Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 52 : Abian Bertemu Alan

Share

📌 52 : Abian Bertemu Alan

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2025-01-31 09:53:50

Mama datang membawa alat pendeteksi detak jantung janin. Dengan senyum sumringah, alat itu langsung mama dekatkan dengan perut Natasya.

“Ma!” Abian menahan lengan mama.

“Kenapa, Bi?”

“Eum—aku baru inget, fetal doppler baru bisa dipake saat usia kandungan sepuluh minggu.”

Mama dan papa saling tatap.

“Emangnya kandungan Natasya berapa minggu, Bi?”

Abian melirik Natasya, “Baru—enam minggu, ma.”

“Oh. Itu perutnya udah agak keliatan. Mama pikir udah diatas delapan minggu.” Mama menaruh alat di meja dan duduk disebelah Natasya, “Ya udah kalo belum bisa. Mama elus-elus aja cucu kesayangan mama. Halo, sayang, ini—oma. Kamu—lagi apa di dalem?”

Papa tertawa, “Giliranku.”

“Oh iya, besan, tentu.” Mama bangkit, membiarkan papa mengelus perut Natasya.

Dengan tangan bergetar, papa mengelus perut karet Natasya, “Halo, kakak. Ini—kakek. Terima kasih sudah hadir di dunia ini, di rahim—” papa mendongak, “Kamu mau dipanggil apa, Sya?”

Bukannya menjawab, Natasya malah menangis.

Abian tersenyum
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pernikahan Bayaran    📌 53 : Perbincangan Malam Minggu

    Abian terus melirik Natasya yang sudah menghabiskan setengah loyang kue favoritnya.“Ini kue terenak di dunia. Aku bisa makan ini setiap hari.”“Kalo setiap hari kamu bisa kena kolesterol dan diabetes, Nat.”Natasya berhenti mengunyah, “Itu hanya ungkapan sangking enaknya. Kata lain dari ‘rasanya kayak mau meninggoy’.”“Saya gak tahu kenapa ada manusia selebay itu sampe bilang mau meninggal. Kayak mereka beneran pernah sekarat aja.”Natasya kesal bukan main pada suami kontraknya ini, “Gak ngerti ungakapan banget sih. Udah deh diem aja.”“Kamu yang diem. Berhenti makan. Ini udah jam berapa coba?”“Biarin. Ibu hamil itu harus makan banyak tahu!”Abian mencondongkan badannya ke meja makan, “Hamil palsu.”Natasya melotot, “Jangan asal ngomong, nanti mama denger!”Abian bangkit, “Saya mau cari angin dibelakang rumah. Kamu ikut.”“Dih, sana aja sendiri.”“Ini perintah konsulen.” Abian berjalan duluan.“Huu, dasar konsulen otoriter. Dia pikir ini rumah sakit apa. Lagi libur aja

    Last Updated : 2025-01-31
  • Pernikahan Bayaran    📌 54 : Perasaan yang Berbeda

    Natasya turun dari mobil Abian setelah ia mengancam akan turun paksa. Ia tidak mau diantarkan sampai ke depan rumah Alan. Bisa bahaya kalau mereka bertemu lagi. Ia sudah memesan ojek online dan langsung pergi.Ia tak bisa pura-pura lupa dengan jawaban Abian semalam, mengenai ia yang mulai mencintainya karena sering bertemu. Begitu di konfirmasi ulang pun, Abian mengiyakannya. Apa benar perasaan itu mulai tumbuh dihati lelaki sekeras Abian padanya?Ojek online sampai. Alan menyambutnya depan pagar.“Sayang?” Natasya memeluk Alan erat, “Maaf ya aku baru kesini lagi.”“Gak papa. Yuk masuk.”Natasya mendorong kursi roda Alan ke dalam rumah. Ia menaruh barang bawaannya. Ketika duduk, Alan terus memperhatikan perutnya, “Kenapa?”“Perut kamu—kok keliatan agak gemuk?”Natasya gelagapan ketika kedua matanya dengan cepat melirik perutnya sendiri, “Ah, ini. Aku—sembelit, sayang.”“Ya ampun. Udah berapa lama kamu gak BAB?”“Satu—minggu. Iya, satu minggu.”“Aku ada simpen obat sembelit,

