Home / Romansa / Permata Yang Kau Buang / Musuh dalam selimut

Share

Musuh dalam selimut

Author: Kak_put
last update Last Updated: 2024-09-18 12:02:21

Shita duduk di bangku taman, pandangannya kosong menatap langit yang beranjak kelam. Tangannya memeluk tubuhnya sendiri, mencari sedikit kehangatan di tengah angin malam yang dingin. Air mata yang semula mengalir kini sudah mengering, menyisakan bekas luka di pipi yang pucat. Kehidupannya kini terasa seperti puing-puing yang berserakan—tanpa rumah, tanpa suami, tanpa anak. Hanya kesunyian yang menyelimuti dirinya.

Di saat dia tenggelam dalam lamunannya, suara yang sudah lama tidak didengarnya menyapa dengan riang dari belakang.

"Shita! Ya Tuhan, aku sudah mencarimu ke mana-mana!"

Shita berbalik dan mendapati Mia, sahabatnya yang tersenyum lebar, menghampirinya dengan langkah cepat. Shita mengerjap, terkejut. Mia, dengan pakaian modis dan wangi parfum mahal, tampak seperti sosok sempurna di tengah dunia yang hancur.

"Mia..." suara Shita terdengar serak, nyaris hilang di telan angin. "Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Aku mendengar tentang apa yang terjadi antara kamu dan Hans," Mia duduk di samping Shita, tanpa meminta izin. "Aku benar-benar menyesal. Bagaimana bisa Hans melakukan ini padamu?"

Shita menggeleng pelan, suaranya nyaris tidak keluar. "Aku juga tidak mengerti. Dia berubah, Mia. Seolah-olah bukan lagi orang yang aku kenal."

Mia menghela napas panjang, menggenggam tangan Shita dengan lembut. "Jangan khawatir, Shita. Aku akan selalu ada di sini untukmu."

Shita mengangguk, meski hatinya tetap terasa kosong. Kehadiran Mia yang tiba-tiba entah kenapa tidak sepenuhnya menenangkan, namun Shita terlalu lelah untuk berpikir lebih jauh. Mia adalah satu-satunya orang yang masih bersamanya saat ini, ketika dunia seolah-olah meninggalkannya.

"Ayo, aku bawa kamu ke rumahku. Kita bisa bicarakan semuanya di sana," ajak Mia dengan nada lembut namun sedikit mendesak.

Tanpa ragu, Shita menerima tawaran itu. Dia tidak memiliki tempat lain untuk pergi. Mereka berjalan bersama menuju mobil Mia, dan sepanjang perjalanan, Mia terus berbicara, menyampaikan dukungan dan simpati.

Setibanya di rumah Mia, suasana tampak nyaman dan aman. Mia menyiapkan teh hangat dan duduk di seberang Shita, yang mulai merasa sedikit lebih baik. Namun tanpa disadari oleh Shita, di balik senyum ramah itu, Mia menyusun rencana lain.

"Shita, aku tahu kamu butuh istirahat," Mia berkata, sambil menatap Shita yang tampak lelah. "Aku punya kenalan yang bisa membantu kamu mendapatkan pekerjaan sementara dan tempat tinggal yang lebih baik. Sementara kamu pulih, kamu bisa bekerja di tempat mereka. Percayalah, ini akan membantu."

Shita, dalam keadaan yang rentan, tidak memiliki alasan untuk mencurigai Mia. Dia menerima tawaran itu dengan ragu, tapi juga merasa berterima kasih atas bantuan Mia.

Keesokan harinya, Mia membawa Shita ke sebuah tempat yang tidak dia kenal, sebuah gedung besar yang tampak megah dari luar. Mia berbicara dengan seorang pria yang berpenampilan rapi di pintu masuk. Mereka berbicara dengan cepat, dan sesekali pria itu melirik ke arah Shita dengan senyum samar yang membuatnya tidak nyaman.

"Tempat ini... apa benar ini untuk pekerjaan sementara?" tanya Shita, merasa sedikit curiga.

Mia tersenyum lembut, tapi tatapannya dingin. "Tentu saja, Shita. Jangan khawatir. Kamu akan baik-baik saja di sini."

