Raynar berada di ruang kerja. Dia hanya membolak-balikkan halaman buku tanpa membacanya. Dengusan kecil sesekali lolos dari bibirnya. Lalu tiba-tiba Raynar menutup bukunya dengan kasar. Raynar diam cukup lama. Dia benar-benar tidak tahu, kenapa rasanya sangat marah padahal tidak ada masalah. Saat Raynar masih bergelut dengan pemikirannya, ponselnya berdering dengan nama Erik yang terpampang di layar. “Halo.” Raynar langsung bicara saat ponsel menempel di telinga. “Pak, saya sudah mendapatkan informasi yang Anda inginkan.” Raynar menegakkan tubuhnya. Tatapannya begitu tajam. “Bagaimana?” tanya Raynar. Satu tangannya mengetuk-ngetukkan jari di meja. “Dugaan Anda benar, Pak. Ada bukti rekaman Cctv-nya dan saya sudah mengirimkannya ke Anda.” Setelah mendengar ucapan Erik. Raynar mengecek pesan masuk dari asistennya itu. Dia melihat video rekaman Cctv di tempat karaoke. Raynar mengakhiri panggilan. Dia memutar video itu untuk melihat apa yang terjadi. Di depan ruang karaoke, Adri
Arunika sangat terkejut. Dia menoleh pada Raynar yang berdiri di sampingnya dengan sikap tenang.“Pak ….” Winnie membungkuk hormat pada Raynar, lalu menatap pada Arunika.Winnie benar-benar syok sampai gelagapan karena bingung melihat Arunika bersama Raynar keluar dari studio foto. Dia sampai memandang ke bangunan studio, lalu beralih ke Arunika seolah masih tak percaya.“Ke-kenapa kamu bersama ….” Winnie menjeda ucapannya. Dia menunjuk pada Arunika dan Raynar bergantian, tetapi setelahnya buru-buru menurunkan tangan, takut dikira tak sopan karena menunjuk-nunjuk atasannya.Arunika melipat bibirnya. Dia bersiap membuka suara, tetapi terhenti saat merasakan sentuhan di tangannya.Arunika terkesiap karena Raynar menautkan jemari mereka dengan erat. Dia menatap cemas pada suaminya itu.“A-Aru ….” Winnie semakin terkejut. Dia menatap Arunika dengan rasa tak percaya.Arunika ikut panik karena reaksi Winnie. Dia menoleh Raynar yang menggenggam erat tangannya, bahkan Arunika tak bisa melepas
Keesokan harinya. Mobil Raynar berhenti di basement karena Arunika tak mau turun di depan lobby.Arunika dan Raynar turun dari mobil lalu berjalan menuju lift.“Jika aku jujur ke Winnie, apa itu akan jadi masalah?” tanya Arunika gugup, tidak siap jujur tetapi sudah ketahuan.“Jadi masalah atau tidak, semua bergantung pada dirimu sendiri. Kamu yang lebih tahu, mana yang terbaik untukmu,” jawab Raynar seraya menoleh Arunika.Arunika memanyunkan bibir, Raynar tidak memberinya solusi, tetapi pria itu tetap bisa membuatnya tenang.Arunika dan Raynar naik lift menuju atas. Arunika bergeser ke kanan saat pintu lift terbuka di lobby, ternyata hanya ada Erik yang menunggu lift di sana, sehingga Arunika agak tenang karena staff lain tidak melihat dia naik bersama Raynar.Lift kembali naik lalu pintu lift kembali terbuka saat sampai di departemen hukum.Arunika mengulum bibir sejenak lalu menoleh Raynar sebelum kakinya melangkah keluar lift.Tatapan mereka bertemu, setelahnya Arunika segera men
