Kakak-Kakak yang baik hati dan kusayangi, jangan lupa tinggalkan komentar kalian sebagai penyemangat akuuuu, makasih banyak. :)
Keesokan harinya. Mobil Raynar berhenti di basement karena Arunika tak mau turun di depan lobby.Arunika dan Raynar turun dari mobil lalu berjalan menuju lift.“Jika aku jujur ke Winnie, apa itu akan jadi masalah?” tanya Arunika gugup, tidak siap jujur tetapi sudah ketahuan.“Jadi masalah atau tidak, semua bergantung pada dirimu sendiri. Kamu yang lebih tahu, mana yang terbaik untukmu,” jawab Raynar seraya menoleh Arunika.Arunika memanyunkan bibir, Raynar tidak memberinya solusi, tetapi pria itu tetap bisa membuatnya tenang.Arunika dan Raynar naik lift menuju atas. Arunika bergeser ke kanan saat pintu lift terbuka di lobby, ternyata hanya ada Erik yang menunggu lift di sana, sehingga Arunika agak tenang karena staff lain tidak melihat dia naik bersama Raynar.Lift kembali naik lalu pintu lift kembali terbuka saat sampai di departemen hukum.Arunika mengulum bibir sejenak lalu menoleh Raynar sebelum kakinya melangkah keluar lift.Tatapan mereka bertemu, setelahnya Arunika segera men
Arunika bekerja seperti biasa dengan hati yang tenang dan lega karena Winnie memercayainya. Dia mengecek berkas setelah membacakan jadwal Nichole.Saat Arunika sedang fokus, perhatiannya teralihkan saat ponselnya berkedip beberapa kali. Arunika mendapat pesan dari Raynar.[Siang ini makan siang denganku di luar.]Arunika segera membalas pesan Raynar jika akan turun ke basement saat jam makan siang nanti.Baru saja Arunika akan meletakkan kembali ponsel di meja, Arunika kembali mendapat rentetan pesan begitu banyak. Namun, pesan itu bukan dari Raynar, melainkan dari Winnie.[Aru, kenapa bisa ada berita seperti ini?][Tuh, kan. Kamu beneran dibilang selingkuhan Pak Raynar.]Arunika terkejut. Dia mengamati beberapa foto yang dikirimkan Winnie juga beberapa tangkapan layar dari sebuah grup chat staff perusahaan yang memang Arunika tidak dimasukkan ke dalamnya.Arunika bingung, siapa yang mengambil foto dirinya bersama Raynar saat di luar rumah? Bahkan ada foto saat Arunika keluar dari mob
Arunika pergi ke kantor Raynar untuk menanyakan alasan pemecatan Adrian. Arunika kembali menjadi pusat perhatian karena mendatangi ruangan Raynar. Para staff di sana semakin menduga-duga dengan hubungan antara Raynar dan Arunika. “Pak Ray ada?” tanya Arunika saat bertemu dengan Erik di depan pintu ruang kerja Raynar. “Ada,” jawab Erik sambil menunjuk pintu ruang kerja Raynar dengan jempol. Arunika mengangguk dan meminta izin masuk. Erik mendadak khawatir, kenapa Arunika datang ke ruang kerja Raynar di jam kerja? Dia tidak ikut masuk ke ruangan, tetapi berdiri di depan pintu yang tidak tertutup sempurna untuk mengetahui apa yang hendak Arunika lakukan. Arunika berjalan menghampiri meja Raynar. Dia melihat suaminya itu fokus dengan berkas-berkas di meja, bahkan tak mengangkat pandangan saat Arunika datang. “Pak Ray,” panggil Arunika ketika sudah berdiri di depan meja Raynar. Raynar akhirnya memandang pada Arunika. Ekspresi wajahnya datar, meski terkejut karena Arunika ad
Saat jam makan siang. Arunika pergi ke basement untuk menyusul Raynar yang sudah menunggunya di mobil. Dia langsung masuk dan mendapati suaminya duduk dengan ekspresi wajah datar seperti biasa.Baik Arunika maupun Raynar sama-sama diam sepanjang perjalanan menuju restoran. Meski sebelumnya sempat berselisih, tetapi Arunika tetap memenuhi janjinya untuk makan siang bersama.Raynar mengajak Arunika makan di restoran bintang lima dan memesan private room untuk keduanya.Mereka sudah duduk bersama saling berhadapan, ruangan itu begitu hening, hanya ada suara pelan piring-piring berisi makanan yang sedang disajikan.Arunika melirik Raynar yang bersiap menyantap makanan. Rasanya begitu canggung saat dia hanya diam, sedangkan Raynar sudah biasa bersikap seperti ini.“Cepat makan.”Arunika mendengar suara suaminya memerintah, tetapi Raynar tak menatap padanya. Dia segera ikut menyantap makan siangnya agar bisa segera kembali ke perusahaan.Saat keduanya sedang fokus makan. Ponsel Raynar yang
