Share

Bab 3

Begitu menerima panggilan itu, Edrick langsung mengakhiri rapat.

Edrick bergegas pulang ke rumah, memeluk Cindy yang tersedak di kolam renang dan berteriak dengan panik.

"Cindy, Cindy, jangan tinggalkan aku, aku nggak bisa hidup tanpamu ...."

Saat itu aku berdiri di lantai atas, menyaksikan adegan di depanku dan menganggapnya lucu.

Bagaimana tidak? Cindy saja bisa berenang, tetapi dia malah bersikap seperti dirinya akan mati.

Namun, setelah Edrick menarik rambutku dan mendorongku ke dalam kolam renang, aku baru menyadari bahwa mereka berdua memang saling mencintai.

"Kenapa kamu kejam sekali! Kamu mendorong Cindy ke kolam renang? Apa kamu tahu, dia hampir mati karenamu! Aku hampir saja kehilangan dia selamanya."

"Jenita, kamu wanita kejam. Biar kuberitahu, kamu nggak punya hak buat bersikap seenaknya di tempat ini."

"Penderitaan yang dirasakan Cindy, aku ingin kamu merasakannya dua kali lipat! Kalau kamu masih nggak menyesal, jangan harap kamu bisa keluar dari sana selamanya!"

Sampai sekarang, dia masih percaya bahwa semua itu salahku dan aku harus menangis tersedu-sedu, mengakui kesalahanku padanya.

Sayangnya, hal itu tidak akan terjadi.

"Pak Edrick ... Pak Edrick, Nona Jenita ... dia ... tanda vitalnya sudah nggak ada lagi ...."

Gerakan tangan Edrick yang tengah membujuk Cindy untuk meminum yoghurt pun terhenti.

Aku memperhatikan ekspresinya, mengharapkan dia setidaknya merasa bersalah atau ketakutan.

Namun, tidak ada yang aku lihat dari keduanya.

Dia hanya tersenyum tanpa rasa bersalah, kemudian menyuapkan yoghurt di tangannya ke mulut Cindy.

"Dia mati? Apa menurutmu itu mungkin? Kalau dia bisa mati dengan mudah, dia pasti sudah mati sejak lama."

"Katakan padanya, kalau dia terus berpura-pura, aku akan menelepon rumah duka dan mengremasinya."

Kemal terlihat masih ingin mengatakan sesuatu yang lain.

Namun, Edrick langsung berbicara dengan suara dingin.

"Waktunya setengah jam. Kalau dia nggak bisa membersihkan diri dan minta maaf sama Cindy, aku nggak keberatan untuk menghukumnya lagi."

Kemal berdiri di tempatnya dan terlihat bingung, tidak tahu harus bicara apa.

Edrick langsung mengambil hiasan vas bunga di atas meja dan menghantamkannya ke arahnya, berbicara dengan suara marah.

"Kenapa kamu diam saja! Cepat pergi dan sampaikan itu kepadanya!"

Kemal hanya bisa berjalan keluar dengan panik.

Edrick mencium sisa yoghurt di sudut mulut Cindy, membuat Cindy tertawa terbahak-bahak. Dia merangkul Cindy dan berbicara dengan lembut.

"Cindy, nanti kamu nggak boleh berbelas kasihan kepadanya. Aku akan membuatnya berlutut dan minta maaf kepadamu. Aku harus memberinya pelajaran, kalau nggak, dia pasti akan berani melakukannya lagi lain kali."

Cindy menunjukkan sikap seolah-olah dia sedikit enggan melakukannya.

"Kak, nggak baik kalau seperti itu."

"Nggak, kok."

Melihat semua ini di depanku, aku hanya tertawa terbahak-bahak.

Inilah orang yang kucintai selama beberapa tahun ....

Aku ingin melarikan diri, tetapi aku tidak bisa pergi dari sisinya. Jadi, aku hanya bisa melihat semua ini di depanku.

Menertawakan diriku yang dulu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status