Tanpa disadari oleh Shita, tempat tersebut bukanlah kantor atau tempat kerja biasa. Gedung megah itu sebenarnya adalah sebuah rumah bordil kelas atas yang tersembunyi di balik kedok bisnis lain. Mia telah bersekongkol dengan pemilik tempat tersebut untuk menjebak Shita di sana, memastikan reputasinya semakin hancur di mata Hans.

Saat Shita mulai merasa ada yang tidak beres, Mia menghilang tanpa jejak. Shita berusaha pergi, tetapi pintu yang ia coba buka terkunci. Ketakutan mulai menyelimuti dirinya saat pria yang berbicara dengan Mia tadi mendekat dengan senyum licik.

"Jadi, kamu Shita, ya? Tenang saja, kami akan merawatmu dengan baik di sini," ucap pria itu dengan nada yang membuat bulu kuduknya meremang.

"Apa... apa maksudmu?" Shita mulai panik. "Aku hanya datang untuk bekerja!"

"Benar, kau memang akan bekerja," ucap pria itu sambil tertawa kecil. "Tapi bukan pekerjaan seperti yang kamu pikirkan."

Shita merasakan darahnya membeku. Dengan cepat, dia menyadari bahwa dirinya terperangkap dalam situasi yang mengerikan. Mia, sahabat yang ia percayai, telah menjebaknya dalam skenario paling mengerikan.

*

Di tempat lain, Mia menghubungi Hans dan, dengan cerdik, menyebarkan kebohongan bahwa Shita kini bekerja sebagai wanita penghibur. Dia mengirimkan foto Shita yang berhasil dia ambil di depan gedung, memastikan Hans melihat apa yang ingin dia yakini.

Hans menerima pesan tersebut dengan penuh amarah. Melihat foto itu membuat kebenciannya terhadap Shita semakin membara. "Aku tahu dia tidak setia," gumamnya penuh rasa jijik.

Mia tersenyum puas di balik layar, tahu bahwa perangkapnya bekerja sempurna. Dia mendekati Hans, menawarkan dukungan palsu dan mulai menanamkan benih kepercayaannya kepada Hans, membuatnya semakin jauh dari Shita.

"Sejak awal sudah aku bilang, Hans. Shita itu jalang rendahan. Aku hanya kasihan padamu yang nyaris sempurna, sungguh tidak pantas bersama wanita seperti itu," ucap Mia dengan senyum kelicikan. Hans tidak menyadari itu. Yang Hans tahu, Mia adalah malaikat yang datang untuk membantunya menunjukkan sifat asli istrinya, Shita.

"Kamu benar, Mia. Sejak awal seharusnya aku sudah mempercayaimu. Seharusnya aku menceraikan Shita dari dulu. Bukan disaat kamu berhasil mengungkap kebusukannya dengan Lucas." Hans berucap dengan geram. Dia begitu membenci Shita.

Sementara Mia begitu senang dalam hatinya. Dia berhasil memanipulasi Hans dengan memanfaatkan kejadian dimana Shita nyaris di lecehkan. 'Tamat sudah riwayatmu, Shita. Entah bagaimana nasibmu sekarang di tempat terkutuk itu. Mulai saat ini Kebahagiaanmu... Akan menjadi milikku.'

*

Sementara itu, Shita mencoba melarikan diri dari tempat itu, tapi semua pintu tertutup rapat.

"Sial! Apa yang harus aku lakukan? Oh Tuhan... tolong aku." Shita begitu ketakutan. Dia tahu tempat seperti ini akan memperlakukan mereka dengan sangat kejam.

Shita duduk di sudut ruangan gelap, merasa cemas dan ketakutan. Pintu terkunci, jendela terlalu tinggi untuk dijangkau, dan tempat itu penuh dengan wanita lain yang tampak apatis, seolah mereka sudah menyerah pada nasib mereka. Shita menolak untuk menyerah. Hatinya masih penuh dengan harapan untuk bertemu kembali dengan Gio, putranya, dan untuk melawan kebohongan yang telah menghancurkan hidupnya.

Namun melihat situasi yang begitu rumit seperti ini, dan dengan setiap detik yang berlalu, harapan untuk kembali kepada Hans dan Gio semakin pudar.