Setelah makan siang. Arunika dan Raynar kembali ke perusahaan bersama. Saat pintu lift terbuka di lantai departemen hukum, Arunika keluar dan berjalan di koridor menuju ruangan Nichole.Dia menulikan pendengaran dan mengabaikan beberapa staff yang menatap jijik dan berbisik-bisik ke arahnya. Sebelum Arunika sampai di ruangan atasannya itu, ponsel Arunika berdering dan ada nama Nathan terpampang di layar.“Kak Nathan,” gumam Arunika.Arunika ragu apakah harus menjawab panggilan itu, tetapi akhirnya tetap dia jawab.“Halo, Kak.”“Aru, kamu di perusahaan, ‘kan?” tanya Nathan dari seberang panggilan.“Iya,” jawab Aru sambil menganggukkan kepala.“Aku ada di lobby, apa kamu bisa turun sebentar?” Arunika membulatkan bola mata lebar. Tiba-tiba sekali seniornya itu datang ke perusahaan?Arunika mengatakan akan segera turun. Dia memutar tumit dan kembali ke lift untuk segera turun ke lobby.Arunika bertanya-tanya, kenapa Nathan tiba-tiba muncul di perusahaan? Pintu lift terbuka di lobby, Aru
Winnie menarik kasar tangan staff yang menjambak rambut Arunika, sehingga sahabatnya itu juga mau melepas. Semua staff menunduk melihat tatapan Nichole yang berdiri di ambang pintu.“Apa yang sedang kalian lakukan di sini? Pamer otot?” Nichole menatap tak senang pada semua orang karena kejadian ini.Para staff itu semakin menunduk panik karena ketahuan berkelahi.Nichole meminta semua staff yang terlibat ikut ke ruangannya, termasuk Winnie karena ada di sana menolong Arunika..Arunika berdiri bersama Winnie. Dia kesal dengan penampilan sangat berantakan. Lirikan matanya begitu tajam tertuju pada empat staff yang sudah memfitnahnya.“Siapa yang memulai?” tanya Nichole dengan suara tegas, “jika kalian tidak jujur, akan kuserahkan masalah perkelahian ini ke pihak HRD!” ancam Nichole sambil menatap satu persatu bawahannya itu.“Kami hanya membela diri, Pak. Kami hanya bicara fakta, tapi Arunika tidak terima.” Satu staff bersuara untuk membela diri lalu menunjuk Arunika di akhir kata.Arun
Arunika langsung menaikkan kerah blazernya untuk menutupi luka cakaran itu. Meskipun tidak berguna karena tetap masih terlihat.“Aru.” Raynar menatap dalam agar istrinya itu bicara.Arunika mengulum bibir sejenak, lalu menjawab, “Tidak apa-apa, hanya tergores dikit karena pertengkaran tadi.”Raynar menatap datar. “Terima kasih karena Pak Ray masih menghargaiku dengan tidak membongkar status pernikahan kita karena masalah tadi. Setidaknya dengan begini mereka tidak menganggapku menggunakan kekuasaanmu untuk membalas mereka,” ucap Arunika lalu tersenyum manis agar Raynar tidak bermuka datar seperti itu.“Untuk apa kamu bertengkar dengan mereka?” tanya Raynar tetap dengan tatapan datarnya.Arunika memanyunkan bibir sejenak, lalu menjawab, “Masa aku dibilang bakal merayu Pak Nichole juga hanya karena aku ada denganmu. Lalu tadi aku ketemu Nathan yang bikin mereka ….”Arunika langsung menjeda ucapannya. Dia keceplosan menyebut nama Nathan.Arunika melipat bibir seraya memerhatikan ekspres
Keesokan harinya. Arunika berangkat bekerja seperti biasa, tetapi dia tak berangkat bersama Raynar karena suaminya ada urusan di luar pagi itu.Saat Arunika berjalan di lobby menuju lift, dia melihat beberapa staff wanita yang melihatnya tampak menatap jijik padanya.Tanpa Arunika duga, gosip di perusahaan tentangnya semakin menjadi-jadi. Bahkan beberapa menyebut kalau Arunika dibela atasan padahal terbukti salah karena sudah menggoda atasan mereka.“Lihat saja, memang tak punya muka.”Arunika mendengar suara bisikan saat sedang menunggu pintu lift terbuka. Dia memilih diam dan mengabaikan, dia tak perlu menanggapi sesuatu yang sifatnya fitnah.Arunika masih menunggu lift, telinganya mulai panas karena di belakang
