Home / Rumah Tangga / Pernikahan Bayaran / 📌 46 : Gagal Bertemu Alan

Share

📌 46 : Gagal Bertemu Alan

Author: Rahmani Rima
last update Last Updated: 2025-01-28 07:45:22

“Aku udah di jalan, sayang. Iya, aku naek taksi nih, soalnya lagi capek, hehe. Kamu gak masak ‘kan? Aku bawain makanan dari kedai deket rumah sakit. Oh ya udah, tungguin aku kayak biasa ya, di depan. Aku tutup. Dadah.” Natasya tersenyum menatap wallpaper foto dirinya dan Alan yang membuat tanda cinta.

“Harusnya gue jengukin Alan seminggu sekali kayak dulu. Tapi—keadaan lagi gak kondusif. Dia—sebenernya marah gak ya sama gue?” Natasnya cemberut, “Ya pasti marah lah, Sya, pake nanya lagi lo.”

Supir taksi menatap Natasya.

“Saya gak gila, pak. Saya emang sering ngomong sendiri. Itu seru.”

“Iya, mbak, lanjutin aja.”

Taksi bergerak pelan karena jalanan macet di penuhi karyawan kantor dan anak sekolah yang baru pulang. Untungnya Natasya memesan taksi, sehingga ia bisa sedikit istirahat.

“Pernikahan gue sama dokter Abian udah berjalan mau dua bulan. Cepet juga. Gue kira dia senyebelin itu. Emang nyebelin sih tapi—cakep. Ah, untung dia cakep.”

Semakin sore, taksi benar-benar tak berger
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Pernikahan Bayaran    📌 47 : Diskusi Serius

    Natasya menunggu Abian turun dari mobil. Ia tak berani masuk lebih dulu untuk bertemu papa.Abian menggandeng tangan Natasya, “Kita hadapi semua sama-sama.”“Aku—gak mau masuk.”“Kamu pikir kalo diem disini kamu akan tahu papa sakit apa?”Tak ada jawaban.Abian memegangi kedua bahu Natasya, “Saya akan peluk kamu semaleman ini, dan itu gratis. Kita masuk sekarang.”Natasya merasa bertemu papa kali ini seperti akan menghadapi ujian OSCE. Ia tak pernah setakut ini sebelumnya. Ia yang belum sempat makan malam karena terjebak macet, tambah lemas.Sebelum mengetuk pintu, papa keluar. Papa membawa segelas teh yang masih mengepul.“Eh, Sya, nak Abian? Masuk, kita makan.”Papa tak berhenti tersenyum melihat tangan Abian terus bertaut dengan tangan Natasya di atas meja makan, “Maaf ya, kita cuma makan seadanya.”Abian tersenyum, “Gak papa, pa. Ini cukup. Proteinnya full.”“Begitulah kalau duda. Yang penting makan lancar, gizi seimbang.”“Emang kenapa sama telor dadar dan sayur bayem

    Last Updated : 2025-01-28
  • Pernikahan Bayaran    📌 48 : Memulai Aksi

    Natasya baru pulang ke rumah setelah menginap di rumah sakit selama dua hari. Ia harus mempersiapkan diri sematang mungkin untuk ujian bedah kemarin. Semuanya lancar. Dokter Farhan yang menjadi penilainya merasa puas dengan tangan cekatannya di meja bedah. “Nat, kamu mau makan atau tidur dulu?” mama melenggang dari dapur, membawakan sebuah mangkuk sop yang wanginya menggetarkan hidung Natasya. “Aku mau makan sekarang deh, ma. Aku gak terlalu begadang semalem, soalnya pasien aman.” “Syukurlah. Abian mana ya?” mama melirik tangga, “Bi, ayo sarapan.” “Iya, ma.” Abian masuk dari belakang rumah. Tubuhnya penuh dengan keringat. Ia duduk disebelah Natasya. “Kamu—dari tadi olahraga?” “Iya. Mama pikir aku masih tidur?” Mama menggeleng, “Oyah, nanti siang mama rencananya mau jenguk cucu temen mama ke rumah sakit. Kalian mau ikut gak?” “Boleh. Kamu gimana, sayang?” Natasya mengangguk, “Ayo, ma.” “Senengnya mama sekarang ada yang nemenin.” Abian melirik Natasya. Ia memberika

