Share

Permohonan Terakhir
Permohonan Terakhir
Author: Danisa

Bab 1

Putri angkat Keluarga Edrick Sanjaya hanya tersedak air kolam renang.

Namun, dia mengikatku dan memasukkan tubuhku ke dalam kolam renang, hanya menyisakan celah kecil sekitar dua sentimeter yang kiranya bisa aku gunakan untuk bernapas.

Dia berkata.

"Kamu akan menanggung dua kali lipat penderitaan yang Cindy alami."

Aku tidak bisa berenang, jadi hanya bisa berusaha keras untuk tetap bernapas dan memohon bantuannya sambil menangis.

Namun, yang aku dapatkan sebagai balasan adalah teguran dingin darinya.

"Kalau nggak diberi pelajaran, kamu nggak akan bisa patuh."

Aku hanya bisa meronta dalam keputusasaan ....

Setelah lima hari, dia akhirnya luluh dan memutuskan untuk mengakhiri hukuman ini.

"Kali ini aku akan melepaskanmu, tapi kali, aku akan membuatmu sadar!"

Namun, yang tidak dia ketahui adalah mayatku sudah berubah menjadi lebih besar.

...

Pukul sebelas siang, Edrick mengerutkan kening saat melihat makanan di atas meja.

"Kenapa dua hari ini wanita itu nggak datang nganter makanan? Bukannya selama ini dia selalu datang tepat waktu saat waktu makan?"

"Kenapa? Dihukum jadi berani malas-malasan? Siapa yang memberinya keberanian melakukan itu?"

Gerakan tangan sekretaris yang bernama Kemal, yang sedang menata piring dan sendok pun terhenti. Lalu, dia membalikkan badan dengan hormat.

"Pak Edrick, Nona Jenita ... masih di dalam kolam, belum diangkat naik."

Edrick yang sedang duduk pun menegang, kilatan keterkejutan melintas sekilas di matanya.

Namun, dia segera menekannya dan berkata dengan kesan asal.

"Nggak apa-apa, biarkan sampai beberapa hari lagi."

Kemal meliriknya dan ingin mengatakan sesuatu yang lain, tetapi dia ragu-ragu.

"Tapi, Pak Edrick. Tempat Nona Jenita ditahan sudah berbau busuk."

"Mungkin ...."

"Apa Anda ingin memeriksanya?"

Gerakan tangan Edrick tidak berhenti dan suaranya terdengar dingin.

"Bau? Itu hal yang normal."

"Kotoran dan air kencing dia tercampur, mana mungkin nggak bau?"

"Jangan khawatir, wanita seperti dia nggak akan melepaskan sedikitpun harapan untuk bertahan hidup. Dia akan baik-baik saja."

Kemal masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi langsung dipotong oleh Edrick yang mengerutkan kening.

"Makanlah, jangan membicarakan topik menjijikkan seperti itu saat sedang makan."

"Tapi ini sudah beberapa hari, harusnya dia juga sudah sadar akan kesalahannya. Selama dia mau minta maaf dengan benar kepada Cindy saat keluar nanti, masalah ini akan dianggap selesai."

Saat kata-kata itu terlontar, Cindy tiba-tiba mendorong pintu dan melangkah masuk.

"Kak ...."

Edrick menatapnya dengan lembut dan beranjak untuk memeluknya.

Dia berbicara dengan suara lembut.

"Cindy, kenapa kamu datang? Apa kamu takut di rumah sendirian?"

Sambil mengatakan itu, dia dengan lembut menggenggam tangan Cindy.

"Jangan takut, aku sudah menghukum Jenita."

"Cindy, jangan sedih lagi ya."

Cindy menundukkan wajahnya di depan Edrick dan berbicara dengan cemberut.

"Aku tahu kalau Kakak memang yang terbaik."

"Tapi, aku hanya ingin Kak Jenita minta maaf padaku. Aku nggak mau Kak Jenita dihukum. Apa Kak Jenita akan menyalahkanku kalau Kakak memperlakukannya seperti itu?"

Edrick menepuk punggungnya dengan lembut, tetapi nada bicaranya cukup tegas.

"Jangan khawatir, dia nggak akan berani melakukan itu."

Menyaksikan interaksi keduanya yang jauh melebihi layaknya kakak dan adik, aku tidak bisa menahan diri dan langsung tertawa terbahak-bahak. Namun, tidak ada yang bisa mendengar tawaku.

Bagaimanapun, aku sudah mati.

Saat aku berada di ambang kematian, aku baru melangkah keluar dari kolam itu.

Saat ini bisa terlihat dengan jelas bahwa di dalam kolam renang yang luas itu, air kolam sudah berubah menjadi warna merah darah.

Bagian atas kolam renang dilas, seolah-olah mengunci orang di dalam kolam renang selamanya.

Mati dan tidak akan bisa dihidupkan lagi.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status