    Last Updated : 2025-02-01
  • Pernikahan Bayaran    📌 55 : Perasaan yang Berbeda 2

    Pov AbianSenyum Abian tak terlihat selama menemani Aca memilih tas dan sepatu di toko langganan keluarganya. Jadwal rutin kekasihnya untuk belanja membuatnya sedikit jengah karena dirasa terlalu menghamburkan uang.“Sayang, yang ini bagus gak?” tanya Aca memamerkan sebuah sepatu heels berwarna silver.Abian mengangguk, “Bagus, sayang.”“Aku mau yang ini ya?”“Iya, ambil aja.”Aca menyambar sepatu lainnya, “Sayang, aku mau yang ini juga.”“Oke.”Aca memberikan empat sepatu pada pramuniaga, “Tolong dibungkus semua ya.”“Baik, mbak.”“Tapi jangan ditotalin dulu, saya mau liat tas keluaran terbaru. Tolong antar saya kesana.”“Mari, mbak.”“Sayang, aku tinggal ya?”Abian mengangguk.Abian membuka ponselnya, menatap foto Natasya yang berbalut kebaya putih pilihan mama, “Apa Natasya belum sadar juga kalo gue—mulai berubah pikiran? Dia—secinta itu sama Alan? Ngomong-ngomong Alan kerja apa ya? Penampilannya sih rapi mirip orang kantoran. Apa dia manager keuangan? Apa—seorang CEO

    Last Updated : 2025-02-01
  • Pernikahan Bayaran    📌 56 : Ketahuan Bohong

    “Saya ke kamar. Tolong nanti bawain teh hangat ya. Saya mau review beberapa thesis temen kelompok kamu.” “Siap, dok.” Abian menaiki tangga dengan cepat. Ia langsung membicarakan teknik operasi dengan dokter Farhan melalu telpon. Natasya jadi curiga ia akan ketiban sibuk itu dan akan berjaga malam ini. Natasya membuka kulkas, mencari sisa cake stroberi kesayangannya. Sebelum membuat teh pesanan Abian, ia memakan hampir seluruhnya, takut keburu tak ada waktu karena akhir pekan sudah berakhir. “Gilaaa, ini enak bangeeet.” Natasya mengambil gelas, “Seret. Minum mana minum?” Selesai minum, sebelum memakan kembali sisa kue, Natasya menggaruk perutnya yang tertempel karet hamil palsunya, “Duh, gatel lagi. Semenjak pake ini kulit perut jadi ruam. Sebenernya dokter Abian cuci karetnya gak sih? Curiga enggak deh.” Natasya melirik sana-sana melihat situasi aman. Ia akan melepas perut karet itu, karena lemnya pun sepertinya sudah tidak selengket tadi pagi. Begitu ia menarik perut karet

    Last Updated : 2025-02-02
  • Pernikahan Bayaran    📌 57 : Berdamai dengan Keadaan

    Natasya mengendap-endap mendekati pintu ruangan Abian. Ia membuka pintu perlahan dan masuk. “Oke, aman. Kayaknya dia lagi visit. Akhirnya gue bisa istirahat sejenak dan bebas dari amukkan dia. Dia pasti kesinggung gue gak mau pulang dan ketemu mama. Bodo amat lah.” Natasya mengambil posisi di sofa. Ia duduk memanjang dan memainkan ponselnya, “Udah lama gue gak nonton bioskop. Gue ajak siapa ya, kesana? Vina gak mungkin. Alan apalagi. Dokter Abian—ah, dia mana mau.” Ceklek. Pintu terbuka. Natasya melotot, “Dok?” “Kamu ngapain disini?” Natasya duduk tegap, “Aku—ikut tidur disini ya, dok? Aku berharap bakal dapet jadwal shift malem sih, tapi ternyata nggak.” “Kenapa gak pulang atau nginep di rumah papa?” Abian duduk disamping Natasya. “Papa—sama kecewanya kayak mama. Papa juga suruh aku pulang, tapi aku takut ganggu mama. Tolong izinin aku tidur disini, dok. Plisss.” Abian mengangguk, “Kalo jadi kamu juga saya—gak akan tidur di rumah.” Ia melirik Natasya sambil bangkit,