    Last Updated : 2025-01-29
  • Pernikahan Bayaran    📌 49 : Sibuk dengan Kekasih Gelap

    Sudah satu bulan, sejak memutuskan hamil palsu, Natasya tak lagi bicara dengan Abian. Ia merasa terancam dengan permintaannya mengenai bertemu Alan. Kalau suami kontraknya benar bertemu Alan, ia tidak tahu apa yang akan dikatakannya. Abian adalah orang yang tak terduga. Responnya bisa saja baik atau justru lebih buruk dari apa yang dipikirkannya.Vina memberikan papan visit, “Nat, pasien di bangsal baru aja gue ganti infus. Dia banyak ngeluh, lo sabar aja ya. Gue mau balik.”Natasya mengangguk pelan.“Lo—kenapa sih? Aneh tahu gak sebulan ini begini terus.”“Gak papa kok.”“Si—maksud gue dokter Abian—gak nyakitin elo ‘kan?”Natasya menggeleng, “Semua aman.”“Hm, syukurlah.” Natasya mendorong Vina, “Ya udah sana, katanya mau pulang.”“Kalo lo gak enak badan, gue—bisa kok lanjutin shift.”“Ngomong apaan sih lo, Vin. Kasian anak-anak lo. Bye!” Natasya berjalan cepat meninggalkan Vina.Natasya menandatangani absensi dan segera membuat laporan jaga. Sudah satu bulan, selama ia j

    Last Updated : 2025-01-29
  • Pernikahan Bayaran    📌 50 : Hamil Karet

    Natasya menguap lebar-lebar ketika memasuki kamar. Ia sudah bertemu mama yang sedang menyirami bunga di depan. “Nat, buruan!” Abian menariknya masuk ke dalam kamar, “Mama gak pegang perut kamu ‘kan tadi?” “Pegang.” “Yah, bahaya. Nanti kalo karetnya ditempelin mama akan sadar dong kalo gundukkannya beda?” “Gundukkan, di kira kuburan apa?” “Ya apalah itu namanya. Mana karetnya? Saya mau liat. Kita pasang sama-sama.” Dengan mata tertutup dan langkahnya yang lemah menuju ranjang, Natasya merutuk kesal, “Orang mau tidur malah disuruh pake perut karet. Nanti aja lah.” “Nat, takut mama keburu pegang perut kamu lagi.” “Habis tidur aku mau mandi. Ya percuma dong, dok, nanti dilepas lagi.” “Saya cuma mau liat pas nempel di perut kamu gimana.” Natasya tak lagi menggubris ucapan Abian. Ia sangat ngantuk dan tak bisa menahannya. “Yang jaga malam bukan cuma kamu, tapi saya juga, Nat! Lemah, baru segitu udah ngantuk.” Abian tak sabar. Ia ingin melihat perut karet itu untuk

    Last Updated : 2025-01-30
  • Pernikahan Bayaran    📌 51 : Kebahagiaan untuk Cucu

    Abian menuntun Natasya ketika menuruni tangga. Di ruang tivi sudah ada mama dan papa yang tersenyum menyambut ibu hamil muda.“Sini mama jemput.” Mama menuntun Natasya, “Kalian perlu pindah kamar, soalnya kehamilan Natasya ini masih rentan, Bi. Nanti mama minta mbok pindahin barang-barang kalian ya.”“Gak usah lah, ma, Natasya kuat kok.” Abian berusaha membela Natasya. Ia tahu jika mereka pindah kamar, akan lebih bahaya karena mama bisa masuk ke kamar untuk mengelus perutnya lebih sering.“Kamu tuh gak pengertian banget sih sama istri kamu. Yang hamil itu Natasya, bukan kamu, Bi.”Papa tertawa, “Biarkan saja besan. Abian lebih tahu kondisi Natasya. Mereka pasti sudah melaksanakan serangkaian tes di dokter kandungan.”Mama membuang nafas pelan, “Kalian bersyukur papa bela kalian. Nat, kamu udah laper? Kita makan sekarang ya? Kamu mau makan apa?”Natasya bingung setiap kali mama bertanya begitu. Ia terbiasa makan apapun yang di sediakan, apalagi sejak jadi dokter ko-ass, rasanya l

