Nenek Puspa melihat anak, menantu dan cucunya sedang berusaha bersikap baik, bahkan berusaha mengundang Olivia untuk berkunjung ke rumah mereka. Nenek Puspa sadar dengan semua keributan yang dibuatnya, dirinya pasti tidak akan bisa memanfaatkan Olivia. Namun sebaliknya, dia justru akan menjadi bahan tertawaan warga desa.Nenek Puspa mulai berusaha menenangkan dirinya seraya berkata, “Odelina, Olivia, benar apa yang dibilang Tantemu itu. Kita kan satu keluarga, jadi lebih baik kita duduk dan membicarakan semuanya baik-baik.”“Nenek juga nggak mau bertengkar sama kalian lagi. Kita tunggu Kakek pulang saja, ya. Lagi pula, rumah ini kan juga rumah Nenek.”Olivia mencibir lalu berkata, “Aku juga nggak mau bertengkar ataupun berdebat sama Nenek. Jadi, sampai jumpa di pengadilan.”Inti dari gugatan yang diajukan Olivia adalah mengenai pembagian harta warisan. Berdasarkan apa yang dikatakan tantenya, rumah ini adalah milik kedua orang tua Odelina dan Olivia setelah mereka menikah. Jadi, sebagi
“Jadi, kita nggak bisa mewarisinya?” tanya Nenek Puspa dengan mata terbelalak.Lalu dia kembali berkata, “Rumah ini dibangun anakku kandungku sendiri. Lalu aku nggak bisa mewarisinya?” “Aku kan sudah bilang kalau Nenek bisa mewarisinya, tapi nggak sepenuhnya. Nenek hanya bisa mewarisi seperempat dari harta warisan Om,” jawab Hendra dengan sabar karena dia takut neneknya akan kembali bertengkar dengan Olivia.“Aku nggak peduli. Rumah ini milikku dan kakekmu. Kami berdua yang tinggal di sini, jadi terserah kami kepada siapa kami akan memberikannya. Memangnya apa yang bisa mereka lakukan kalau aku kalah di pengadilan? Apa mereka akan menangkapku dan memasukkanku ke penjara?” tanya Nenek Puspa dengan penuh kebencian di matanya. “Mereka pasti akan mengusir Nenek kalau memang terpaksa harus melakukannya. Kalau Nenek menolak, maka Nenek akan masuk penjara kayak aku waktu itu. Semua itu sangat menakutkan, Nek. Nenek jangan sampai melanggar hukum, ya,” ujar Hendra berusaha menakuti Neneknya.
Yuna dan Amelia juga terlihat sedih setelah mendengar cerita tentang kenangan pahit Olivia dan Odelina. Bahkan mata Yuna juga sudah mulai berkaca-kaca. Nasib kedua kakak beradik ini pastinya tidak akan semalang yang mereka ceritakan kalau saja Yuna dan Amelia segera menemukan mereka. Walaupun dia tidak bisa mengubah takdir kematian adiknya, setidaknya dia bisa melindungi kedua keponakannya. Mereka harus diperlakukan kejam dan dingin oleh manusia-manusia itu di usia yang masih sangat muda. “Olivia, kamu tenang saja. Semuanya sudah berlalu,” ujar Stefan sambil memeluk Olivia dengan perasaannya yang sedih. Tahun lalu, Stefan menemani Olivia menghadapi perdebatan tentang buku diari kakaknya yang dia posting di twitter. Stefan hanya berani membaca buku harian itu satu kali. Dia merasa sangat sedih dengan kehidupan yang dijalani istrinya dahulu. Walaupun Stefan bukan orang sentimental, matanya langsung berkaca-kaca setelah membaca buku harian itu. Terkadang, orang yang paling jahat dan b
Istri Fadli langsung bertanya kepada ibu mertuanya, “Apa kalian memiliki sertifikat rumah ini? Kalian seharusnya sudah mengganti nama kepemilikan rumah ini menjadi nama kalian.”Mungkin saja, kedua orang tua Olivia menggunakan nama kakek dan nenek Hermanus untuk rumah ini dengan tujuan untuk menghormati mereka. Jadi, kedua kakak beradik itu tidak akan bisa mengambil rumah itu, sekalipun orang tua mereka yang membangunnya. “Aku nggak bisa menemukan sertifikat itu. Kami juga nggak ngerti mengenai masalah-masalah seperti itu. Yang terpenting bagi kami, kamilah orang yang tinggal di situ. Memangnya siapa yang berani mengusir kami dari rumah anak kami sendiri? Pasti dua orang perempuan kurang ajar itu yang sudah mengambil sertifikat rumah ini,” ujar Nenek Puspa penuh kebencian. “Nek, Kak Olivia keluar lagi,” ujar Hendra cepat. Hendra merasa tubuhnya menegang ketika melihat Olivia dan Stefan keluar dari dalam rumah. Dia benar-benar takut dengan sepupunya itu. “Hendra, sini!” panggil Oliv