    Last Updated : 2025-02-02
  • Pernikahan Bayaran    📌 58 : Mencuri Hati Mama

    Natasya membeli banyak hadiah untuk mama. Mulai dari baju, parfum sampai makanan kesukaannya. Tentu yang mendanai semua adalah Abian. Ia juga jadi korban kemarahan mama, sehingga akan menyumbangkan semua yang bisa diberikan agar mama kembali memberikan hatinya untuk mereka.“Udah semua?” tanya Abian sebelum mereka pulang setelah berganti shift.“Udah, dok. Mama—akan luluh dengan cara begini emangnya?” Natasya pesimis. “Ya kita coba aja.”Vina baru turun dari taksi. Ia membawa dua tas sekaligus. Ia menunduk sopan pada Abian yang tengah memasukkan semua hadiah untuk mama ke dalam mobil, “Malam dokter Abian.”“Malam.”Vina melirik semua barang itu.Natasya tahu Vina pasti bertanya-tanya mengenai banyaknya barang yang diterima Abian dari kurir paket kilat, “Sana masuk.”“Ada apa?” tanyanya tanpa suara.“Buat nyokap.”Vina mengerling curiga, “Lo bikin masalah ya, dan itu sogokkan?”Natasya dan Abian saling lirik.“Hehehe, saya

    Last Updated : 2025-02-03
  • Pernikahan Bayaran    📌 59 : Anak untuk Natasya dan Abian

    “Dokter Natasya tolong segera ke UGD!” teriak perawat ketika mendapat panggilan darurat.Natasya baru menyuap karena belum makan siang, padahal hari sudah sore. Ia menutup nasi box yang dikirim kantin rumah sakit. Ia berlari kencang mencari lift yang kosong. Nihil. Semua lift akan lama terbuka, sehingga ia menuruni tangga dari lantai lima.Begitu sampai UGD, ia yang akan mendekati ranjang pasien langsung berhenti karena ada Abian yang baru membalikkan badan.“Pasien sudah saya tangani.”Natasya ngos-ngosan. Ia mengangguk, “Terima kasih dokter.”Abian menunjuk satu buah nasi yang menempel diujung bibir Natasya, “Itu—”Natasya mengambilnya, “Saya belum makan dari siang. Operasi selesai lebih lama dari dugaan.”“Ya udah, makan di ruangan saya biar gak ada yang ganggu selama kamu makan. Disana ada makanan saya, ambil aja.”Natasya mengangguk, “Makasih ya, dok.”Langkahnya yang gempor, membuat Natasya berhenti sejenak. Ia menyeka keringat yang

    Last Updated : 2025-02-03
  • Pernikahan Bayaran    📌 60 : Anak Adopsi

    Anak lelaki itu mengulurkan tangannya, “Aku Haikal, panggil aja Ical.”Abian menerima uluran tangan itu. Haikal salim padanya, “Saya Abian.”“Aku tahu.” Haikal mengulurkan tangan pada Natasya, “Hai mamih, aku Ical.”“Tante—Natasya.”“Mamih!”Natasya melirik Abian.“Dia anak kamu?”“Aku belum punya anak, dok!”“Terus kenapa dia tiba-tiba panggil kamu mami?”“Dia juga manggil dokter papi! Dia anaknya Aca kalik!”“Aca siapa?” tanya Haikal.Abian dan Natasya sama-sama diam.“Aku udah bilang aku anak kalian, mami Natasya dan papi Abian.”Abian tertawa, “Kamu anak hilang ya? Saya akan antarkan ke panti sosial atau ke rumah sodara kamu. Pasti ada alamat yang kamu inget ‘kan?”Haikal malah masuk ke dalam ruangan Abian, “Capek banget gak percaya sama omongan aku.”Abian melotototi Natasya, “Dia siapa sih?”“Aku gak tahu! Bukannya dokter yang pertama ke ruangan? Kenapa malah tanya aku?”“Dia udah ada sebelum saya dateng, lagi tiduran di sofa sambil liatin foto pernikahan kita yang gak tahu ken