    Last Updated : 2025-01-30
  • Pernikahan Bayaran    📌 52 : Abian Bertemu Alan

    Mama datang membawa alat pendeteksi detak jantung janin. Dengan senyum sumringah, alat itu langsung mama dekatkan dengan perut Natasya.“Ma!” Abian menahan lengan mama.“Kenapa, Bi?”“Eum—aku baru inget, fetal doppler baru bisa dipake saat usia kandungan sepuluh minggu.”Mama dan papa saling tatap.“Emangnya kandungan Natasya berapa minggu, Bi?”Abian melirik Natasya, “Baru—enam minggu, ma.”“Oh. Itu perutnya udah agak keliatan. Mama pikir udah diatas delapan minggu.” Mama menaruh alat di meja dan duduk disebelah Natasya, “Ya udah kalo belum bisa. Mama elus-elus aja cucu kesayangan mama. Halo, sayang, ini—oma. Kamu—lagi apa di dalem?”Papa tertawa, “Giliranku.”“Oh iya, besan, tentu.” Mama bangkit, membiarkan papa mengelus perut Natasya.Dengan tangan bergetar, papa mengelus perut karet Natasya, “Halo, kakak. Ini—kakek. Terima kasih sudah hadir di dunia ini, di rahim—” papa mendongak, “Kamu mau dipanggil apa, Sya?”Bukannya menjawab, Natasya malah menangis.Abian tersenyum

    Last Updated : 2025-01-31
  • Pernikahan Bayaran    📌 53 : Perbincangan Malam Minggu

    Abian terus melirik Natasya yang sudah menghabiskan setengah loyang kue favoritnya.“Ini kue terenak di dunia. Aku bisa makan ini setiap hari.”“Kalo setiap hari kamu bisa kena kolesterol dan diabetes, Nat.”Natasya berhenti mengunyah, “Itu hanya ungkapan sangking enaknya. Kata lain dari ‘rasanya kayak mau meninggoy’.”“Saya gak tahu kenapa ada manusia selebay itu sampe bilang mau meninggal. Kayak mereka beneran pernah sekarat aja.”Natasya kesal bukan main pada suami kontraknya ini, “Gak ngerti ungakapan banget sih. Udah deh diem aja.”“Kamu yang diem. Berhenti makan. Ini udah jam berapa coba?”“Biarin. Ibu hamil itu harus makan banyak tahu!”Abian mencondongkan badannya ke meja makan, “Hamil palsu.”Natasya melotot, “Jangan asal ngomong, nanti mama denger!”Abian bangkit, “Saya mau cari angin dibelakang rumah. Kamu ikut.”“Dih, sana aja sendiri.”“Ini perintah konsulen.” Abian berjalan duluan.“Huu, dasar konsulen otoriter. Dia pikir ini rumah sakit apa. Lagi libur aja

    Last Updated : 2025-01-31
  • Pernikahan Bayaran    📌 54 : Perasaan yang Berbeda

    Natasya turun dari mobil Abian setelah ia mengancam akan turun paksa. Ia tidak mau diantarkan sampai ke depan rumah Alan. Bisa bahaya kalau mereka bertemu lagi. Ia sudah memesan ojek online dan langsung pergi.Ia tak bisa pura-pura lupa dengan jawaban Abian semalam, mengenai ia yang mulai mencintainya karena sering bertemu. Begitu di konfirmasi ulang pun, Abian mengiyakannya. Apa benar perasaan itu mulai tumbuh dihati lelaki sekeras Abian padanya?Ojek online sampai. Alan menyambutnya depan pagar.“Sayang?” Natasya memeluk Alan erat, “Maaf ya aku baru kesini lagi.”“Gak papa. Yuk masuk.”Natasya mendorong kursi roda Alan ke dalam rumah. Ia menaruh barang bawaannya. Ketika duduk, Alan terus memperhatikan perutnya, “Kenapa?”“Perut kamu—kok keliatan agak gemuk?”Natasya gelagapan ketika kedua matanya dengan cepat melirik perutnya sendiri, “Ah, ini. Aku—sembelit, sayang.”“Ya ampun. Udah berapa lama kamu gak BAB?”“Satu—minggu. Iya, satu minggu.”“Aku ada simpen obat sembelit,

