"Ada apa sih teriak-teriak?" tanya Bu Tuti yang kini sudah mendekati Olip dan Mika. Ada keluarga Ridwan yang mengikutinya di belakang.Wajah sedih dan khawatir Olip terlihat jelas. "Ini, Bu. Kak Mika enggak mau bayar WOnya," ujar Olip dengan menunjuk ke arah Mika. Dia mengentakkan kakinya kesal dan suaranya yang serak terdengar jelas kalau perempuan itu hampir menangis.Bu Tuti yang mendengar itu pun melotot. Tidak. Bukan hanya Bu Tuti akan tetapi ibunya Ridwan juga. Bu Lestari mendelik ke arah mantan calon menantunya itu. Kini, pandangan keduanya sama-sama tajam ke arah Mika. "Mika!" panggil Bu Tuti dengan suara keras."Apa-apaan kamu ini? Cepat bayar WO itu!" Bu Tuti berujar dengan menunjuk ke arah pihak WO yang kini memerhatikan perdebatan keluarga ini.Mika masih menggeleng. "Tidak mau," jawabnya kemudian.Bu Tuti semakin melotot lebar, seperti hampir keluar saja. "Jangan main-main kamu!" bentak Bu Tuti kemudian"Aku nggak main-main kok, Bu. Aku memang nggak mau bayar WOnya," uja
"Jangan berani kau sentuh Istriku!" Noval. Pria itu menatap tajam Ridwan yang masih tergelatak di tanah. Noval yang baru saja pulang dari kerjanya harus diperlihatkan adegan yang tidak mengenakan di mana istrinya itu akan dipukul oleh pria lain. Langsung saja, Noval berlari cepat dan menendang Ridwan dari belakang.Sekarang kita tahu bagaimana Ridwan bisa tersungkur mencium lantai. Mika yang sebelumnya menutupi wajah dengan lengannya langsung menoleh ketika mendengar suara Noval. Perempuan itu cukup terkejut mendapati keberadaan suaminya di sampingnya dan posisi Ridwan yang kini tengah tergeletak di lantai. Tidak perlu ditanya dia sudah tahu apa yang terjadi.Tentu saja kejadian itu membuat semua orang di sana langsung melotot lebar. Terutama Bu Tuti, Olip dan juga Bu Lestari."Noval!" teriak Bu Tuti marah tetapi Noval hanya menatap perempuan itu dengan sengit.Bu Lestari sendiri merasa panik. Dia langsung mendekati putranya dan melihat Ridwan yang mengalami memar pada bagian kening
Dengan segelas minuman di tangan, Mika menatap suaminya yang sedang duduk di pinggir ranjang dengan menunduk dan memegangi ujung keningnya. Tampaknya Noval sedang mengatur emosinya."Kamu tidak apa?" tanya Mika dengan mengulurkan segelas minuman pada sang suami. Noval menoleh, dia menerima minuman dari sang istri. "Terima kasih," ujar pria itu.Namun, sebelum itu dia menatap Mika lamat-lamat. "Apa kau terluka? Apa kau sempat dilukai oleh Ridwan tadi?" tanyanya penasaran.Mika menggeleng yang mana membuat Noval mengangguk. Dia lalu meneguk minumannya pelan dan mengembuskan napas pelan setelahnya."Aku hanya tidak menyangka kalau Ridwan bisa melakukan hal itu sama kamu," ujarnya kemudian. Dia mendongak menatap langit-langit kamar.Beberapa saat kemudian dia menatap Mika. "Apa sebelumnya ketika kau bersamanya dia juga sering melakukan itu? Melakukan kekerasan fisik terhadapmu?" tanyanya dengan khawatir. Karena jika itu benar terjadi, maka dia akan memberikan pelajaran pada pria itu.Mik