Sementara itu, pria yang tadi berbicara dengannya masuk ke dalam ruangan dengan senyum licik.

"Waktunya bekerja. Jangan khawatir, setelah beberapa waktu, kalian akan terbiasa," ucapnya sambil mendekat.

Related chapters

  • Permata Yang Kau Buang   Terjebak

    Shita merasa panik, tapi dia berusaha tetap tenang. Saat pria itu mendekat, dia melihat ke sekeliling ruangan, mencari cara untuk kabur. Di pojok ruangan, ada jendela kecil yang tak terkunci, tetapi harus melewati pria itu untuk bisa mendekatinya."Aku harus berpikir cepat," gumamnya dalam hati. Tanpa banyak berpikir, Shita memberanikan diri untuk menendang kaki pria itu sekuat tenaga. Pria itu terhuyung-huyung, terkejut oleh serangan mendadak dari Shita, yang memanfaatkan momen itu untuk berlari ke arah jendela.Dengan cepat, Shita membuka jendela kecil itu dan melompat keluar. Jatuhnya tidak sempurna, tubuhnya terbentur keras ke tanah, tapi adrenalin membuatnya tidak merasakan sakit. Dia segera bangkit dan berlari tanpa melihat ke belakang.Saat dia berlari di jalanan yang sepi, jantungnya berdetak kencang, dan suara langkah kaki pria itu yang mengejarnya semakin mendekat. "Jangan biarkan dia kabur!" teriak pria itu kepada orang-orang lain di dalam gedung.Shita merasa napasnya sema

    Last Updated : 2024-09-18
  • Permata Yang Kau Buang   Pengorbanan yang di minta

    "Ini gila. Bagaimana aku bisa hidup hanya dengan satu ginjal? Apa kau tidak waras?" Arkan menatapnya tajam, dan sebelum Shita bisa menyelesaikan kalimatnya, dia berkata, "Putriku adalah segalanya bagiku." Shita terdiam, pikirannya bercampur aduk antara rasa takut, bingung, dan syok. "Tapi... aku tidak pernah membayangkan hal seperti ini. Ini bukan sesuatu yang kecil, Arkan."Arkan bersandar sedikit ke depan, tatapannya semakin tajam dan intens. "Tidak, ini bukan sesuatu yang kecil. Tapi aku sudah menyelamatkan hidupmu. Aku mengambil risiko besar dengan menolongmu, dan sekarang aku hanya meminta satu hal sebagai balasan."Shita terdiam, tenggorokannya terasa kering. Rasa terima kasih yang dia rasakan kini bercampur dengan kebingungan dan ketakutan. Bagaimana mungkin dia bisa mempertimbangkan untuk memberikan ginjalnya kepada seseorang yang tidak dikenalnya, bahkan meski itu putri Arkan?Namun, tatapan Arkan begitu intens dan penuh kepastian, seolah tidak memberi ruang untuk penolakan

    Last Updated : 2024-09-18
  • Permata Yang Kau Buang   Malaikat

    Tadinya Sitha ingin menemui Arkan untuk meminta izin pergi kerumah Hans menemui putranya. Dia sudah sangat merindukan Gio dan khawatir dengan keadaan anaknya, namun rumah Arkan yang begitu besar membuat Sitha kesulitan mencari dimana pria itu. Sitha berjalan perlahan hingga sampai di pintu kayu berwarna putih. "Mungkinkah Arkan ada di dalam?" Dugaannya ternyata salah, saat tak sengaja melihat siapa yang ada di dalam. Di dalam ruangan yang pintunya sedikit terbuka itu, Miu terbaring dengan tenang, rambut halusnya tergerai di atas bantal putih. "Dia... Miu?" gumam Sitha. Shita melangkah masuk, Miu menoleh, meskipun terlihat lemah, sorot matanya menyala dengan rasa ingin tahu. “Kamu pasti Miu,” sapa Shita, suaranya lembut. Miu mengangguk pelan, lalu menarik selimutnya lebih erat seolah mencari rasa aman. "Kamu siapa