    Last Updated : 2025-02-01

Latest chapter

  • Pernikahan Bayaran    📌 70 : Sahabat Baru

    “Ayo turunin, ada ular tuh.” tegur Irvan. Haikal manyun, “Kok aku ketemu ular terus sih!” Natasya dan Irvan tertawa. “Mami bantu turunin ya.” Natasya menurunkan objek milik Haikal karena termakan ular saat bermain ular tangga, “Turuuuun.” “Tahu ah, aku mau tidur aja.” Haikal beranjak dari sofa. “Sikat gigi, cuci kaki-tangannya, Cal!” teriak Natasya ketika Haikal memasuki kamar mandi ruangan Abian. “Aku tahu! Aku bukan anak kecil!” “Waduh, iya deh anak remaja.” Irvan tertawa, “Ical lucu banget sih. Dia mirip sama seseorang.” “Mas Abian ya?” Mereka tertawa. “Abian sebenernya ada urusan apa diluar?” Natasya berhenti tertawa, “Ketemu Aca.” Irvan tak percaya dengan apa yang didengarnya, “Hah?” “Aku—gak papa kok, Van. Mungkin mereka lagi ada urusan.” “Mereka—masih belum putus juga?” Natasya tersenyum, “Gak akan mudah ninggalin Aca. Dia cantik, kerjaannya bagus. Hubungan mereka juga udah lumayan lama ‘kan? Aku ngerti kok mas Abian butuh waktu untuk—lepasin Aca

  • Pernikahan Bayaran    📌 69 : Tawaran Kerja Sama dengan Aca

    Pov AbianAbian baru sampai di apartemen Aca. Ia membawakan berbagai macam buah segar untuk dibuat smoothies. Ketika ia akan masuk, password pintu berbeda dari terakhir kali ia diberi tahu setelah diganti.“Aca ganti lagi passwordnya?”Abian menelpon kekasihnya. Tapi tak kunjung diangkat.Ting-NongTing-NongTing-NongTak ada jawaban.“Aca kemana, ya?”Abian mengirimi Aca pesan. Ia mengira kekasihnya masih marah padanya karena pertengkaran tempo hari. Itu wajar. Ia mengakui sudah keterlaluan membentaknya. Aca pasti terkejut ia tiba-tiba jadi kasar dan pelit.Aca yang baru pulang belanja bersama seseorang, melihat Abian berdiri didepan pintu apartemennya. Sehingga ia meminta orang yang mengantarkannya pulang itu untuk pergi. Orang itu menurut. Ia mencium pipi Aca dengan mesra.“Kalo dia udah pulang kabarin ya?"“Oke, sayang.”Aca membuang nafas pelan. Ia merapikan penampilannya sambil menjinjing beberapa paper bag dari toko tas dan sepatu ternama, “Sayang?”Abian menoleh.

  • Pernikahan Bayaran    📌 68 : Rencana Bermalam dengan Aca

    Pov AbianSepulang seminar, Abian menyempatkan pulang ke rumah untuk membawa beberapa potong baju.Mama dan Haikal yang sedang nonton sore, mencari keberadaan Natasya selagi Abian masuk ke ruang kerjanya.“Kok mami gak ada, oma?”“Mungkin masih di mobil.” mama berdiri, “Bi, Natasya mana?”Abian menutup pintu ruang kerjanya, “Di rumah sakit, dia jaga malam.”“Kamu gimana sih, kondisinya ‘kan belum membaik.”“Dia jaga di bangsal kok, ma, gak terlalu banyak pasien juga.” Abian menaiki tangga. Ia memasukkan beberapa potong baju ke dalam tas, “Gue akan bilang gue juga jaga malam di rumah sakit biar mama gak berisik.”Abian menuruni tangga, “Ma, aku juga jaga malam.”“Ical ikut, pi.”Abian mengacak-acak rambut Haikal, “Papi itu kerja di rumah sakit, bukan main-main. Rumah sakit juga gak baik buat anak kecil kayak kamu. Disini aja temenin oma, oke?”“Yaaah, padahal aku mau nemenin mami. Aku janji gak akan masuk ke ruangan yang bahaya kok, pi. Aku cuma mau nemenin mami.”“Tapi ma

