Yuna lanjut berkata, “Hari ini aku datang ke sini bukan ingin bertengkar dengan kalian. Aku hanya ingin temani kedua keponakanku pulang ke kampung halaman mereka. Aku juga ingin lihat tempat tinggal adikku. Sekalian aku mau beri tahu kalian. Kalau kalian pindah secara sukarela, masalah jadi lebih sedikit. Tapi kalau kalian bersikeras nggak mau pindah, maka kami akan tuntut kalian karena merampas rumah secara paksa.”“Kami akan selesaikan masalah di pengadilan. Pokoknya kami harus dapatkan kembali rumah itu. Nanti terserah pengadilan memutuskan mau bagaimana membaginya. Apa yang harus menjadi milik kedua keponakanku, kalian jangan harap bisa ambil. Kalau bukan milik mereka, mereka juga nggak akan ambil.”Orang-orang di desa spontan menatap satu sama lain. Ternyata kakak kandung Reni telah menemukan Odelina dan Olivia.Setelah mengetahui Yuna adalah tante Olivia, keluarga Hermanus tentu saja tidak akan membicarakan hal itu di desa. Bagi mereka, kakak kandung Reni menemukan Odelina dan Ol
Salah satu cucu Nenek Puspa membawa sekelompok orang untuk menghadang mobil Olivia dan berniat memberikannya pelajaran karena Olivia menolak untuk membayar biaya rumah sakit. Namun, apa yang terjadi justru sebaliknya. Dialah yang dihajar habis-habisan oleh Olivia. Akhirnya dia masuk penjara selama lima belas hari, sedangkan Olivia baik-baik saja. Olivia memang yang memukuli orang-orang itu, tapi para saksi yang menyaksikan perkelahian mereka mengatakan kalau Olivia hanya ingin membela diri. Oleh karena itu, cucu Nenek Puspa harus ditahan di kantor polisi.Nenek Puspa merasa sangat sedih dan marah setelah mendengar cucunya ditahan karena ulah Olivia. Sekarang dia semakin membenci Olivia. “Ma, kita tunggu Papa saja ya kalau mau ngomongin masalah ini.”“Nenek jangan gegabah.”Para anggota keluarga yang lain berusaha menenangkan Nenek Puspa. Pada dasarnya, cara berpikir mereka semua sangatlah tidak wajar. Namun sikap mereka yang agresif dan sering kali tidak masuk akal itu tidak ada arti
Nenek Puspa melihat anak, menantu dan cucunya sedang berusaha bersikap baik, bahkan berusaha mengundang Olivia untuk berkunjung ke rumah mereka. Nenek Puspa sadar dengan semua keributan yang dibuatnya, dirinya pasti tidak akan bisa memanfaatkan Olivia. Namun sebaliknya, dia justru akan menjadi bahan tertawaan warga desa.Nenek Puspa mulai berusaha menenangkan dirinya seraya berkata, “Odelina, Olivia, benar apa yang dibilang Tantemu itu. Kita kan satu keluarga, jadi lebih baik kita duduk dan membicarakan semuanya baik-baik.”“Nenek juga nggak mau bertengkar sama kalian lagi. Kita tunggu Kakek pulang saja, ya. Lagi pula, rumah ini kan juga rumah Nenek.”Olivia mencibir lalu berkata, “Aku juga nggak mau bertengkar ataupun berdebat sama Nenek. Jadi, sampai jumpa di pengadilan.”Inti dari gugatan yang diajukan Olivia adalah mengenai pembagian harta warisan. Berdasarkan apa yang dikatakan tantenya, rumah ini adalah milik kedua orang tua Odelina dan Olivia setelah mereka menikah. Jadi, sebagi
“Jadi, kita nggak bisa mewarisinya?” tanya Nenek Puspa dengan mata terbelalak.Lalu dia kembali berkata, “Rumah ini dibangun anakku kandungku sendiri. Lalu aku nggak bisa mewarisinya?” “Aku kan sudah bilang kalau Nenek bisa mewarisinya, tapi nggak sepenuhnya. Nenek hanya bisa mewarisi seperempat dari harta warisan Om,” jawab Hendra dengan sabar karena dia takut neneknya akan kembali bertengkar dengan Olivia.“Aku nggak peduli. Rumah ini milikku dan kakekmu. Kami berdua yang tinggal di sini, jadi terserah kami kepada siapa kami akan memberikannya. Memangnya apa yang bisa mereka lakukan kalau aku kalah di pengadilan? Apa mereka akan menangkapku dan memasukkanku ke penjara?” tanya Nenek Puspa dengan penuh kebencian di matanya. “Mereka pasti akan mengusir Nenek kalau memang terpaksa harus melakukannya. Kalau Nenek menolak, maka Nenek akan masuk penjara kayak aku waktu itu. Semua itu sangat menakutkan, Nek. Nenek jangan sampai melanggar hukum, ya,” ujar Hendra berusaha menakuti Neneknya.