Perkataan dari pihak WO membuat Olip meradang. Kedua tangannya mengepal kuat karena merasa tidak terima dengan kalimat barusan. "Jangan sembarangan bicara kalian!" teriak Olip menunjuk para pihak Wo."Kami tidak asal bicara. Kalau kalian memang ada uang, seharusnya kalian langsing bisa membayar sisa uang dekorasinya tanpa ada drama meminta sama orang lain." Salah satu pihak WO yang sejak tadi merasa jengkel dengan pasangan itu berujar dengan nada sinis."Dia kakakku. Bukan orang lain," balas Mika."Sama saja. Uhh." "Kalau memang nggak punya uang, sewa dekorasi yang murah saja. Jangan sok-soan nyari yang paling mahal. Kalau seperti ini kita yang repot," ujar pihak WOnya."Iya. Mana lucunya minta bayarin orang lain lagi. Siapa yang nikah siapa yang bayar. Katanya calon bidan, lakinya calon PNS. Tapi nikah numpang." Pihak WO tidak merasa sungkan untuk mengatai Olip dan juga Ridwan karena itu adalah sebuah kenyataan."Jaga ya mulut kalian!" teriak Olip dengan nada tinggi karena dia sudah
Bu Tuti dan Pak Purnomo terpaku mendengar perkataan Mika. Kedua orang itu sempat saling tatap dan menunjukkan ekspresi sama-sama terkejut. Ada sesuatu yang terasa menakutkan dari kalimat yang diucapkan oleh Mika.Mika yang bisa melihat ekspresi berbeda dari kedua orang tua angkatnya ini tersenyum miring. "Iya kan, Pak? Bu?" tanyanya kembali. "Mika loh selama ini nggak merasakan kasih sayang kalian. Kalian selalu membela Olip, menomor satukan Olip, mendahulukan apa pun tentang Olip ketimbang aku. Itu kenapa meski Mika ini anak kalian, Mika merasanya bukan anak kalian. Jadi, kalau kalian sekarang mengatakan tidak akan menganggap Mika anak kalian, Mika rasa itu akan sama saja dengan sebelum-sebelumnya," lanjut Mika menjelaskan maksud dari perkataan sebelumnya. Dia menyukai ekspresi panik dari kedua orang itu.Baik Pak Purnomo dan Bu Tuti tidak menampik akan rasa penuh kelegaan setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Mika barusan. Mereka merasa bersyukur ka
Mika memasuki kamarnya dengan tawa geli. Dia merasa lucu dengan kegaduhan yang terjadi di depan. Ingin sekali dia tertawa sejak tadi tetapi dia menahannya karena tidak ingin keberadaan dirinya yang sedang menguping ketahuan.Noval yang melihat istrinya kembali dengan tawa lebar pun mengerutkan kening. "Kamu kenapa?" tanya Noval kemudian. Dia meletakkan ponsel yang ada di tangannya.Mika pun duduk di samping Noval. Perempuan itu mulai bercerita, "Di luar heboh banget. Semua saling menyalahkan. Olip juga, dia sekarang malah nuntut Ridwan untuk membayar biaya dekorasinya. Katanya sebagai pihak pria dia harus membayarnya seperti kamu membiayai pernikahan kita sebelumnya." Dia menjelaskan.Noval hanya menggeleng pelan mendengar itu. "Terus jadinya bagaimana sekarang?" Dia bertanya."Tadi Pak Eko yang turun tangan. Dia memohon pada pihak WO untuk diberi waktu lagi guna mengumpulkan uangnya. Pihak WO setuju dan kalau nggak salah entah besok atau lusa mereka akan kembali lagi untuk meminta pe
Keesokan harinya, Pak Eko mengajak putranya Ridwan untuk mendatangi kediaman calon besannya. Siapa lagi kalau bukan Pak Purnomo. Pria itu hanya mengajak Ridwan tanpa mengajak istrinya.Katanya, "Ibu nggak usah ikut. Bikin rusuh saja." Meski mendapat penolakan sebelumnya dari Bu Lestari, pria itu tetap tidak ingin dibantah dan akhirnya mereka pun pergi hanya berdua saja.Pria berbeda usia itu memasuki kediaman Pak Purnomo, sudah ada calon menantunya di sana yang masih dalam keadaan wajah bantal. Kentara sekali kalau baru bangun. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. "Panggil bapak dan ibu kamu," ujar Pak Eko pada Olip.Olip mengangguk dengan menggaruk kepalanya. Dia pun berbalik untuk memanggil kedua orang tuanya.Pak Eko menggeleng melihat kepergian Olip. Dia tidak habis pikir dengan kelakuan perempuan itu, tak habis pikir lagi dengan putranya yang memilih Olip untuk dijadikan istri ketimbang Mika.Pak Eko pun berbisik di telinga Ridwan. "Perempuan seperti itu yang kam