  • Pernikahan Bayaran    📌 67 : Berjarak Lagi

    Setelah istirahat sekitar tiga hari, kondisi Natasya sudah lebih baik. Ia akan ke rumah sakit hari ini. Setelah yakin untuk menjaga jarak dari Abian, ia juga merasa suaminya melakukan itu. Abian selalu jaga malam setiap hari seperti menghindarinya. Untungnya mama tak curiga.“Mami emang udah sembuh? Kok mau ke rumah sakit sih?” Haikal membantu Natasya turun dari tangga.“Sembuh dong, sakit ginian doang mah kecil, Cal. Mami ‘kan kuat.”“Tapi papi gak ada. Harusnya papi disini berangkat bareng sama mami.”“Papi tuh sibuk banget di rumah sakit, Cal, mami gak papa kok. Ical hari ini berangkatnya sama oma lagi, ya? Soalnya mami—juga harus segera ke rumah sakit.”Haikal mengangguk. Sejak Natasya sakit, dia memang lebih pengertian.“Nat, mama bisa loh minta waktu libur lagi sama Abian. Sampe akhir minggu ini aja. Ya?”“Ma, poli bedah kardiotoraks lagi sibuk banget. Aku emang belum bisa gerak banyak, tapi lumayan, aku bisa jaga di UGD atau bangsal. Sampe kaki aku mendingan, aku gak aka

  • Pernikahan Bayaran    📌 66 : Minta Kesempatan

    Abian tak beranjak sedikit pun dari ranjang saat ia sedang mengerjakan jurnal dan memantau kondisi pasien secara online. Ia menugaskan dokter residen dan berjanji akan mendapatkan waktu ekstra untuk bimbingan thesis. “Mas, kalo gak nyaman ngerjainnya disini, pindah aja ke ruang kerja.”“Gak papa. Disini bisa sambil mantau kamu.” Abian melirik Natasya, “Kok belum tidur?”“Iya, ini mau.” Natasya mencari posisi. Ia terlentang menatap langit-langit.Abian menaruh laptop, ipad dan ponselnya di nakas. Ia pun menaiki ranjang, sehingga Natasya harus menggeser tubuhnya, “Perutnya mules?”Natasya mengangguk.Abian bangkit dan keluar kamar. Entah apa yang akan dilakukannya. Tak lama ia kembali, membawa botol kaca berisi air panas.“Hot bag airnya suka mama pake tidur, jadi pake ini aja. Gak papa ‘kan?”Mata Natasya berkaca-kaca, “Mas, kamu selalu begini ya?”“Apanya?”“Kamu juga gini sama Aca?”Abian kembali menaiki ranjang dan menaruh botol kaca hangat itu diperut Natasya, “Tidur, u

  • Pernikahan Bayaran    📌 65 : Malu pada Abian

    Mama yang baru menjemput Haikal sekolah, berhenti di teras sejenak ketika mobil Abian terparkir. “Itu mobil papi, oma?”“Iya, ya, Cal. Tumben papi pulang?”Abian keluar dari mobil. Ia berlari mendekati pintu sebrang untuk menggendong Natasya.Mama dan Haikal melongo melihat tertempel plester di dahi dan lengan Natasya.“Nat!”“Mami?”Natasya tersenyum tidak enak.“Bi, ada apa ini? Kok Natasya—begini?” tanya mama khawatir.“Nanti aku jelasin, Natasya biar istirahat dulu di kamar.”Mama dan Haikal mengikuti ke kamar. Mama mengusap betis Natasya yang memar.“Tadi Natasya ditemuin pingsan di tangga evakuasi, ma. Vina bilang Natasya berdarah di dahi dan lengannya.”“Ya ampun. Kok bisa sih, Nat?”“Eum...”“Mungkin Natasya kepeleset.”Haikal mengusap lengan Natasya, “Cepet sembuh ya, mami. Papi pasti rawat mami dengan baik.”Natasya mengangguk. “Ya udah, kamu istirahat. Mama sama Ical keluar dulu. Yuk, Cal, biarin mami sama papi disini.”Pintu kamar ditutup. Abian duduk