Raynar mencengkram erat ponsel Sindy saat panggilan itu diakhiri begitu saja oleh Stella. Tatapannya begitu dingin tertuju pada Sindy yang ada di hadapannya saat ini.Sindy begitu ketakutan sampai kedua kakinya terasa lemas sampai akhirnya dia luruh dan berlutut di lantai seraya meremas ujung rok yang dipakainya.Saat itu beberapa pelayan termasuk Sarah mendekat karena terkejut dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.“Ma-maaf, Tuan. Sa-saya ….” Sindy tak mampu berkata-kata untuk menjelaskan atau mengelak dari fakta yang baru saja diketahui oleh majikannya itu.Raynar benar-benar murka. Dia membanting dengan sangat keras ponsel Sindy ke lantai sampai hancur dan kini berserakan di lantai.Semua pelayan terdiam dan menunduk menyaksikan kejadian itu.“Beraninya kamu bersengkongkol untuk menyakiti istriku, nyonya di rumah ini!” amuk Raynar dengan emosi tak terkendali. “Siapa kamu sampai berani berniat menyentuh istriku, hah!”Sindy menggeleng cepat dan mencoba memberanikan diri menatap
Akhirnya Arunika diperbolehkan pulang setelah Nenek Galuh memberi perintah pada Raynar. Arunika sangat senang karena dia memang tidak betah dan trauma dengan rumah sakit semenjak kecelakaan menimpa orang tuanya.Nenek Galuh ikut mengantar Arunika pulang, sekarang mereka sudah sampai di mansion dan Nenek Galuh terus menggandeng Arunika masuk mansion bersama.Saat baru saja sampai di ruang tamu, Nenek Galuh menghentikan langkah dengan tatapan mata tertuju pada salah satu dinding di ruangan itu.“Kalian sudah memasang foto pernikahan kalian? Ini cantik sekali,” ucap Nenek Galuh menatap penuh kagum pada foto pernikahan berukuran besar yang terpajang di ruang tamu.Arunika melongo, sejak kapan foto itu di pasang di sana Seingat Arunika, pagi tadi foto itu belum ada di sana. Dan, siapa yang menduga kalau dua foto yang dicetak Raynar, ternyata salah satunya dipasang di ruang tamu.Nenek Galuh menoleh Arunika yang hanya diam. Dia menepuk pelan punggung tangan Arunika.“Kalian memang pasangan
Nenek Galuh sedang duduk bersantai di halaman samping seraya menikmati secangkir teh. Beberapa minggu ini perasaannya semakin tenang setelah Raynar bersedia menikah.“Nyonya.” Miranda–asisten kepercayaan Nenek Galuh datang dan langsung berdiri di samping kursi wanita itu sambil sedikit membungkukan badan.“Duduklah, minum teh bersamaku,” ajak Nenek Galuh sambil mempersilakan Miranda duduk.“Terima kasih, Nyonya,” balas Miranda, “tapi saya ke sini mau menyampaikan sesuatu,” kata Miranda kemudian.Nenek Galuh meletakkan cangkir teh di meja, lalu menoleh pada asisten pribadinya itu.“Menyampaikan apa?” tanya Nenek Galuh.
Arunika terkejut mendengar kata yang meluncur dari bibir Raynar. Apa dia tak salah mendengar? Apa suaminya salah bicara?“Maaf tak bisa menjagamu dengan baik.”Kalimat kedua yang diucapkan Raynar membuat perasaan Arunika begitu hangat, suaminya ternyata begitu mencemaskan dirinya.Namun, rasa tak percaya, cemas, takut, dan kelegaan bercampur menjadi satu di dalam hatinya membuat Arunika tiba-tiba meneteskan air mata.Bahkan karena tak mampu membendung gejolak yang meledak di hatinya, Arunika langsung menangis sampai terisak dengan kedua bahu yang bergetar hebat.“Aru.” Raynar terkejut mendengar suara isakkan Arunika lalu melepas pelukan. Dia menatap wajah Arunika yang sudah banjir air mata.Arunika terisak sampai sesenggukan.“Apa aku memelukmu terlalu keras? Mana yang sakit?” tanya Raynar panik mengira jika dia menyakiti Arunika.Raynar berdiri untuk memanggil dokter, tetapi tangannya lebih dulu ditahan Arunika.Raynar menatap Arunika yang menggelengkan kepala. Dia kembali duduk di t
Tatapan mata Raynar menajam saat melihat Nathan datang. Bahkan dia kini memutar posisi sehingga berdiri berhadapan dengan Nathan.“Bagaimana kondisimu?” tanya Nathan tanpa memedulikan keberadaan Raynar di sana.Arunika sedikit memiringkan kepala agar bisa melihat Nathan karena pandangannya pada Nathan tertutup tubuh Raynar. Belum juga Arunika menjawab, Raynar sudah lebih dulu bicara.“Apa yang kamu lakukan di sini?” Raynar menatap begitu dingin.Pandangan Nathan beralih pada Raynar. Bibirnya tersenyum samar hampir tak terlihat saat melihat Raynar menatap dingin padanya.“Tidak ada alasan untukku tak boleh berada di sini, ini fasilitas umum,” jawab Nathan dengan sikap tenang.
