi dekat d
“Aku dan Tante akan pulang sebelum Tahun Baru. Om Stefan bilang habis dari luar kota, dia akan pergi ke sana jemput aku dan Tante.”Dewi tersenyum. “Kalau begitu kita nggak akan bisa bertemu selama belasan hari.”Dewi menarik Russel ke dekatnya lagi dan memeluknya sebentar. Kemudian, dia mencium pipi Russel dan berkata, “Selamat bersenang-senang di sana. Nanti ceritkan pada Nenek kamu dan Liam main apa saja, pergi ke mana, makan apa, terus bawa oleh-oleh dari sana buat kami.”Seandainya bukan karena khawatir Olivia akan mengetahui bahwa semua orang menyembunyikan situasi di Kota Cianter darinya, Dewi pasti tidak akan membiarkan Russel pergi ke Vila Ferda secepat ini.Di hari biasa, Russel harus masuk sekolah. Akhir pekan belum tentu anak itu datang. Hanya sesekali, itu pun untuk satu atau dua hari saja. Semua orang merindukan anak itu. Sekarang Russel sedang libur panjang, tapi dia malah merengek ingin pergi bertemu teman sepermainannya.“Oliv, karena kalian pergi main, bersenang-senan