  • Pernikahan Bayaran    📌 64 : Kekhawatiran Abian

    Vina tak berhenti menangis. Ia sangat takut terjadi apa-apa dengan Natasya. Ia bahkan memilih tidak pulang dan menunggunya di ruang perawatan selama Abian mengikuti serangkaian menjelang operasi besar yang akan dilakukan oleh dokter Farhan.“Nat, bangun dong, lo lama banget sih tidurnya. Gue khawatir.” Vina menggenggam sebelah tangan Natasya.Pintu terbuka.Abian mendekati ranjang.Vina berdiri, “Dok?”“Vin, apa sih yang terjadi? Kenapa Natasya bisa tiba-tiba ada di tangga evakuasi dalam kondisi begini?”“Saya kurang tahu, dok. Saya diminta orang buat cek tangga evakuasi. Kayaknya pengunjung RS juga kaget liat Natasya tiba-tiba udah begini.”Abian menunduk membuang nafas pelan. Tangannya mengelus kepala Natasya yang tertempel plester dibagian dahi, “Hasil rontgentnya gimana?”“Diskolasia bahu ringan dan memar kaki, dok. Untuk keluhan lain kita harus tunggu Natasya sadar dulu.”Mata Natasya mengerjap.“Dok, Natasya bangun!” seru Vina senang.Natasya mengeratkan matanya meras

  • Pernikahan Bayaran    📌 63 : Tidak Sengaja Mencelakai

    Baru dua hari Haikal berada di rumah, mama merasa rencananya akan berhasil, karena anak dan menantunya terlihat jadi lebih dekat dari sebelumnya. Kabar itu pun disampaikan pada papa Natasya.“Nat, karena Abian udah ke rumah sakit duluan, Ical biar ke sekolah sama mama. Kamu langsung aja ke rumah sakit sama supir ya.”“Oh ya udah, ma. Maaf ya, ma, ngerepotin.”“Ah, enggak kok. Ya meskipun Ical jadi cemberut sih karena gak berangkat sama papi maminya, tapi ya gimana. Dia harus ngerti kalau kalian itu dokter.”“Biar aku tenangin Icalnya dulu deh, ma. Aku kasih pengertian, kalo besok atau lusa aku sama mas Abian usahain untuk nganterin dia ke sekolah.”“Anaknya lagi ngambek di mobil.”Natasya salim dan mencium kedua pipi mama, “Aku bujuk dia terus langsung berangkat ya, ma. Mama hati-hati di jalan.”“Kamu juga.”Natasya mengeluarkan coklat yang selalu jadi moodboosternya ketika stress dan lelah di rumah sakit. Ia mengetuk pintu mobil, “Ical?”Kaca mobil terbuka, “Ada apa?”“Nih.

  • Pernikahan Bayaran    📌 62 : Kompak

    Natasya melirik tidak enak pada Vina, “Lo beneran gak papa lanjut shift gantiin gue?”“Gak papa. Lo kayak sama siapa aja.”Natasya membuang nafas pelan, “Gue janji gak akan minta lo begini lagi. Gue cuma kasian sama Ical.”“Iya, gue ngerti. Mumpung lo ada kesempatan buat deket sama anak adopsi lo, ya udah.”Natasya bergerak memeluk Vina, “Makasih ya.”“Iyaaa. Ya udah balik sana, suami lo juga udah nungguin. Kasian Ical kalo lo kelamaan jemput.”Pelukkan mereka terlepas. Natasya mengangguk, “Gue duluan ya. Nanti gue kirimin cemilan buat nemenin jaga malem.”“Oke.”Setelah memastikan Natasya benar-benar pergi, Vina cekikikkan sendiri. Ia mengeluarkan segepok uang dari Abian, “Enak juga kerja sama dengan konsulen kaya. Gantiin jaga malem istrinya dapet lima juta. Lumayan buat ke luar kota pas weekend.”Natasya mendekati Abian yang menunggunya depan ruangan pribadi para dokter poli bedah. Mereka sudah sama-sama berganti baju.“Kan mau ti

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status