Raynar berada di lift untuk naik ke lantai teratas gedung anak cabang miliknya agar bisa segera pulang menggunakan helikopter yang dipesannya.Raynar mengepalkan telapak tangan begitu erat di samping tubuhnya. Baru beberapa jam dia meninggalkan Arunika, tetapi kejadian tak terduga menimpa sang istri.“Helikopternya sudah siap di atas, Pak,” kata Erik yang berdiri di samping Raynar.Raynar tak membalas. Tatapan matanya begitu tajam meski tertutup kacamata hitam yang bertengger di hidungnya.Raynar mengeluarkan ponsel saat lift terbuka di lantai teratas gedung itu. Dia berjalan keluar dari lift lalu menaiki anak tangga terakhir untuk menuju rooftop sambil berusaha menghubungi Arunika.Beberapa kali Raynar mencoba menghubungi, hasilnya tetap nihil. Nomor ponsel Arunika dalam kondisi tidak aktif, dia mencengkram erat ponselnya.Saat sampai di rooftop, Raynar menghentikan langkah lalu mencoba menghubungi Nichole lagi.“Apa Aru sudah ketemu?” tanya Raynar sambil menatap helikopter yang siap
Polisi tiba di lokasi dan langsung meringkus Adrian. Belati yang ada di tangan Adrian terlepas, sehingga Nathan pun ikut melepas dan memperlihatkan satu telapak tangannya yang terluka akibat sayatan belati yang ditahannya.Arunika begitu lega melihat polisi datang dan menangkap Adrian. Dia mencoba berdiri lalu berjalan menghampiri Nathan yang terluka.“Kak Nathan, tanganmu ….” Arunika mengeluarkan sapu tangan dari saku blazer lalu mengikatnya di telapak tangan Nathan agar darah bisa berhenti mengalir.“Aku tidak apa-apa,” ucap Nathan saat melihat Arunika mengikat sapu tangan dengan gemetar.“Bagaimana tidak apa-apa, lukanya sangat lebar,” ucap Arunika hampir menangis. Dia ketakutan karena Nathan terluka demi menyelamatkannya.Nathan menatap Arunika yang sedang menutup perlahan luka di tangannya, lalu tatapannya beralih ke darah yang mengalir di leher Arunika.“Lehermu juga terluka, Aru.” Nathan ingin menyentuh dagu Arunika agar bisa melihat jelas luka di leher gadis itu, tetapi Arunik
“Lepaskan dia,” pinta Nathan dengan satu tangan terangkat ke depan sebagai isyarat waspada dan siaga.Bukannya melepas Arunika, Adrian malah semakin menekankan belati di leher sampai kulit Arunika terluka dan mengeluarkan darah.Arunika meringis sambil memejamkan mata menahan perih di lehernya itu. Dia tak berkutik karena bergerak sedikit saja, maka sayatan lebar akan menyentuh kulitnya.“Lebih baik kamu menyingkir dan jangan halangi jalanku!” perintah Adrian sambil terus menekan ujung belati yang ada di leher Arunika.Adrian menatap tajam penuh waspada. Dia melirik pada tiga temannya yang terkapar tak berdaya di bahu jalan, lalu memandang pada mobil Nathan yang menghalangi jalannya.Nathan menatap pad
Adrian tersenyum miring.“Tugasku hanya membuatmu berpisah dari Pak Raynar.” Adrian duduk dengan tenang setelahnya. Arunika tidak paham dengan rencana dan apa yang akan Adrian lakukan. Meski ditahan, tetapi bukan berarti Arunika akan diam dan pasrah.“Kamu tidak akan mendapatkan apa yang kamu inginkan! Jadi lebih baik mimpi saja!” hardik Arunika lalu berusaha memberontak lagi agar bisa melepaskan diri dari pria yang menahannya.“Lebih baik kamu diam, Aru!” bentak Adrian.Arunika tak mau diam begitu saja, dia terus memberontak bahkan kedua kakinya kini berusaha menendang.Adrian dan satu pria kewalahan menahan Arunika, bahkan Adrian harus memegang kedua kaki Arunika.Tanpa diduga, sebuah mobil melesat cepat di belakang mobil Adrian. Mobil SUV hitam berusaha untuk menyalip mobil Adrian.“Ada yang mengikuti kita,” kata teman Adrian yang menyetir. Dia mengamati dari spion jika mobil di belakang mereka itu terus berusaha untuk menyalip mereka.Adrian menoleh ke belakang. Dia menyipitkan m