    Last Updated : 2025-02-03

Latest chapter

  • Pernikahan Bayaran    📌 169 : Akhir Cerita

    Mama dan Abian membuang nafas kesal ketika tahu yang datang adalah papa. Sedang Natasya hanya mengeratkan tubuh Haikal pada tubuhnya karena takut terjadi pertengkaran antara papa dan mama.“Mau apa lagi kamu kesini?” tanya mama lugas.“Mira, maafkan aku. Setelah resmi bercerai, aku merasa—tidak bisa kehilanganmu. Aku yakin kamu dan Abian juga begitu. Apa tidak sebaiknya kita kembali?”Mama tertawa, “Kembali? Jangan mimpi kamu! Aku dan Abian sangat baik-baik saja setelah kita tidak lagi terikat pernikahan. Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumahku lagi. Pergi!”Papa bersimpuh di kaki mama, “Tolong berikan kesempatan kedua, Mir. Aku tidak punya apa-apa lagi sekarang.”Mama tertawa lagi, “Bukankah kamu punya perempuan itu? Tinggallah bersamanya dan jangan ganggu kami lagi!”“Mir, Aca menjual semua asetku tanpa diketahui. Kamu benar, dia memang perempuan ular. Aku mohon terima aku kembali.”Mama melirik Abian sebelum pergi, “Mama mau istirahat.”

  • Pernikahan Bayaran    📌 168 : Cerita yang Berbeda

    Tujuh bulan kemudian... Natasya kesusah berjalan, ketika kehamilannya mencapai usia tiga puluh empat minggu. Ia sudah cuti sejak dua bulan lalu karena sempat keluar flek. Abian, mama mertua, papa-mama, serta Vina dan Irvan tentu sangat khawatir dan memintanya untuk cuti. Natasya setuju. Ia rela tak lulus tepat waktu asalkan anaknya baik-baik saja. “Mas, plis aku mau ikut ke rumah sakit.” Natasya mengejar Abian yang bolak-balik membawa laptop dan jurnal di ruang kerja. “Mending kamu istirahat deh, mau ngapain sih ke rumah sakit?” “Aku bosen tahu di rumah terus. Habis keliling poli bedah kardiotoraks aku pulang kok.” Abian tertawa, “Kamu pengen anak kita juga jadi bagian bedah kardiotoraks?” “Oh iya dong, dia harus ikutin jejak kita.” Natasya diam sejenak, “Enggak deh, mending dia ambil spesialis lain. Mas, ya, plisss. Aku gak akan capek-capek kok.” Abian membalikkan badan. Ia mengelus perut bulat

  • Pernikahan Bayaran    📌 167 : Bukti Konkret

    “Nat! Jangan dipukul-pukul! Nat!” Abian berusaha mengambil tangan Natasya yang terus memukul-mukuli perutnya. Pintu terbuka. Semua orang yang semula menunggu di luar ruangan, masuk karena mendengar suara pekikkan Natasya. “Nat?” Vina memanggil lirih. “Vin, tolong panggilin perawat!” Vina mengangguk. Ia berlari keluar ruangan untuk memanggil perawat jaga. Tak lama dua perawat masuk membuntut dibelakang tubuhnya. “Tenang, ya, bu. Yang lain boleh menunggu diluar.” Abian melepaskan pelukannya yang kencang pada tubuh Natasya. Ia terpaksa keluar karena tak mau mengganggu proses pemeriksaan. Setelah pintu ditutup, satu perawat menenangkan Natasya, dan yang lain menyuntikkan obat penenang dosis rendah yang aman untuk wanita hamil pada punggung tangannya. Perlahan, tubuh Natasya yang mengamuk mulai tenang. “Bu, tenang ya. Ibu sedang hamil muda. Stress sedikit pun akan mempengaruhi tumbuh kem

