Alena telah selesai dengan pemeriksaan kandungannya. Didampingi Azam yang selalu setia menemaninya. Alena tersenyum saat dokter menjelaskan jika kandunganya dalam keadaan baik dan sehat. Jika Alena sedari tadi tersenyum senang. Lain halnya dengan Azam, yang sedari tadi menekuk wajahnya penuh kekesalan. Pria itu menahan kesal karena tidak ada dokter kandungan wanita yang bertugas hari ini. Alhasil saat ini Alena diperiksa oleh dokter pria."Apa sudah selesai? Bukankah sudah terlihat jika bayi dalam kandungan istriku baik dan sehat!" Azam dengan kesal memprotes tindakan sang dokter yang masih saja memerikasa bagian perut Alena. Pemerikasaan yang membuaka sedikit pakaian Alena di bagian perut. Membuat pria itu benar-benar cemburu dan kesal. Apalagi ketika ia merasa jika apa yang dilakukan oleh dokter itu seharusnya sudah selesai. "I-iya Tuan, bayi dalam kandungan Nona Alena baik-baik saja dan sangat sehat," jawab dokter berusia 35 tahun itu dengan perasaan kikuk. "Lalu kenapa kau masi
Alena dan Azam kini sudah berada di dalam mobil. Azam dengan sigap membukakan pintu mobil untuk Alena. Alena tentu saja tersenyum bahagia mendapati perlakuan Azam yang begitu manis. "Terima kasih Tu— eh em ... Mas," ucap Alena terhenti ketika Azam menatap lekat wajahnya. Seakan mengisyaratkan jika Alena telah melakukan kesalahan. Tak hanya itu, Azam dengan tiba-tiba langsung mencium bibir Alena. Membuat wanita itu seketika tersentak kaget. "Ini untuk membiasakan bibirmu agar tidak melakukan kesalahan dalam memanggilku, hem." Azam tersenyum smirk seraya mengusap bibir Alena menggunakan ibu jarinya. Alena hanya terdiam seraya mengangguk kecil. Dirinya teramat malu, karena lagi-lagi Azam memperlakukannya dengan begitu rupa. Sementara, Azam tertawa kecil melihat ekspresi malu-malu yang Alena tampilkan. Azam mulai menyalakan mesin mobilnya. Pria itu mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju kediamannya. Sesekali Azam melirik Alena yang terlihat sedikit tegang. Pria itu pu
"Dok lepaskan saya!" teriakan Andini meminta dilepaskan. Namun, sayangnya teriakan wanita itu, tak serta merta membuat Jonatan tersadar. Pria itu justru semakin berani mencubu tubuh Andini di atas sofa. "Dokter Jonatan akhhhh! Sa-dar Dok euumm!" Andini kembali berteriak seraya mendesah. Ketika tangan nakalnya meremas dua gundukan sintal milik Andini yang masih dibalut seragam kerjanya.Dengan tak sabar, Jonatan kemudian menarik kemeja Andini. Dengan satu kali tarikan, pria itu berhasil merobek kemeja yang dikenakan Andini.Jonatan melempar kemeja itu, ke sembarang arah. Pria itu tersenyum smirk, dan langsung menyerang dua gundukan sintal itu dengan mulutnya. Bagaikan bayi besar, Jonatan melahap dua gundukan itu dengan rakus. Merasakan titik sensitifnya dipermainkan, membuat Andini tak berhenti mendesah. Wanita yang baru pertama kali merasakan sensasi nikmat seakan enggan menolaknya. Apalagi saat lidah Jonatan bermain di titik gundukan itu.Namun, akal sehatnya tentu saja masih beker
Pagi harinya, Jonatan terbangun dari tidurnya. Bel apartemennya berbunyi begitu nyaring, mengusik tidur lelapnya. Dengan berat, pria itu membuka perlahan kelopak matanya. Jonatan yang masih belum sadar sepenuhnya kemudian bangkit dan duduk sejenak, mencoba mengumpulkan semua kesadarannya. Namun, saat kesadarannya sudah terkumpul, seketika ia dibuat terkejut. Jonatan begitu terkejut saat mendapati dirinya berada di kamar dengan tidak mengenakan pakaian. Pria itu mencoba mengingat apa yang terjadi. Matanya melotot ketika potongan-potongan adegan panasnya semalam melintas di pikirannya. Adegan panas entah dengan siapa, Jonatan tak begitu jelas melihat. Sebab adegan panas itu hanya melintas sebatas bayangan. Jonatan kembali tersentak saat mendengar bel apartemennya kembali berbunyi. Jonatan membuka lemari besarnya kemudian meraih celana panjangnya. Pria itu langsung bergegas melangkah menuju pintu utama. Akan tetapi saat pria itu sampai di ruang tamu. Jonatan kembali dikejutkan dengan