Olip langsung mendelik mendengar apa yang dikatakan Pak Eko. Pria itu menatapnya tanpa ekspresi seolah apa yang dikatakan barusan adalah benar."Mak---maksudnya?" tanya Olip kemudian.Pak Eko pun mengangguk. "Iya. Sudah. nggak usah nikah sekalian kalau nggak mau dekorasinya diganti." Dia kembali memberitahu."Ya nggak bisa gitu dong, Pak," ujar Olip kemudian."Undangannya, kan sudah disebar." Dia melanjutkan."Makanya saya kasih saran untuk ganti dekorasi di depan. Uangnya, kan tidak ada yang untuk membayar. Jadi mau tidak mau kalian harus mengganti dekorasi di depan itu dengan harga yang murah," ujar Pak Eko dengan menunjuk ke arah depan rumah Olip.Olip menatap bapaknya. "Pak. Gimana ini?"Kemudian dia menatap ibunya. "Bu." Dia mengentakkan kaki pelan beberapa kali seperti anak kecil yang sedang merajuk.Pak Purnomo menurunkan kedua bahunya. "Sepertinya saran dari calon mertua kamu memang ada benarnya Olip. Ma
"Kamu gila, Kak?" tanya Olip tak habis pikir. Kemarahannya sudah mencapai ubun-ubun. Istri mana yang tidak akan marah kalau mendengar suaminya menawari perempuan lain untuk menjadi istri. Diamau dimadu."Bisa-bisanya Kak Ridwan menawari Kak Mika menjadi istri Kakak? Kakak sudah tidak waras!" bentak Olip.Ridwan yang merasa pusing mendengar teriakan Olip, langsung menatap Olip dengan tajam. "Hah! Bisa tidak kamu diam! Setiap hari bisanya hanya teriak saja. Pusing kepala aku!" Ridwan ikut berteriak!"Aku berteriak juga karena Kak Ridwan. Istri mana yang tidak akan marah kalau suaminya menawarkan perempuan lain untuk menikah dengannya. Kakakku pula yang kamu tawari," ujar Olip marah. Rasanya dia ingin berteriak dengan kencang saja."Semua itu karena aku baru sadar. Kalau Mika lah yang aku butuhkan. Mika yang aku cintai. Aku hanya bernafsu saja dengan kamu," ujar Ridwan dengan menunjuk istrinya. Tatapannya masih tajam dan penuh kemarahan.Olip semakin merasa tidak percaya mendengar apa ya
Untuk sesaat keduanya saling tatap satu sama lain. Mika yang menunggu jawaban Noval, dan Noval yang merasa tertegun dengan pertanyaan dari Mika."Kok diam?" tanya Mika kemudian.Noval pun tersadar. Dia mengedipkan matanya beberapa kali lalu melanjutkan aktivitasnya. "Lebih ke arah kebersihan. Secara Ridwan adalah orang yang jorok," ujar Noval kemudian yang tentu itu hanya alasan."Oh gitu?" Mika mengangguk beberapa kali. Keduanya pun keluar dari kamar mandi lalu keluar dari toko."Aku kira kamu cemburu," ujar Mika ketika melihat suaminya yang sedang menutup toko. Rupanya tugasnya berganti pada Noval.Noval membalikkan badan menatap Mika ketika sudah mengunci toko. Dia meraih tangan Mika lalu memberikan kunci toko pada Mika. "Kenapa kamu tanyanya sejak tadi itu mulu?"Mika menggenggam kunci yang diberikan Noval lalu memasukkannya pada tas yang dia bawa. Mika menggeleng. "Nggak papa. Cuma mau tanya aja?"Noval menaiki motornya lebih dulu. "Kamu ingin tahu aku cemburu apa tidak?" tanyany