  • Pernikahan Bayaran    📌 166 : Tak Bisa Bercerai

    Tok-Tok-Tok“Sya? Papa mohon kita bicara dulu.” Papa mengernyit, “Kok sepi, ya?”Ceklek.“Sya!” papa melotot melihat Natasya pingsan, “Sya, bangun, Sya!”Papa menangis sambil merogoh ponsel di saku celana. Papa langsung menelpon seseorang, “Angkat Abian, angkat.”“Halo, pa?”“Bi, pulang ke rumah, Natasya pingsan.” kata papa dengan panik.“Iya, pa, saya kesana sekarang.”Papa mengangkat tubuh Natasya ke atas ranjang, “Ya ampun, Sya, kamu kenapa begini sih?”Tak lama Abian datang bersama Haikal yang masih bersamanya.“Nat?” Abian mendekati Natasya, “Kapan Natasya pingsan, pa?”“Papa gak tahu. Tadi pulang-pulang dia langsung masuk kamar. Papa gak tahu kenapa Natasya pingsan.”“Tadi Natasya sempet mual dan muntah karena aroma kari. Mungkin asam lambungnya kambuh. Kita bawa Natasya ke rumah sakit, pa.”***Natasya membuka matanya perlahan saat membaui bau obat yang kentara. Kepalanya bergerak ke kanan kiri mencari seseo

  • Pernikahan Bayaran    📌 165 : Mantap Bercerai

    “Gimana mungkin aku percaya? Kamu ajak aku sama Ical kesini, dan tiba-tiba ada dia. Kamu pikir aku bisa nyangka semuanya kebetulan?”“Aca lewat depan resto dan gak sengaja liat aku. Begitu ‘kan, Ca?”Aca menatap Natasya, “Gue sama Abian janjian disini, Nat, seperti yang udah-udah. Lo mungkin pernah denger kalo restoran ini adalah tempat pertama kita ketemu. Gue—menyesali perbuatan kemarin dan berniat—”Abian melotot tak percaya pada ucapan Aca, "Ca! Kamu ngomong apa sih? Jelas-jelas kamu tadi bilang gak sengaja liat aku sama Ical ada disini.”.Natasya menggeleng, “Udah cukup, mas, kamu nyakitin aku! Keputusannya udah aku pikirin baik-baik. Aku mau kita pisah!” ia membawa tas tangan dan berjalan keluar dengan cepat.“Mami!” Haikal mengejar Natasya.“Nat, tunggu! Nat, semua gak seperti yang kamu pikirin. Tanya aja sama Ical, dia denger semuanya.” Abian berlari mengejar Natasya yang terus berjalan ke luar pelataran resto.Natasya menemukan taksi yang

  • Pernikahan Bayaran    📌 164 : Kembali di Sakiti

    Selesainya sesi foto dan pembagian hadiah, Natasya langsung memesan taksi online. Ia menatap baju kaos putih yang dikenakannya masih bersih. Matanya mengedar, melihat baju para orang tua dan wali lain—penuh dengan cat. Ia tak bisa mengikuti lomba karena saat baru menuangkan pewarna pada wadah, Abian harus mengangkat telpon dan mereka di diskualifikasi.Natasya membuang nafas berkali-kali saat sadar Haikal marah padanya dan Abian. Semua memang salahnya. Mungkin kalau ia tak membahas rahasia pernikahan kontrak itu, mereka masih bisa sama-sama dan pergi menagih traktiran dari Abian.TAP!Sebuah tangan menempel dibelakang baju Natasya, membuatnya refleks menoleh, “Ical?”Wajah Ical yang cemberut berubah ceria. Mulutnya tersenyum, menampilkan gigi rapinya berderes cantik, “Baju kita bersih, aku gak suka. Mami mau bikin kenang-kenangan gak di baju aku?”Natasya mengangguk.Haikal menuangkan cat warna dari botol pada telapak tangan Natasya, “Tempelin, mi,