    Last Updated : 2024-09-20
  • Permata Yang Kau Buang   Keputusan Sitha

    "Apa yang kamu lakukan di sini, Shita?" tanyanya tegas, suaranya terdengar datar namun jelas menunjukkan ketidaksukaan.Shita berbalik, menatap Hans yang berdiri di ambang pintu. Wajahnya penuh dengan kelelahan setelah seharian bekerja, tetapi di balik itu ada kemarahan yang terpendam. "Aku ingin bertemu dengan Gio. Aku sangat merindukannya, Hans. Aku ibunya!" jawab Shita dengan nada memohon, meskipun hatinya masih didera kemarahan setelah konfrontasinya dengan Mia.Hans melangkah masuk ke ruang tamu, melewati Shita tanpa menatapnya langsung. "Kau tidak bisa seenaknya datang ke sini. Aku sudah bilang, hubungan kita sudah selesai. Gio baik-baik saja tanpa kamu," ujarnya dingin, tanpa sedikitpun rasa simpati.Shita merasa dunia runtuh di sekelilingnya. Hans yang dulu mencintainya kini berbicara seolah-olah dia adalah orang asing. Sementara Mia berdiri di belakangnya, penuh dengan kepuasan melihat Shita hancur. Shita mengepalkan tangannya, menahan air ma

    Last Updated : 2024-09-21
  • Permata Yang Kau Buang   Peristiwa kelam

    "Pergi! Pergi dari sini!" Shita menjerit, suaranya bergetar dan terengah-engah. Tangannya yang gemetar mendorong dada pria dewasa yang merupakan teman baik suaminya. Sayangnya kekuatan Shita tak sebanding. Bau keringat dan napas pria itu yang membusuk memenuhi hidungnya, membuatnya ingin muntah."Jangan munafik, Shita. Aku tahu kau juga menginginkanku," ucap pria itu, senyum licik mengembang di wajahnya. Matanya, yang biasanya bersinar ramah, kini memancarkan cahaya dingin dan haus. "Suamimu seringkali mengabaikanmu, bukan?"Shita terhuyung mundur, kakinya lemas. Bajunya yang longgar jatuh ke tangan, memperlihatkan kulitnya yang putih pucat. Dia teringat saat-saat indah bersama suaminya, saat-saat yang kini terasa seperti mimpi buruk."Jangan lakukan itu," ucap Shita, suaranya bergetar dan mata yang berkaca-kaca. "Suamiku menganggapmu sebagai saudara.""Dia tidak akan tahu," ucapnya, tangannya meraba dagu Shita dengan kasar. "Kau akan menikmatinya, Shita. Percayalah."S

    Last Updated : 2024-09-18
  • Permata Yang Kau Buang   Tak Terduga

    "MEMALUKAN!" Hans berteriak, suaranya bergema di ruangan, menghantam telinga Shita seperti petir. Matanya, yang biasanya memancarkan kasih sayang, kini menyala-nyala dengan amarah. "Katakan padaku, apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa Lucas bisa masuk ke rumah ini? Apa yang kau lakukan sehingga dia berani menyentuhmu?"Shita terdiam, tubuhnya gemetar hebat. Air mata mengalir di pipinya, membasahi wajahnya yang pucat. Rasa sakit yang menusuk jantungnya membuatnya sulit untuk bernapas.Setelah menanti kehadiran suami selama beberapa hari, seharusnya saat mereka bertemu, Hans memeluk Shita. Bersikap melindungi sebagaimana seharusnya di lakukan seorang pria. Sialnya kenyataan tidak sesuai harapan. Hans pulang dengan mata menyala dan emosi yang memuncak. Merasa harga diri dijatuhkan lalu di injak-injak. "Kenapa kau berpikir begitu? Kau tahu sendiri bagaimana aku. Aku tidak pernah sekalipun membiarkan pria manapun masuk kedalam rumah, disaat kamu pergi. Pria itu... dia...""Lalu bagaima

