Pernyataan Andini benar-benar mengejutkan semua yang ada disana. Ketiga dokter tersebut benar-benar tak percaya jika Andini mampu berkata demikian. Apalagi Jonatan, pria itu terdiam dengan tatapan tajam mengarah ke arah Andini. Namun, sayangnya Andini tak merasakan takut sedikit pun. Wanita itu justru menatap balik Jonatan dengan tatapan yang sama tajamnya. Hal itu membuat emosi Jonatan membuncah. Tanpa aba-aba, Jonatan yang tengah kesal langsung menarik tangan Andini. "Lepaskan!" teriak Andini seraya memberontak, ketika Jonatan menggenggam pergelangan tangannya. Pria itu hendak membawa ya pergi dari ruang UGD."Dokter Jonatan kau—" Dokter Ali mencoba menghentikan Jonatan. Namun, Jonatan langsung menatap tajam pria itu."Ikut aku sekarang!" ucapnya pada Andini dengan begitu dingin tak terbantahkan.Tak ingin menimbulkan keributan. Anin akhirnya mengikuti kemauan Jonatan. Wanita berparas cantik itu mengikuti langkah kaki Jonatan menunju ruangan pribadi pria itu. Sesampainya di ruang
Di kantor Adhitama group, Azam kini tengah mengadakan rapat dewan direksi. Rapat yang sudah berjalan sekitar satu jam itu rupanya belum juga selesai. Padahal saat ini Alena tengah berada di kantor Adhitama group. Alena saat ini sedang membuat kejutan untuk suaminya itu. Wanita berparas cantik itu, bahkan sampai repot-repot membawa bekal makanan yang ia masak sendiri. Alena rupanya sedang ingin makan disuapi oleh Azam. "Ya ampun sudah satu jam kok Mas Azam belum selesai sih rapatnya," keluh Alena seraya berbaring di sofa ruangan Azam. Sambil menscroll ponselnya. Alena melihat-lihat sosial medianya. Alena benar-benar bosan saat ini. Setelah 30 menit kemudian akhirnya rapat selesai. Namun, Azam tak langsung kembali ke ruangannya. Setelah yang lain keluar dari ruang rapat. Pria itu ternyata menemui detektif suruhnya di ruang rapat tersebut. "Silahkan Tuan." Detektif itu langsung menyerahkan amplop berwarna coklat ke hadapan Azam. Azam kemudian langsung melihat berkas-berkas yang di se
Satu minggu sudah Azam tahu tentang fakta siapa wanita masa lalunya. Dalam satu minggu itu, Azam terus berpikir keras, menentukan sikap. sampai-sampai rencana memanggil Nara ke kantornya pun, ia gagalkan. Sungguh, Azam benar-benar tak mengerti dengan dirinya. Hal yang sudah ia tunggu-tunggu selam ini. Seakan tak ada artinya lagi saat ini. Tentu saja hal ini karena dihatinya sudah ada Alena. Namun, tak bisa dipungkiri, jika secuil hatinya ingin bertemu Nara. Bagiamana pun, rasa cinta pada sosok wanita masa kecilnya belum bisa ia buang. Azam masih memiliki rasa cinta pada wanita masa lalunya itu."Mas, kau sedang memikirkan apa?" tanya Alena pada Azam yang terlihat tengah melamun. Iya, Azam kini tengah melamun sendiri di balkon ruang kerjanya. "Tidak ada, eh ... kau belum tidur?" Azam mencoba menyangkal dengan balik bertanya. "Sudah tidur, tapi kebangun karena Mas tidak ada, terus aku cari-cari eh, Mas ada disini," rengeknya pada sang suami."Ya sudah ayo kita tidur." Azam tanpa aba
Pernyataan Tuan Abraham sontak membuat Azam dan Alena terkejut. Bagiamana tidak, sang ayah begitu entengnya meminta dirinya untuk menikahi wanita lain. Padahal saat ini jelas-jelas Alena ada di sampinya. Ditambah lagi, istrinya itu kini tengah mengandung. Namun, Tuan Abraham seolah tak perduli dan tak menganggap Alena sama sekali. Alena benar-benar tak ada harganya di mata kedua orang tua itu. "Apa Ayah sadar dengan permintaan Ayah barusan? Tidak kah Ayah lihat aku sedang bersama siapa? Bahkan istriku sedang hamil Yah, dan Ayah dengan entengnya memintaku untuk menikahi wanita itu!" Azam benar-benar geram, sambil menunjuk Karen. Pria itu meluapkan emosinya yang membuncah. "Persetan dengan pernihakan mu! Aku tidak merestuinya Azam! Pokoknya kau harus menikahi Keren secepatnya!" hardik Tuan Abraham tak berperasaan. "Heh, persetan dengan pernikahan ku? Kalau begitu aku pun sama, persetan dengan permintaan mu Ayah! Sampai kapanpun aku tidak akan menikahi wanita itu!" Azam membantah den