Arunika bekerja seperti biasa dengan hati yang tenang dan lega karena Winnie memercayainya. Dia mengecek berkas setelah membacakan jadwal Nichole.Saat Arunika sedang fokus, perhatiannya teralihkan saat ponselnya berkedip beberapa kali. Arunika mendapat pesan dari Raynar.[Siang ini makan siang denganku di luar.]Arunika segera membalas pesan Raynar jika akan turun ke basement saat jam makan siang nanti.Baru saja Arunika akan meletakkan kembali ponsel di meja, Arunika kembali mendapat rentetan pesan begitu banyak. Namun, pesan itu bukan dari Raynar, melainkan dari Winnie.[Aru, kenapa bisa ada berita seperti ini?][Tuh, kan. Kamu beneran dibilang selingkuhan Pak Raynar.]Arunika terkejut. Dia mengamati beberapa foto yang dikirimkan Winnie juga beberapa tangkapan layar dari sebuah grup chat staff perusahaan yang memang Arunika tidak dimasukkan ke dalamnya.Arunika bingung, siapa yang mengambil foto dirinya bersama Raynar saat di luar rumah? Bahkan ada foto saat Arunika keluar dari mob
Arunika pergi ke kantor Raynar untuk menanyakan alasan pemecatan Adrian. Arunika kembali menjadi pusat perhatian karena mendatangi ruangan Raynar. Para staff di sana semakin menduga-duga dengan hubungan antara Raynar dan Arunika. “Pak Ray ada?” tanya Arunika saat bertemu dengan Erik di depan pintu ruang kerja Raynar. “Ada,” jawab Erik sambil menunjuk pintu ruang kerja Raynar dengan jempol. Arunika mengangguk dan meminta izin masuk. Erik mendadak khawatir, kenapa Arunika datang ke ruang kerja Raynar di jam kerja? Dia tidak ikut masuk ke ruangan, tetapi berdiri di depan pintu yang tidak tertutup sempurna untuk mengetahui apa yang hendak Arunika lakukan. Arunika berjalan menghampiri meja Raynar. Dia melihat suaminya itu fokus dengan berkas-berkas di meja, bahkan tak mengangkat pandangan saat Arunika datang. “Pak Ray,” panggil Arunika ketika sudah berdiri di depan meja Raynar. Raynar akhirnya memandang pada Arunika. Ekspresi wajahnya datar, meski terkejut karena Arunika ad
Saat jam makan siang. Arunika pergi ke basement untuk menyusul Raynar yang sudah menunggunya di mobil. Dia langsung masuk dan mendapati suaminya duduk dengan ekspresi wajah datar seperti biasa.Baik Arunika maupun Raynar sama-sama diam sepanjang perjalanan menuju restoran. Meski sebelumnya sempat berselisih, tetapi Arunika tetap memenuhi janjinya untuk makan siang bersama.Raynar mengajak Arunika makan di restoran bintang lima dan memesan private room untuk keduanya.Mereka sudah duduk bersama saling berhadapan, ruangan itu begitu hening, hanya ada suara pelan piring-piring berisi makanan yang sedang disajikan.Arunika melirik Raynar yang bersiap menyantap makanan. Rasanya begitu canggung saat dia hanya diam, sedangkan Raynar sudah biasa bersikap seperti ini.“Cepat makan.”Arunika mendengar suara suaminya memerintah, tetapi Raynar tak menatap padanya. Dia segera ikut menyantap makan siangnya agar bisa segera kembali ke perusahaan.Saat keduanya sedang fokus makan. Ponsel Raynar yang
Setelah makan siang. Arunika dan Raynar kembali ke perusahaan bersama. Saat pintu lift terbuka di lantai departemen hukum, Arunika keluar dan berjalan di koridor menuju ruangan Nichole.Dia menulikan pendengaran dan mengabaikan beberapa staff yang menatap jijik dan berbisik-bisik ke arahnya. Sebelum Arunika sampai di ruangan atasannya itu, ponsel Arunika berdering dan ada nama Nathan terpampang di layar.“Kak Nathan,” gumam Arunika.Arunika ragu apakah harus menjawab panggilan itu, tetapi akhirnya tetap dia jawab.“Halo, Kak.”“Aru, kamu di perusahaan, ‘kan?” tanya Nathan dari seberang panggilan.“Iya,” jawab Aru sambil menganggukkan kepala.“Aku ada di lobby, apa kamu bisa turun sebentar?” Arunika membulatkan bola mata lebar. Tiba-tiba sekali seniornya itu datang ke perusahaan?Arunika mengatakan akan segera turun. Dia memutar tumit dan kembali ke lift untuk segera turun ke lobby.Arunika bertanya-tanya, kenapa Nathan tiba-tiba muncul di perusahaan? Pintu lift terbuka di lobby, Aru