    Last Updated : 2024-09-18

Latest chapter

  • Permata Yang Kau Buang   Keputusan Sitha

    "Apa yang kamu lakukan di sini, Shita?" tanyanya tegas, suaranya terdengar datar namun jelas menunjukkan ketidaksukaan.Shita berbalik, menatap Hans yang berdiri di ambang pintu. Wajahnya penuh dengan kelelahan setelah seharian bekerja, tetapi di balik itu ada kemarahan yang terpendam. "Aku ingin bertemu dengan Gio. Aku sangat merindukannya, Hans. Aku ibunya!" jawab Shita dengan nada memohon, meskipun hatinya masih didera kemarahan setelah konfrontasinya dengan Mia.Hans melangkah masuk ke ruang tamu, melewati Shita tanpa menatapnya langsung. "Kau tidak bisa seenaknya datang ke sini. Aku sudah bilang, hubungan kita sudah selesai. Gio baik-baik saja tanpa kamu," ujarnya dingin, tanpa sedikitpun rasa simpati.Shita merasa dunia runtuh di sekelilingnya. Hans yang dulu mencintainya kini berbicara seolah-olah dia adalah orang asing. Sementara Mia berdiri di belakangnya, penuh dengan kepuasan melihat Shita hancur. Shita mengepalkan tangannya, menahan air ma

  • Permata Yang Kau Buang   Malaikat

    Tadinya Sitha ingin menemui Arkan untuk meminta izin pergi kerumah Hans menemui putranya. Dia sudah sangat merindukan Gio dan khawatir dengan keadaan anaknya, namun rumah Arkan yang begitu besar membuat Sitha kesulitan mencari dimana pria itu. Sitha berjalan perlahan hingga sampai di pintu kayu berwarna putih. "Mungkinkah Arkan ada di dalam?" Dugaannya ternyata salah, saat tak sengaja melihat siapa yang ada di dalam. Di dalam ruangan yang pintunya sedikit terbuka itu, Miu terbaring dengan tenang, rambut halusnya tergerai di atas bantal putih. "Dia... Miu?" gumam Sitha. Shita melangkah masuk, Miu menoleh, meskipun terlihat lemah, sorot matanya menyala dengan rasa ingin tahu. “Kamu pasti Miu,” sapa Shita, suaranya lembut. Miu mengangguk pelan, lalu menarik selimutnya lebih erat seolah mencari rasa aman. "Kamu siapa

  • Permata Yang Kau Buang   Pengorbanan yang di minta

    "Ini gila. Bagaimana aku bisa hidup hanya dengan satu ginjal? Apa kau tidak waras?" Arkan menatapnya tajam, dan sebelum Shita bisa menyelesaikan kalimatnya, dia berkata, "Putriku adalah segalanya bagiku." Shita terdiam, pikirannya bercampur aduk antara rasa takut, bingung, dan syok. "Tapi... aku tidak pernah membayangkan hal seperti ini. Ini bukan sesuatu yang kecil, Arkan."Arkan bersandar sedikit ke depan, tatapannya semakin tajam dan intens. "Tidak, ini bukan sesuatu yang kecil. Tapi aku sudah menyelamatkan hidupmu. Aku mengambil risiko besar dengan menolongmu, dan sekarang aku hanya meminta satu hal sebagai balasan."Shita terdiam, tenggorokannya terasa kering. Rasa terima kasih yang dia rasakan kini bercampur dengan kebingungan dan ketakutan. Bagaimana mungkin dia bisa mempertimbangkan untuk memberikan ginjalnya kepada seseorang yang tidak dikenalnya, bahkan meski itu putri Arkan?Namun, tatapan Arkan begitu intens dan penuh kepastian, seolah tidak memberi ruang untuk penolakan

  • Permata Yang Kau Buang   Terjebak

    Shita merasa panik, tapi dia berusaha tetap tenang. Saat pria itu mendekat, dia melihat ke sekeliling ruangan, mencari cara untuk kabur. Di pojok ruangan, ada jendela kecil yang tak terkunci, tetapi harus melewati pria itu untuk bisa mendekatinya."Aku harus berpikir cepat," gumamnya dalam hati. Tanpa banyak berpikir, Shita memberanikan diri untuk menendang kaki pria itu sekuat tenaga. Pria itu terhuyung-huyung, terkejut oleh serangan mendadak dari Shita, yang memanfaatkan momen itu untuk berlari ke arah jendela.Dengan cepat, Shita membuka jendela kecil itu dan melompat keluar. Jatuhnya tidak sempurna, tubuhnya terbentur keras ke tanah, tapi adrenalin membuatnya tidak merasakan sakit. Dia segera bangkit dan berlari tanpa melihat ke belakang.Saat dia berlari di jalanan yang sepi, jantungnya berdetak kencang, dan suara langkah kaki pria itu yang mengejarnya semakin mendekat. "Jangan biarkan dia kabur!" teriak pria itu kepada orang-orang lain di dalam gedung.Shita merasa napasnya sema