Odelina merasa kalau saran adiknya cukup bagus.Jadi, dia menganggukkan kepala seraya berkata, “Oke, kita lakukan saranmu.” Stefan melihat jam tangannya lalu berkata, “Kita sudah hampir sampai, nih. Lebih baik sekarang kita makan dulu saja, ya. Kita orang dewasa mungkin masih belum lapar, tapi tidak dengan Russel yang masih kecil. Dia pasti sudah lapar.”Olivia juga tidak menyadari kalau waktu sudah hampir menunjukkan waktu makan siang ketika dia melihat jam tangannya. “Oke, kita makan dulu saja. Aku juga sudah lama nggak makan makanan daerah sini,” balas Olivia sambil menganggukkan kepalanya. “Kita harus cepat menyiapkan gugatan yang akan kita ajukan sesampainya di kota nanti,” ujar Olivia kepada kakaknya. Odelina hanya terdiam tanpa mengucapkan apa pun. Olivia teringat kalau lusa kakaknya pasti akan disibukkan mengurus tokonya. Jadi dengan penuh kebijaksanaan Olivia pun berkata, “Kak, serahkan saja urusan ini padaku. Aku tahu kok kalau Kakak masih harus mengurus toko Kakak. Jad
Roni baru saja datang ketika melihat toko belum dibuka. Dia sempat berbalik dan ingin pergi dari tempat itu ketika dia melihat Odelina datang bersama Russel dengan menggunakan kendaraan listrik. “Odelina!” seru Roni lantang. Sebenarnya, Odelina ingin memutar balikkan kendaraannya dan pergi menjauh ketika mendengar panggilan Roni. Roni dan keluarganya selalu saja menghantui dirinya dan Russel. Padahal Roni tidak pernah terlihat merindukan Odelina dan anaknya ketika mereka belum bercerai. Odelina akhirnya membatalkan niatnya untuk memutar balik setelah melihat wajah Russel yang bahagia bertemu dengan ayahnya. Lagi pula, Odelina bukanlah penjahat, jadi dirinya juga tidak perlu menghindar dari Roni. Roni berjalan menuruni tangga dan bergegas menghampiri Odelina yang sedang memarkirkan kendaraannya. “Russel!” panggil Roni sambil menurunkan Russel dari kendaraan listrik ibunya. “Russel, kangen sama Papa nggak?” tanya Roni sambil tersenyum. “Kangen, dong,” jawab Russel.Kemudian Roni
“Kamu pesan sekeranjang bunga untukku? Istrimu pasti marah banget sama aku kalau sampai dia tahu kamu kasih aku bunga. Dia pasti akan berpikir kalau aku sudah merayu suaminya. Konyol sekali, ya. Kenapa juga aku harus menggoda laki-laki kayak kamu? Lagi pula, ngapain aku godain mantan suami aku sendiri? Kayak nggak ada laki-laki lain yang lebih baik dari kamu,” ujar Odelina sinis.Roni merasa sangat malu setelah mendengar perkataan Odelina. Bagi Odelina, Roni adalah seorang laki-laki kurang ajar. Jadi, dia tidak akan mungkin akan kembali dengan Roni. Roni benar-benar tidak mengerti dengan cara berpikir ibu dan saudarinya. Dahulu, mereka memperlakukan Odelina seperti sampah. Lalu sekarang mereka justru ingin Roni menikah kembali dengan Odelina. Memangnya mereka anggap apa Odelina ini? Seseorang yang bisa dipanggil ketika mereka menginginkannya lalu mereka juga akan menendangnya ketika mereka tidak lagi membutuhkannya.“Odelina, aku akui kalau aku salah padamu. Tapi semua itu kan sudah b
Yenny dan Roni tidak ingin kembali ke desa dan bertani. Satu-satunya cara agar Stefan bisa melepaskannya adalah dengan memperbaiki hubungannya dengan Odelina. Roni pasti akan menunda perceraiannya dengan Odelina kalau saja dia tahu Odelina akan menjadi istri dari CEO Adhitama Group. Dengan begitu, Olivia tidak akan menyuruh Stefan untuk membuat hidup Roni dan Yenny menderita. Pada awalnya, Roni sudah menduga kalau Stefan adalah pewaris keluarga Adhitama. Namun, kehidupan Olivia juga tidak bergelimangan harta. Oleh karena itu, dia berusaha melupakan semua tebakannya. Namun, kenyataannya semua tebakan itu benar adanya. Stefan adalah pewaris keluarga Adhitama. Roni hanya bisa terdiam setelah mendengar perkataan yang keluar dari mulut Odelina. “Pak Roni, silakan kamu keluar dari sini kalau memang tidak ada hal lainnya yang mau kamu bicarakan denganku," ujar Odelina ketus. Roni masih memeluk Russel di pangkuannya lalu berkata, “Aku mau menghabiskan lebih banyak waktu untuk bermain sama