Winnie menarik kasar tangan staff yang menjambak rambut Arunika, sehingga sahabatnya itu juga mau melepas. Semua staff menunduk melihat tatapan Nichole yang berdiri di ambang pintu.“Apa yang sedang kalian lakukan di sini? Pamer otot?” Nichole menatap tak senang pada semua orang karena kejadian ini.Para staff itu semakin menunduk panik karena ketahuan berkelahi.Nichole meminta semua staff yang terlibat ikut ke ruangannya, termasuk Winnie karena ada di sana menolong Arunika..Arunika berdiri bersama Winnie. Dia kesal dengan penampilan sangat berantakan. Lirikan matanya begitu tajam tertuju pada empat staff yang sudah memfitnahnya.“Siapa yang memulai?” tanya Nichole dengan suara tegas, “jika kalian tidak jujur, akan kuserahkan masalah perkelahian ini ke pihak HRD!” ancam Nichole sambil menatap satu persatu bawahannya itu.“Kami hanya membela diri, Pak. Kami hanya bicara fakta, tapi Arunika tidak terima.” Satu staff bersuara untuk membela diri lalu menunjuk Arunika di akhir kata.Arun
Arunika menoleh pada Raynar saat mendengar pertanyaan Clara. Dengan senyum penuh rasa bangga dia menjawab, “Ini suamiku, kamu belum pernah bertemu dengannya, kan? Sekalian saja kuperkenalkan.”Clara terkejut. Dia menatap Arunika dan Raynar bergantian karena rasa tak percaya.“Su-suami?” tanya Clara mengulang. Tentu Clara terkejut karena yang dia tahu, suami Arunika sudah tua seperti yang Arunika ceritakan sebelum menikah.Arunika mengangguk meyakinkan.Clara akhirnya memperkenalkan diri pada Raynar meski masih bingung, lalu mereka duduk bersama saling berhadapan. Arunika berhadapan dengan Clara, sedangkan Raynar berhadapan dengan Nathan.Suasana di sana berubah tegang. Arunika sesekali melirik pada Raynar, dia merasa bersalah karena ada Nathan di sana.Clara melirik pada Nathan dan Raynar secara bergantian, dua pria itu diam saling tatap sampai membuat kecanggungan yang begitu terasa di meja itu.“Aru, aku memesan camilan kesukaanmu. Makanlah,” ucap Clara untuk mencairkan suasana.Aru
Hari berikutnya. Raynar berada di ruang kerjanya seperti biasa saat Erik masuk membawa tumpukan berkas dan meletakkan di meja Raynar.“Pak, saya sudah mendapat sedikit informasi tentang Nathan. Apa Anda mau mendengarnya dulu?” tanya Erik yang berdiri di depan meja kerja Raynar.Raynar berhenti membubuhkan tandatangan di berkas, lalu pandangannya beralih pada Erik.“Apa yang kamu dapatkan?” tanya Raynar.“Informasi yang saya dapat dari beberapa teman yang satu jurusan dengan Arunika, mereka mengatakan kalau Arunika memang sering bertemu dan belajar bersama dengan Nathan meski mereka beda angkatan,” ujar Erik lalu membuka ponsel dan kembali membaca informasi yang sudah diringkasnya.“Mereka rata-rata berkata kalau Arunika memang sangat dekat dengan Nathan sampai dikira pacaran, padahal tidak,” ucap Erik lagi.“Hanya itu?” tanya Raynar dengan satu alis tertarik ke atas.“Ya, Pak. Hanya itu informasi yang saya dapat soal hubungan Arunika dengan Nathan saat mereka masih kuliah,” jawab Erik