  • Permata Yang Kau Buang   Musuh dalam selimut

    Shita duduk di bangku taman, pandangannya kosong menatap langit yang beranjak kelam. Tangannya memeluk tubuhnya sendiri, mencari sedikit kehangatan di tengah angin malam yang dingin. Air mata yang semula mengalir kini sudah mengering, menyisakan bekas luka di pipi yang pucat. Kehidupannya kini terasa seperti puing-puing yang berserakan—tanpa rumah, tanpa suami, tanpa anak. Hanya kesunyian yang menyelimuti dirinya.Di saat dia tenggelam dalam lamunannya, suara yang sudah lama tidak didengarnya menyapa dengan riang dari belakang."Shita! Ya Tuhan, aku sudah mencarimu ke mana-mana!"Shita berbalik dan mendapati Mia, sahabatnya yang tersenyum lebar, menghampirinya dengan langkah cepat. Shita mengerjap, terkejut. Mia, dengan pakaian modis dan wangi parfum mahal, tampak seperti sosok sempurna di tengah dunia yang hancur."Mia..." suara Shita terdengar serak, nyaris hilang di telan angin. "Apa yang kamu lakukan di sini?""Aku mendengar tentang apa yang terjadi antara kamu dan Hans," Mia dudu

  • Permata Yang Kau Buang   Tak Terduga

    "MEMALUKAN!" Hans berteriak, suaranya bergema di ruangan, menghantam telinga Shita seperti petir. Matanya, yang biasanya memancarkan kasih sayang, kini menyala-nyala dengan amarah. "Katakan padaku, apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa Lucas bisa masuk ke rumah ini? Apa yang kau lakukan sehingga dia berani menyentuhmu?"Shita terdiam, tubuhnya gemetar hebat. Air mata mengalir di pipinya, membasahi wajahnya yang pucat. Rasa sakit yang menusuk jantungnya membuatnya sulit untuk bernapas.Setelah menanti kehadiran suami selama beberapa hari, seharusnya saat mereka bertemu, Hans memeluk Shita. Bersikap melindungi sebagaimana seharusnya di lakukan seorang pria. Sialnya kenyataan tidak sesuai harapan. Hans pulang dengan mata menyala dan emosi yang memuncak. Merasa harga diri dijatuhkan lalu di injak-injak. "Kenapa kau berpikir begitu? Kau tahu sendiri bagaimana aku. Aku tidak pernah sekalipun membiarkan pria manapun masuk kedalam rumah, disaat kamu pergi. Pria itu... dia...""Lalu bagaima

  • Permata Yang Kau Buang   Peristiwa kelam

    "Pergi! Pergi dari sini!" Shita menjerit, suaranya bergetar dan terengah-engah. Tangannya yang gemetar mendorong dada pria dewasa yang merupakan teman baik suaminya. Sayangnya kekuatan Shita tak sebanding. Bau keringat dan napas pria itu yang membusuk memenuhi hidungnya, membuatnya ingin muntah."Jangan munafik, Shita. Aku tahu kau juga menginginkanku," ucap pria itu, senyum licik mengembang di wajahnya. Matanya, yang biasanya bersinar ramah, kini memancarkan cahaya dingin dan haus. "Suamimu seringkali mengabaikanmu, bukan?"Shita terhuyung mundur, kakinya lemas. Bajunya yang longgar jatuh ke tangan, memperlihatkan kulitnya yang putih pucat. Dia teringat saat-saat indah bersama suaminya, saat-saat yang kini terasa seperti mimpi buruk."Jangan lakukan itu," ucap Shita, suaranya bergetar dan mata yang berkaca-kaca. "Suamiku menganggapmu sebagai saudara.""Dia tidak akan tahu," ucapnya, tangannya meraba dagu Shita dengan kasar. "Kau akan menikmatinya, Shita. Percayalah."S

DMCA.com Protection Status