Tiga hari setelah pertemuannya dengan ayah dan mamah tirinya. Azam terlihat semakin posesif. Tentu saja kejadian beberapa bulan lalu, ketika Alena diculik oleh Nyonya Reina dan Karen. Membuat Azam begitu posesif kali ini. Bagaimana pun pria itu tahu betul bagaimana sikap Karen dan mamah tirinya itu. Azam tentu tidak ingin ambil resiko. Apalagi saat ini Alena tengah mengandung buah cintanya. "Mas, bukankah magangku empat hari lagi, tapi kenapa sekarang aku sudah harus itu kamu ke kantor?" tanya Alena pada Azam. Kini mereka tengah berada dalam mobil yang hendak ke kantor Galaxy group. "Sayang, bukankah kau harus mengenal lebih dekat perusahaan yang akan kau singgahi." Azam menjawab pertanyaan Alena tanpa mengalihkan pandangannya ke layar laptop. "Baiklah, bararti aku langsung ke kampus setelah makan siang ya Mas," ujar Alena seraya memakan sandwich sisa sarapannya yang ia bawa. "Siapa yang menyuruhmu pergi ke kampus?" "Maksud Mas?" "Kau akan di kantor menemani ku sampai jam pulang
Hari yang ditunggu-tunggu oleh Alena pun akhirnya tiba. Dimana hari ini adalah hari pertamanya sebagai mahasiswa magang. Alena berdandan begitu cantik dengan setelan formalnya. Meski kandungannya sudah menginjak usia 5 bulan. Namun, Alena masih terlihat begitu cantik. Perutnya yang sedikit membuncit tak mengurangi keindahan tubuh Alena. Justru wanita itu semakin terlihat seksi. "Sayang, kau yakin akan ke kantor?" tanya Azam seraya memeluk Alena dari belakang. Alena tersenyum, wanita yang tengah mematut dirinya di depan cermin, akhirnya membalikan tubunya menghadap ke arah sang suami. "Iya Mas, bukankah sudah dari satu minggu lalu aku melamar dan kau juga kan yang menyetujuinya." Alena menangkap wajah sang suami yang terlihat sendu. Entah kenapa satu minggu ini Azam menjadi pria yang begitu maja. Bak anak kecil, Azam kadang tak segan merengek minta dimanja. "Tapi kalau kamu cantik begini, apa aku bisa rela. Lagi pula kenapa status harus disembunyikan si sayang," rengek Azam lagi-la
Nara masuk ke ruangan Azam dengan langkah gemulainya. Wanita itu begitu percaya diri menatap Azam yang terlihat terkejut. Iya, Nara rupanya dipersiapkan oleh Nyonya Reina untuk menjadi sekertaris Azam. Sementara, sekertaris Azam sendiri, sudah disuap dengan sejumlah uang untuk mengundurkan diri. Nyonya Reina benar-benar tak segan menghabiskan uang untuk memuluskan jalannya. Wanita paruh baya itu benar-benar ingin menghancurkan Azam dan Alena. "Selamat pagi Pak Azam, perkenalkan saya Anara Hendropriyono. Saya adalah mahasiswi magang, tapi saya ditempatkan untuk menjadi sekertaris Bapak," ujar Nara memperkenalkan diri. Azam terdiam menatap Nara apalagi ternyata wanita itu tegah memakai kalung berliontin separuh hati. Tentu saja pria itu terpaku, pasalnya ia tahu betul makna dari liontin itu sendiri. Meski detektif suruhnya sudah memberitahu siapa wanita masa kecilnya sekaligus pemilik liontin itu. Namun, entah mengapa hari pria itu sama sekali tak tersentuh. Azam ingin melupakan ten
Azam berjalan cepat menuju departemen design produksi. Pria berparas tampan. itu benar-benar emosi. Pagi ini moodnya dibuat kacau tidak karuan. Mendapati Nara, wanita masa kecilnya yang mati-matian ia hindari demi Alena. Kini justru berada dekat dengannya. Niat hati ingin melihat sang istri dari kejauhan untuk meredakan kekesalan hatinya. Azam justru dibuat begitu emosi. Ketika melihat sang istri harus repot-repot membuat belasan minuman untuk karyawannya. "Mery!" teriak Azam langsung masuk ke dalam ruangan Mery manager design produksi. "Tuan Azam." Mery begitu terkejut melihat kedatangan Azam yang begitu tiba-tiba. "Apa di Galaxy group kekurangan OB! Apa aku perlu menambah OB untuk membuat minuman untuk para karyawan!" bentak Azam seraya menggebrak meja kerja Mery membuat wanita berusia 35 tahun itu tersentak kaget. "Ma-maaf Tuan Azam apa maksud Anda?" Mery bertanya dengan gagap, maksud kemarahan Azam sesungguhnya. "Maksud ku? Kau tanya maksudku! Kau menyuruh anak magang untuk