  • Pernikahan Bayaran    📌 163 : Saling Jujur

    Masih banyak perlombaan yang harus di ikuti, tapi Abian terus mendapat telpon darurat. Untungnya ia tak perlu ke rumah sakit, hanya perlu memantau kondisi pasien melalui via telpon.“Mas?” Abian menoleh.Natasya membawakan minuman yang dibagikan pihak sekolah, “Minum dulu.”“Makasih.”Mereka duduk di bawah pohon saat lomba masih berlangsung. Kini tengah di adakan lomba bakiak antar keluarga.“Ical gak ngambek karena kita di diskualifikasi dari lomba?”“Enggak kok. Temen-temennya juga banyak yang gak bisa ikut karena orang tuanya gak dateng.”Abian melirik Natasya, “Kamu seneng hari ini?”Natasya tersenyum, “Banget, mas. Lumayan lah kita menang di dua lomba.”“Pengennya pasti kamu menang di semua lomba.”Natasya melirik Abian dan mengangguk, “Oh iya dong, harusnya semua lomba. Hadiahnya ‘kan lumayan.”“Nanti aku yang akan kasih hadiah buat kamu dan Ical.”Senyum Natasya luntur, “Gak usah, mas, buat Ical aja.”Haik

  • Pernikahan Bayaran    📌 162 : Kebahagiaan Sehari

    “Ical kebagian lomba apa? Katanya orang tua atau walinya harus ikutan ya?” Natasya berusaha mengalihkan topik.“Banyak lombanya, mi. Semua anak harus ngikutin semua kegiatan sama orang tuanya. Mama papa aku gak bisa dateng. Untungnya kalian bisa. Makasih ya, mi, pi.”“Sama-sama, Cal.” Abian mengacak-acak rambut Haikal yang sudah tumbuh.“Ya udah kita ke lapang, mi, pi.”Haikal berlari lebih dulu ke tengah lapang. Sedang Abian menarik lengan Natasya yang baru akan melangkah.“Nat, untuk hari ini aja, kita lupain gencatan senjata yang ada di depan Ical.”“Iya, mas.”“Ya udah kita kesana.” Abian menuntun Natasya ke lapang.Sebelum memasuki lapang, panitia memberikan kaos putih berlengan pendek untuk dikenakan semua orang tua atau wali. Siswa sendiri sudah memakai baju itu sedari dari rumah.“Untuk orang tua wali langsung berbaris ya di barisan orang tua sesuai angkatan siswa. Kami sudah memberikan tanda disetiap sudut.” panitia memberikan ar

  • Pernikahan Bayaran    📌 161 : Tujuan yang Sama

    Natasya baru selesai jaga malam. Sudah tiga hari ia menginap di rumah papa dan tidur berdua dengan mama. Papa mengalah. Papa memilih menginap di rumah temannya karena tidak mungkin satu atap dengan mama meski ada anak mereka. “Balik kemana sekarang?” tanya Vina yang juga baru selesai jaga malam. “Gak balik gue.” Natasya sibuk menalikan sepatunya. “Jangan gila lo. Kita gak tidur semaleman karena bangsal lagi rame. Kita juga bolak-balik UGD terus.” “Gue mau ke suatu tempat.” “Kemana?” Natasya menutup pintu loker dan merapikan bajunya, “Ada aja. Gak mau bilang, takut lo ikut.” “Idih. Gue sibuk kali, mau ngurus bocah. Eh, lo—kapan kasih keputusan sama dokter Abian?” Natasya diam. Vina menyikut, “Jangan lama-lama. Kalo lo emang mau lepasin dia ya udah. Banyak residen tahun pertama yang antre tuh.” “Hah? Mereka gak tahu dia suami gue?!” Vina tertawa, “Lo tuh maruk amat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status