Yuna dan Amelia juga terlihat sedih setelah mendengar cerita tentang kenangan pahit Olivia dan Odelina. Bahkan mata Yuna juga sudah mulai berkaca-kaca. Nasib kedua kakak beradik ini pastinya tidak akan semalang yang mereka ceritakan kalau saja Yuna dan Amelia segera menemukan mereka. Walaupun dia tidak bisa mengubah takdir kematian adiknya, setidaknya dia bisa melindungi kedua keponakannya. Mereka harus diperlakukan kejam dan dingin oleh manusia-manusia itu di usia yang masih sangat muda. “Olivia, kamu tenang saja. Semuanya sudah berlalu,” ujar Stefan sambil memeluk Olivia dengan perasaannya yang sedih. Tahun lalu, Stefan menemani Olivia menghadapi perdebatan tentang buku diari kakaknya yang dia posting di twitter. Stefan hanya berani membaca buku harian itu satu kali. Dia merasa sangat sedih dengan kehidupan yang dijalani istrinya dahulu. Walaupun Stefan bukan orang sentimental, matanya langsung berkaca-kaca setelah membaca buku harian itu. Terkadang, orang yang paling jahat dan b
Istri Fadli langsung bertanya kepada ibu mertuanya, “Apa kalian memiliki sertifikat rumah ini? Kalian seharusnya sudah mengganti nama kepemilikan rumah ini menjadi nama kalian.”Mungkin saja, kedua orang tua Olivia menggunakan nama kakek dan nenek Hermanus untuk rumah ini dengan tujuan untuk menghormati mereka. Jadi, kedua kakak beradik itu tidak akan bisa mengambil rumah itu, sekalipun orang tua mereka yang membangunnya. “Aku nggak bisa menemukan sertifikat itu. Kami juga nggak ngerti mengenai masalah-masalah seperti itu. Yang terpenting bagi kami, kamilah orang yang tinggal di situ. Memangnya siapa yang berani mengusir kami dari rumah anak kami sendiri? Pasti dua orang perempuan kurang ajar itu yang sudah mengambil sertifikat rumah ini,” ujar Nenek Puspa penuh kebencian. “Nek, Kak Olivia keluar lagi,” ujar Hendra cepat. Hendra merasa tubuhnya menegang ketika melihat Olivia dan Stefan keluar dari dalam rumah. Dia benar-benar takut dengan sepupunya itu. “Hendra, sini!” panggil Oliv
Odelina merasa kalau saran adiknya cukup bagus.Jadi, dia menganggukkan kepala seraya berkata, “Oke, kita lakukan saranmu.” Stefan melihat jam tangannya lalu berkata, “Kita sudah hampir sampai, nih. Lebih baik sekarang kita makan dulu saja, ya. Kita orang dewasa mungkin masih belum lapar, tapi tidak dengan Russel yang masih kecil. Dia pasti sudah lapar.”Olivia juga tidak menyadari kalau waktu sudah hampir menunjukkan waktu makan siang ketika dia melihat jam tangannya. “Oke, kita makan dulu saja. Aku juga sudah lama nggak makan makanan daerah sini,” balas Olivia sambil menganggukkan kepalanya. “Kita harus cepat menyiapkan gugatan yang akan kita ajukan sesampainya di kota nanti,” ujar Olivia kepada kakaknya. Odelina hanya terdiam tanpa mengucapkan apa pun. Olivia teringat kalau lusa kakaknya pasti akan disibukkan mengurus tokonya. Jadi dengan penuh kebijaksanaan Olivia pun berkata, “Kak, serahkan saja urusan ini padaku. Aku tahu kok kalau Kakak masih harus mengurus toko Kakak. Jad
Roni baru saja datang ketika melihat toko belum dibuka. Dia sempat berbalik dan ingin pergi dari tempat itu ketika dia melihat Odelina datang bersama Russel dengan menggunakan kendaraan listrik. “Odelina!” seru Roni lantang. Sebenarnya, Odelina ingin memutar balikkan kendaraannya dan pergi menjauh ketika mendengar panggilan Roni. Roni dan keluarganya selalu saja menghantui dirinya dan Russel. Padahal Roni tidak pernah terlihat merindukan Odelina dan anaknya ketika mereka belum bercerai. Odelina akhirnya membatalkan niatnya untuk memutar balik setelah melihat wajah Russel yang bahagia bertemu dengan ayahnya. Lagi pula, Odelina bukanlah penjahat, jadi dirinya juga tidak perlu menghindar dari Roni. Roni berjalan menuruni tangga dan bergegas menghampiri Odelina yang sedang memarkirkan kendaraannya. “Russel!” panggil Roni sambil menurunkan Russel dari kendaraan listrik ibunya. “Russel, kangen sama Papa nggak?” tanya Roni sambil tersenyum. “Kangen, dong,” jawab Russel.Kemudian Roni