Alena dan Azam kini tengah berbunga-bunga. Dua insan yang tengah merasakan cinta kini sedang menghabiskan waktu dengan berlibur. Azam rupanya sengaja mengambil cuti beberapa hari. Menemani Alena berlibur ke Pulau Nihiwatu. Selain untuk refreshing, pergi berlibur juga sangat baik untuk ibu hamil. Ketika Azam bertanya tempat berlibur mana yang ingin Alena kunjungi. Bumil itu begitu antusias, menunjuk pulau Nihiwatu. Rupanya Alena begitu ingin ke pulau itu sejak lama.Dan disinilah mereka, di pulau Nihiwatu. Mereka tengah berenang di kolam renang. Kolam renang pribadi yang terletak di kamar sebuah resort. Azam rupanya menyewa sebuah resort dengan kolam renang pribadi yang terletak di halaman samping kamar mereka. Tentu saja, itu Azam lakukan agar keindahan tubuh sang istri tak dilihat pria lain. "Kau masih ingin berenang sayang?" Azam berkata untuk kesekian kalinya pada Alena. Kerena sudah dua jam Alena berenang. "Sebentar lagi ya Mas," pinta Alena masih ingin berenang. "Come on say
Dua Bulan Kemudian.Hubungan Alena dan Azam semakin harmonis. Pasca liburan mereka Azam dan Alena sudah tidak lagi merasakan kecanggungan satu sama lain. Mereka menjadi sering menghabiskan waktu bersama. Azam dan Alena menjadi semakin dekat. Azam semakin sering menunjukan rasa sayangnya pada Alena. Sementara Alena, pun sama, kini wanita itu tak lagi sungkan atau pun takut meminta atau mengekspresikan keinginan dan penolakannya pada Azam. Seperti sekarang ini, Alena tengah ngambek pada Azam. Karena bumil itu tidak diijinkan pergi ke Korea untuk melihat konser sang idol. Alena begitu menyukai Jackson Wang Got7. Dan wanita itu ingin sekali melihat konser Jackson di negeri ginseng itu. "Sayang, bukan aku tidak mengijinkan, hanya saya jadwalku sudah padat, karena aku sudah mengambil semua masa liburku untuk ke Bali, hem," ujar Azam mencoba membujuk sang istri. Entah apa yang merasuki pria arogan itu. Hingga kini Azam mampu bersabar dan bersikap lembut. Tidak seperti Azam yang biasanya,
Pingsannya Andini sontak membuat Jonatan terkejut. Namun, sayangnya pria itu kalah cepat dengan dokter Ali. Karena dokter tampan itu langsung menggendong tubuh Andini dengan membawanya ke ruang IGD. Jonatan hanya bisa mengikuti langkah Ali dari belakang. Ada sedikit rasa khawatir dalam diri Jonatan melihat Andini jatuh pingsan. Bagiamana pun, tragedi malam itu memang tak bisa begitu saja dilupakan. Kini mereka telah sampai di ruang UGD. Dokter Ali langsung merebahkan tubuh Andini ke atas ranjang. Dokter Ali kemudian langsung bergegas memeriksa tekanan darah dan denyut nadi Andini. Dokter Ali menyerengit heran mendapati kondisi Andini. Pria itu bahkan berulang kali memeriksa tekanan darah dan denyut nadi Andini. "Andini ...," gumam dokter Ali terkejut. "Ada apa Dokter Ali? Apa ada yang salah?" Jonatan bertanya dengan raut wajah penasaran. Melihat ekspresi rekannya itu memuat Jonatan begitu penasaran. "Andini, sepertinya dia tengah hamil Dok," ucap dokter Ali seketika membuat Jona
Pernyataan Andini benar-benar mengejutkan semua yang ada disana. Ketiga dokter tersebut benar-benar tak percaya jika Andini mampu berkata demikian. Apalagi Jonatan, pria itu terdiam dengan tatapan tajam mengarah ke arah Andini. Namun, sayangnya Andini tak merasakan takut sedikit pun. Wanita itu justru menatap balik Jonatan dengan tatapan yang sama tajamnya. Hal itu membuat emosi Jonatan membuncah. Tanpa aba-aba, Jonatan yang tengah kesal langsung menarik tangan Andini. "Lepaskan!" teriak Andini seraya memberontak, ketika Jonatan menggenggam pergelangan tangannya. Pria itu hendak membawa ya pergi dari ruang UGD."Dokter Jonatan kau—" Dokter Ali mencoba menghentikan Jonatan. Namun, Jonatan langsung menatap tajam pria itu."Ikut aku sekarang!" ucapnya pada Andini dengan begitu dingin tak terbantahkan.Tak ingin menimbulkan keributan. Anin akhirnya mengikuti kemauan Jonatan. Wanita berparas cantik itu mengikuti langkah kaki Jonatan menunju ruangan pribadi pria itu. Sesampainya di ruang