Raynar menatap Arunika yang begitu antusias ingin mendengar tentang orang tuanya. Dari sorot mata gadis ini, Raynar tak pernah melihat kepura-puraan, semua begitu alami dari pemikiran polos Arunika. “Benar-benar ingin tahu?” tanya Raynar memastikan. Arunika mengangguk-angguk cepat. Raynar membetulkan posisi duduknya dengan benar. Dia kini tak menatap pada Arunika, tetapi memandang lurus ke depan. Arunika masih duduk miring menatap pada Raynar, menunggu suaminya itu bercerita. “Sejak kecil, aku tinggal di kota kecil bersama ibuku,” ucap Raynar memulai ceritanya. Arunika diam mendengarkan yang Raynar katakan. “Kami hanya hidup berdua, tidak tahu kenapa ayahku tidak pernah datang dan ibuku tidak pernah lagi menceritakan tentangnya.” Raynar tersenyum getir saat mengatakan itu. “Kenapa ayahmu tidak pernah datang? Apa dia sibuk bekerja atau apa?” tanya Arunika. Raynar menoleh Arunika, lalu menjawab, “Ibuku hanya berkata kalau mereka tidak mungkin bisa bersama, jadi lebih baik aku d
Setelah cukup lama berada di ruang kerja, Raynar kembali ke kamar untuk beristirahat.Akan tetapi, saat baru saja menginjakkan kaki di kamar, Raynar mendengar suara benda jatuh dari kamar ganti.Raynar mengedarkan pandangan di kamar dan tak melihat Arunika di sana, membuatnya seketika panik lantas berlari ke kamar untuk melihat apakah Arunika yang jatuh.Saat sampai di kamar ganti, Raynar melihat Arunika yang terduduk di lantai sambil mengusap kepala.“Apa yang kamu lakukan? Dan kenapa ….” Apa yang mau dikatakan Raynar terjeda saat melihat kotak dengan beberapa buku dan bingkai foto berserakan di lantai.“Aku mau naruh kotak di atas, tapi malah kejatuhan kotak lain. Sakit.” Arunika mengusap kasar kepalanya untuk menghilangkan sakitnya.Bukannya membantu Arunika berdiri, Raynar malah memunguti barang-barang yang berserakan lalu memasukkannya kembali ke kotak.Arunika keheranan, kenapa Raynar terburu-buru memasukkan semua barang itu? Lalu Arunika melihat buku bersampul biru dengan tali
Arunika kembali bekerja setelah banyak bercerita dengan Nichole. Meski menyenangkan bisa berbagi cerita dengan pria itu, tetapi Arunika tetap harus kembali mengerjakan tugasnya.Arunika sibuk mengecek berkas sebelum diserahkan pada Nichole, sampai dia melihat ponselnya berkedip beberapa kali, ada pesan masuk di ponselnya.[Bagaimana kabarmu?]Arunika membaca pesan yang dikirimkan Nathan. Dia mengetik pesan balasan dari Nathan karena bagaimanapun pria itu pernah menolongnya.[Aku baik, Kak. Ini sudah mulai bekerja.]Arunika ingin meletakkan ponselnya lagi, tetapi dia kembali mendapat balasan dari Nathan.[Apa siang atau sore ini kamu ada waktu? Aku ingin bertemu denganmu.]Arunika menggigit bibir bawahnya lalu mengetik pesan balasan untuk Nathan.[Maaf, Kak. Sepertinya tidak bisa, aku juga tidak bisa pergi tanpa izin suamiku dulu.]Arunika takut menyinggung Nathan, apalagi pria itu tidak membalas pesannya lagi. Arunika mencoba berpikir positif, mungkin Nathan sibuk bekerja lagi.**Saa
Arunika kembali ke ruang kerja Nichole. Dia langsung tersenyum sambil mengangguk pada atasannya itu.“Akhirnya keributannya teratasi,” kata Nichole seraya berjalan menuju meja kerjanya.Arunika merasa malu karena sudah menjadi penyebab keributan itu.“Iya, Pak. Maaf sudah membuat Anda tak nyaman,” kata Arunika lalu sedikit membungkukkan badan ke arah Nichole lagi.Nichole memandang Arunika yang sangat sopan dan bertanggung jawab. Dia duduk di kursinya lalu menghela napas pelan.“Apa ada masalah lain, Pak?” tanya Arunika karena Nichole seperti punya banyak beban.Nichole tersenyum menatap pada Arunika.“Tidak ada,” jawab Nichole, “kamu tidak salah, tapi kenapa kamu minta maaf?” Arunika hanya tersenyum kecil.“Tadi aku sempat cemas kalau semua pegawai bakal benar-benar dipecat oleh Raynar. Ya, siapa sangka kamu bisa menyakinkan Raynar untuk membatalkan niatnya.”Nichole menatap kagum pada Arunika.“Ah … itu ….” Arunika menggaruk belakang kepala karena malu sudah menjadi pemicu keributa