"Apa?" Tentu saja Mika merasa syok. Bahkan toples permen yang ada di tangannya dan akan dipindahkan ke dalam toko sebab toko akan tutup langsung terjatuh. Untung saja isinya tidak berceceran. "Biar aku bantu," ujar Ridwan ketika melihat toples itu jatuh. "Nggak usah nggak usah," ujar Mika cepat. Dia pun lebih memilih mengambilnya sendiri daripada menerima bantuan Ridwan. Bukan apa. Dia hanya takut kalau Noval salah paham saja melihatnya nanti mengingat suaminya itu akan datang. "Ngapain sih kamu di sini?" tanya Mika sekali lagi. Dia tak sungkan memperlihatkan wajah bencinya pada Ridwan. "Untuk menanyakan hal tadi," ujar Ridwan kemudian. "Wan. Kamu sudah gila, mending kamu ke rumah sakit sana. Jangan di sini," ujar Mika kemudian dengan menunjuk ke segala arah. Ridwan terkejut Mika mengatai dirinya gila. "Mik. Aku nggak gila." Dia menggeleng cepat. "Kalau nggak gila apa? Sinting? Mabok? Atau syarafmu sudah putus?" tanya Mika kemudian. Dia berkacak pinggang dengan tatapan tajam pad
"Ibu ngagetin aja," Ridwan sdah merasa deg-degan. Dia pikir tadi adalah bapaknya. Tentu saja diamerasa takut kalau bertemu kembali dengan Pak Eko. Dia yakin kalau dia akan dihajar kembali jika bapaknya itu melihat keberadaan dirinya di sini."Makan," jawab Ridwan pada pertanyaan ibunya tadi. Tanpa sungkan dia langsung mengambil nasi dan lauknya cukup banyak dan memakannya dengan lahap.Bu Lestari duduk di hadapan putranya. "Makanmu kayak orang yang nggak makan satu bulan aja.""Aku belum makan sejak pagi," jawab Ridwan di sela makannya dengan mulut penuh."Olip nggak masak?" Bu Lestari kembali bertanya."Ibu kayak nggak tahu aja," jawab Ridwan. Bu Lestari pun membiarkan anaknya makan."Kok bisa sih kamu sama Olip punya vidio kek gitu?" tanya Bu Lestari dengan kesal.Ridwan melirik ke arah ibunya beberapa kali sebelum menjawab. "Ya namanya juga pasangan, Bu. Ya wajarlah."Bu Lestari langsung memukul lengan putranya. "Kok bisa kamu melakukan itu sebelum menikah? Bikin malu aja.""Ya gim
Ridwan memarkirkan motor milik Olip di depan kontrakan mereka. Pria itu meletakkan sepatunya asal lalu memasuki kontrakan dengan wajah kesal. "Sial*n." Dia berujar kemudian.Olip yang sebelumnya tengah asyik melihat ponsel miliknya langsung menoleh ke arah kedatangan suaminya. Dia menatap bingung Ridwan yang tampak marah-marah."Kamu kenapa?" tanya Olip kemudian."Jangan tanya dulu kamu. Aku lagi kesel," ujar Ridwan. Pria itu berbaring membelakangi sang istri.Olip tang tipikal tidak suka diabaikan pun mengabaikan peringatan Ridwan. Dia meletakkan ponselnya dan memegang pundak sang suami lalu membua Ridwan mengubah posisinya menjadi menatap ke arah dirinya."Masalahnya aku nggak suka lihat kamu kek gini. Wajah kesal kamu itu bikin mood aku ikutan ancur. Bawaanya pengen marah," ujar Olip dengan nada tinggi yang selalu dia keluarga ketika berdebat dengan Ridwan.Ridwan langsung bangkit dari posisinya dan duduk menghadap Olip. "Lip. Jangan ajak aku bertengkar sore ini. Oke? Aku sudah ter
Bu Tuti datang bersama sang suami dan membawa semua hal yang diinginkan oleh Olip. Meski dia merasa kesusahan untuk membawanya, tetapi dia tetap membawakannya demi sang anak.Pak Purnomo sempat tidak mau untuk datang ke kontrakan Olip, tetapi Bu Tuti yang terus memaksa membuat dia mau tidak mau harus mengantarnya. Sesampainya di kontrakan Olip, Olip pun langsung menyambut kedatangan ibunya."Akhirnya Ibu datang juga," ujar Olip.Bu Tuti tampak mengamati tempat tinggal Olip. "Ini beneran tempat tinggal kalian?" tanya Bu Tuti kemudian."Ya iyalah, Bu. Masa boongan?" Dia pun mengajak ibunya masuk tetapi Pak Purnomo memilih untuk tetap di luar."Kok bisa sih kamu tinggal di tempat seperti ini, Lip? Udah tempatnya di ujung desa, jauh, jalannya rusak, tempatnya nggak layak huni lagi," ujar Bu Tuti yang langsung berkomentar ketika dia sampai di kontrakan Olip."Udah tahu, kan? Makanya Olip minta Ibu buat datang ke sini dan lihat sendiri secara langsung." Olip berujar. Perempuan itu mengambil