Alena dan Azam kini tengah berbunga-bunga. Dua insan yang tengah merasakan cinta kini sedang menghabiskan waktu dengan berlibur. Azam rupanya sengaja mengambil cuti beberapa hari. Menemani Alena berlibur ke Pulau Nihiwatu. Selain untuk refreshing, pergi berlibur juga sangat baik untuk ibu hamil. Ketika Azam bertanya tempat berlibur mana yang ingin Alena kunjungi. Bumil itu begitu antusias, menunjuk pulau Nihiwatu. Rupanya Alena begitu ingin ke pulau itu sejak lama.Dan disinilah mereka, di pulau Nihiwatu. Mereka tengah berenang di kolam renang. Kolam renang pribadi yang terletak di kamar sebuah resort. Azam rupanya menyewa sebuah resort dengan kolam renang pribadi yang terletak di halaman samping kamar mereka. Tentu saja, itu Azam lakukan agar keindahan tubuh sang istri tak dilihat pria lain. "Kau masih ingin berenang sayang?" Azam berkata untuk kesekian kalinya pada Alena. Kerena sudah dua jam Alena berenang. "Sebentar lagi ya Mas," pinta Alena masih ingin berenang. "Come on say
Dua Bulan Kemudian.Hubungan Alena dan Azam semakin harmonis. Pasca liburan mereka Azam dan Alena sudah tidak lagi merasakan kecanggungan satu sama lain. Mereka menjadi sering menghabiskan waktu bersama. Azam dan Alena menjadi semakin dekat. Azam semakin sering menunjukan rasa sayangnya pada Alena. Sementara Alena, pun sama, kini wanita itu tak lagi sungkan atau pun takut meminta atau mengekspresikan keinginan dan penolakannya pada Azam. Seperti sekarang ini, Alena tengah ngambek pada Azam. Karena bumil itu tidak diijinkan pergi ke Korea untuk melihat konser sang idol. Alena begitu menyukai Jackson Wang Got7. Dan wanita itu ingin sekali melihat konser Jackson di negeri ginseng itu. "Sayang, bukan aku tidak mengijinkan, hanya saya jadwalku sudah padat, karena aku sudah mengambil semua masa liburku untuk ke Bali, hem," ujar Azam mencoba membujuk sang istri. Entah apa yang merasuki pria arogan itu. Hingga kini Azam mampu bersabar dan bersikap lembut. Tidak seperti Azam yang biasanya,
Pingsannya Andini sontak membuat Jonatan terkejut. Namun, sayangnya pria itu kalah cepat dengan dokter Ali. Karena dokter tampan itu langsung menggendong tubuh Andini dengan membawanya ke ruang IGD. Jonatan hanya bisa mengikuti langkah Ali dari belakang. Ada sedikit rasa khawatir dalam diri Jonatan melihat Andini jatuh pingsan. Bagiamana pun, tragedi malam itu memang tak bisa begitu saja dilupakan. Kini mereka telah sampai di ruang UGD. Dokter Ali langsung merebahkan tubuh Andini ke atas ranjang. Dokter Ali kemudian langsung bergegas memeriksa tekanan darah dan denyut nadi Andini. Dokter Ali menyerengit heran mendapati kondisi Andini. Pria itu bahkan berulang kali memeriksa tekanan darah dan denyut nadi Andini. "Andini ...," gumam dokter Ali terkejut. "Ada apa Dokter Ali? Apa ada yang salah?" Jonatan bertanya dengan raut wajah penasaran. Melihat ekspresi rekannya itu memuat Jonatan begitu penasaran. "Andini, sepertinya dia tengah hamil Dok," ucap dokter Ali seketika membuat Jona
Pernyataan Andini benar-benar mengejutkan semua yang ada disana. Ketiga dokter tersebut benar-benar tak percaya jika Andini mampu berkata demikian. Apalagi Jonatan, pria itu terdiam dengan tatapan tajam mengarah ke arah Andini. Namun, sayangnya Andini tak merasakan takut sedikit pun. Wanita itu justru menatap balik Jonatan dengan tatapan yang sama tajamnya. Hal itu membuat emosi Jonatan membuncah. Tanpa aba-aba, Jonatan yang tengah kesal langsung menarik tangan Andini. "Lepaskan!" teriak Andini seraya memberontak, ketika Jonatan menggenggam pergelangan tangannya. Pria itu hendak membawa ya pergi dari ruang UGD."Dokter Jonatan kau—" Dokter Ali mencoba menghentikan Jonatan. Namun, Jonatan langsung menatap tajam pria itu."Ikut aku sekarang!" ucapnya pada Andini dengan begitu dingin tak terbantahkan.Tak ingin menimbulkan keributan. Anin akhirnya mengikuti kemauan Jonatan. Wanita berparas cantik itu mengikuti langkah kaki Jonatan menunju ruangan pribadi pria itu. Sesampainya di ruang