Raynar menoleh dengan tatapan tajam pada Erik yang ikut bicara.“Saya keluar dulu, ada urusan pekerjaan yang harus saya selesaikan.” Seolah tahu arti tatapan atasannya itu, Erik memilih buru-buru kabur daripada terkena masalah.Kini Raynar menatap pada Arunika yang berdiri di hadapannya.“Bagaimana bisa kamu masih membela para staff itu, sedangkan perbuatan mereka sudah sangat keterlaluan?” tanya Raynar begitu mereka hanya berdua di ruang kerjanya.Arunika menghela napas pelan, lalu mencoba menjelaskan. “Mereka hanya korban.”“Bukankah sejak awal aku juga salah karena tidak pernah menjelaskan status kita pada mereka, makanya mereka semakin salah paham,” ujar Arunika.Raynar menatap datar.Arunika tersenyum dan kembali membujuk.“Sekarang mereka sudah tahu, kalau masih tidak percaya, ya itu urusan mereka. Tapi bukan berarti kamu harus memecat mereka seperti itu,” ucap Arunika lagi.Raynar memalingkan muka dari Arunika. Tetap saja dia kesal karena baginya perbuatan para staff itu sangat
Semua terkejut melihat siapa yang datang. Beberapa staff itu termasuk Amel langsung menunduk tak ada yang berani mengangkat pandangan.Arunika tak menyangka Raynar datang ke sana. Dia langsung menoleh Erik dan langsung bisa menebak jika Eriklah yang menghubungi Raynar.Raynar berjalan tegap menghampiri Arunika dan yang lain, tiap suara derap langkahnya mampu membuat jantung setiap karyawannya berdegup cepat.Raynar menatap satu persatu staff itu, lalu tatapannya beralih pada Arunika. Raynar geram mengetahui Arunika selama ini masih dibully dan istrinya itu tidak bercerita sama sekali padanya.Arunika melipat bibir seraya menurunkan pandangan saat melihat tatapan tak senang suaminya yang tertuju padanya.“Siapa yang menuduhnya sebagai simpananku?” tanya Raynar kembali menatap satu persatu karyawannya itu.Raynar memerhatikan, staff-staff itu tadi begitu lantang menghina dan menuduh Arunika, sekarang semua nyali mereka menciut, bahkan tidak ada yang berani menjawab.“Siapa yang tadi den
Raynar memandang pipi Arunika yang baru saja diolesi salep.“Sudah mendingan?” tanya Raynar.Arunika mengangguk kecil. “Iya, terima kasih.”Arunika merasakan pipinya yang dingin, lalu tersenyum kecil.“Erik akan mengantarmu kembali ke departemen,” kata Raynar.Arunika mengangguk. Dia lalu berdiri karena Erik sudah menunggunya.Arunika menoleh pada Raynar sekilas, membuat pria itu menaikkan kedua sudut alis.“Ada apa lagi?” tanya Raynar.Arunika tersenyum lalu menggeleng pelan. Dia segera pergi diikuti Erik.Arunika dan Erik sudah berada di lift. Mereka sama-sama diam, sampai Arunika menoleh pada Erik. Dia mengamati wajah hingga postur tubuh asisten suaminya itu.“Erik.”“Ya.”“Boleh aku tanya sesuatu?” tanya Arunika.“Silakan, tanya saja,” balas Erik tak keberatan sama sekali.“Tapi jangan tersinggung,” kata Arunika lalu melihat Erik mengangguk pelan. “Kamu dan Pak Ray, ada hubungan spesial?”Erik hampir terbatuk karena tersedak ludah mendengar pertanyaan Arunika.Keterkejutan Erik mal