Ridwan dan Olip yang sudah diusir dari rumah Pak Purnomo dan tak bisa kembali ke rumah Pak Eko terpaksa harus mencari kontrakan untuk tempat mereka tinggal. Namun, karena berita yang sudah tersebar, mereka mengalami kesulitan ketika mencari tempat tinggal.Bahkan tidak sedikit yang menolak mereka karena menganggap mereka pasangan tak memiliki ikatan. Ridwan dan Olip pun sampai harus mengeluarkan buku nikah mereka agar orang-orang percaya. Namun, tetap saja mereka menolak Olip dan Ridwan untuk menyewa kontrakan mereka."Terus kita mau tinggal di mana dong, Kak kalau semua orang menolak kita?" tanya Olip yang sudah merasa lelah karena hampir seharian mencari kontrakan tidak menemukannya."Ya kita harus terus cari lah. Kalau mau berhenti, gimana kita tidur malam ini," ujar Ridwan yang fokus terhadap jalan di depannya."His. Nyusahin banget sih. Itu warga kampung kenapa juga ngusir kita sih? Toh kita tinggal di rumah orang tua aku sendiri. Nggak minta makan sama mereka," ujar Olip yang t
Ridwan langsung menatap istrinya. "Apa ini karena perbuatanmu?" tanyanya dengan menunjuk ke arah kening Mika yang terluka. Dia menunggu jawaban sang istri.Sedangkan Olip yang mendengar pertanyaan dari suaminya merasa bingung. Kenapa sekarang dia dojokkan lagi?"Jawab, Olip!" bentak Ridwan."Ya," balas Olip."Memangnya kenapa? tanya Olip kemudian."Lagian aku juga tidak sengaja," lanjutnya."Heh! Mana ada tidak sengaja? Kau mendorongnya. Itu yang katanya tidak sengaja?" Sinta yang tidak terima dengan perkataan Olip pun ikut memaki.Dia sudah tak tahan denga sifat perempuan itu. "Dasar perempuan gila. Sekolahnya aja pakai seragam, tapi kelakuannya kayak setan," lanjut Sinta yang tak tanggung-tanggung dalam mengolok Olip. Dia tidak peduli kalau ada orang tua Olip di sana."Jaga mulut kamu Sinta." Bu Tuti yang melihat anaknya diolok tidak terima. Dia pun menatap sahabat Mika itu dengan tajam."Emang iya, Kok." Sinta tentu tak mau kalah.Berkacak pinggang, dia menatap Olip dengan dagu ter
"Cie yang baru aja pulang dari bulan madu." Baru saja sampai di toko, Mika sudah mendapat ejekan dari sahabatnya.Detik kemudian Sinta memasang wajah kasihan. Dia berdecak sembari menggeleng pelan. "Tapi sayang. Kasihan sekali kamu. Baru juga pulang dari bulan madu, udah masuk rumah sakit aja," ujarnya kemudian.Mika tak suka itu. Dia meletakkan tasnya di atas meja. "Apaan sih? Itu Noval aja yang berlebihan. Masa kepala kepentok meja aja sampai diinap rawat segala. Kan ngabisin duit," ujar Mika dengan menyentuh kepalanya yang masih diplester karena luka."Namanya juga perhatian sama istri, Mik." Sinta pun menaik turunkan alisnya bermaksud menggoda sang sahabat."Jangan mulai." Mika menatap Sinta dengan penuh peringatan.Mika terkekeh. Beberapa saat kemudian Sinta mengingat sesuatu. "Lagian adek kamu itu gila banget. Berani-beraninya celakain kamu. Sekarang, viral dah tuh vidio panasnya sama Ridwan," ujar Sinta dengan rasa gemas yang tak bisa ditutupi. Kita bisa lihat juga rasa puas da