Di kantor Adhitama group, Azam kini tengah mengadakan rapat dewan direksi. Rapat yang sudah berjalan sekitar satu jam itu rupanya belum juga selesai. Padahal saat ini Alena tengah berada di kantor Adhitama group. Alena saat ini sedang membuat kejutan untuk suaminya itu. Wanita berparas cantik itu, bahkan sampai repot-repot membawa bekal makanan yang ia masak sendiri. Alena rupanya sedang ingin makan disuapi oleh Azam. "Ya ampun sudah satu jam kok Mas Azam belum selesai sih rapatnya," keluh Alena seraya berbaring di sofa ruangan Azam. Sambil menscroll ponselnya. Alena melihat-lihat sosial medianya. Alena benar-benar bosan saat ini. Setelah 30 menit kemudian akhirnya rapat selesai. Namun, Azam tak langsung kembali ke ruangannya. Setelah yang lain keluar dari ruang rapat. Pria itu ternyata menemui detektif suruhnya di ruang rapat tersebut. "Silahkan Tuan." Detektif itu langsung menyerahkan amplop berwarna coklat ke hadapan Azam. Azam kemudian langsung melihat berkas-berkas yang di se
Satu minggu sudah Azam tahu tentang fakta siapa wanita masa lalunya. Dalam satu minggu itu, Azam terus berpikir keras, menentukan sikap. sampai-sampai rencana memanggil Nara ke kantornya pun, ia gagalkan. Sungguh, Azam benar-benar tak mengerti dengan dirinya. Hal yang sudah ia tunggu-tunggu selam ini. Seakan tak ada artinya lagi saat ini. Tentu saja hal ini karena dihatinya sudah ada Alena. Namun, tak bisa dipungkiri, jika secuil hatinya ingin bertemu Nara. Bagiamana pun, rasa cinta pada sosok wanita masa kecilnya belum bisa ia buang. Azam masih memiliki rasa cinta pada wanita masa lalunya itu."Mas, kau sedang memikirkan apa?" tanya Alena pada Azam yang terlihat tengah melamun. Iya, Azam kini tengah melamun sendiri di balkon ruang kerjanya. "Tidak ada, eh ... kau belum tidur?" Azam mencoba menyangkal dengan balik bertanya. "Sudah tidur, tapi kebangun karena Mas tidak ada, terus aku cari-cari eh, Mas ada disini," rengeknya pada sang suami."Ya sudah ayo kita tidur." Azam tanpa aba
Pernyataan Tuan Abraham sontak membuat Azam dan Alena terkejut. Bagiamana tidak, sang ayah begitu entengnya meminta dirinya untuk menikahi wanita lain. Padahal saat ini jelas-jelas Alena ada di sampinya. Ditambah lagi, istrinya itu kini tengah mengandung. Namun, Tuan Abraham seolah tak perduli dan tak menganggap Alena sama sekali. Alena benar-benar tak ada harganya di mata kedua orang tua itu. "Apa Ayah sadar dengan permintaan Ayah barusan? Tidak kah Ayah lihat aku sedang bersama siapa? Bahkan istriku sedang hamil Yah, dan Ayah dengan entengnya memintaku untuk menikahi wanita itu!" Azam benar-benar geram, sambil menunjuk Karen. Pria itu meluapkan emosinya yang membuncah. "Persetan dengan pernihakan mu! Aku tidak merestuinya Azam! Pokoknya kau harus menikahi Keren secepatnya!" hardik Tuan Abraham tak berperasaan. "Heh, persetan dengan pernikahan ku? Kalau begitu aku pun sama, persetan dengan permintaan mu Ayah! Sampai kapanpun aku tidak akan menikahi wanita itu!" Azam membantah den
Tiga hari setelah pertemuannya dengan ayah dan mamah tirinya. Azam terlihat semakin posesif. Tentu saja kejadian beberapa bulan lalu, ketika Alena diculik oleh Nyonya Reina dan Karen. Membuat Azam begitu posesif kali ini. Bagaimana pun pria itu tahu betul bagaimana sikap Karen dan mamah tirinya itu. Azam tentu tidak ingin ambil resiko. Apalagi saat ini Alena tengah mengandung buah cintanya. "Mas, bukankah magangku empat hari lagi, tapi kenapa sekarang aku sudah harus itu kamu ke kantor?" tanya Alena pada Azam. Kini mereka tengah berada dalam mobil yang hendak ke kantor Galaxy group. "Sayang, bukankah kau harus mengenal lebih dekat perusahaan yang akan kau singgahi." Azam menjawab pertanyaan Alena tanpa mengalihkan pandangannya ke layar laptop. "Baiklah, bararti aku langsung ke kampus setelah makan siang ya Mas," ujar Alena seraya memakan sandwich sisa sarapannya yang ia bawa. "Siapa yang menyuruhmu pergi ke kampus?" "Maksud Mas?" "Kau akan di kantor menemani ku sampai jam pulang