Pada zaman dahulu di dataran tinggi China berdiri sebuah kerajaan yang cukup besar. Kerajaan itu bernama kerajaan Awan.
Kerajaan awan dipimpin oleh seorang kaisar. Kaisar itu bernama Anming. Kaisar Anming memiliki seorang permaisuri yang bernama Jia li. Permaisuri Jia li merupakan istri satu-satunya yang dimiliki oleh kaisar Anming. Mereka berdua merupakan pasangan yang saling mencinta. Keduanya dikaruniai dua orang anak yang sangat tampan. Pangeran Chen dan Pangeran Cheng Yi merupakan buah hati kaisar Anming dan permaisuri Jia li. Kehidupan mereka sangat bahagia. Apalagi kaisar Anming terkenal baik hati dan menyayangi keluarganya. Tanahnya yang subur serta tersedianya air yang melimpah membuat kerajaan awan menjadi kerajaan yang makmur. Namun hal itu membuat kerajaan-kerajaan lain merasa iri. Bukan hanya satu dua kali kerajaan awan di serang oleh kerajaan tetangga. Mereka berniat menjadikan kerajaan awan sebagai wilayahnya. Seperti saat ini. Kerajaan Angin menyerang kerajaan awan dibantu oleh kerajaan Api. Keduanya bekerjasama untuk menaklukkan kerajaan awan. Kerajaan awan memang kerajaan yang sangat kuat. Pertahanan yang dibentuk oleh kaisar Anming tidak main-main. Itulah yang membuat kedua kerajaan itu melakukan kerja sama. Di serangan kali ini ternyata membuat kaisar Anming gugur. Beliau memang terjun langsung dalam peperangan. Berita gugurnya kaisar Anming telah sampai ke istana. Permaisuri Jia li juga mendapatkan kabar jika pihak musuh hendak menginjakkan kakinya ke istana. Permaisuri Jia li yang mendengar hal itu meminta kedua pengasuh putranya untuk pergi dari istana. Dia meminta mereka untuk menjaga kedua putranya dengan baik. "Bagaimana dengan permaisuri?" tanya sang pengasuh dengan khawatir. "Saya tidak mungkin diam saja saat suami saya gugur. Bibi pasti tahu konsekuensi yang akan saya terima. Saya lebih baik ikut gugur bersama kaisar dari pada menjadi budak mereka!" Apa yang di ucapkan permaisuri bukanlah tanpa sebab. Sebagai kerajaan yang sudah ditaklukkan, identitasnya sebagai seorang permaisuri tidak ada harganya lagi. Biasanya mereka akan mendapatkan perlakuan layaknya seorang budak. Namun yang lebih parah, dia akan dijadikan sebagai budak nafsu mereka. Bukan karena merasa cantik, namun kecantikannya memang tidak bisa ditolak oleh lelaki yang melihatnya. Itulah yang membuatnya memilih untuk memberikan perlawanan terakhir. Dia lebih memilih tewas dalam pertempuran dari pada memberikan tubuhnya mereka. Permaisuri Jia li menggunakan pakaian yang sudah lama ia simpan. Pakaian yang sudah tidak pernah ia pakai sejak dirinya menjadi seorang permaisuri. Permaisuri Jia li merupakan putri dari seorang jenderal besar. Beliau memimpin sepuluh ribu pasukan perang. Sayangnya beliau sudah gugur sebelum ia menikah. Sejak kecil Jia li sudah berlatih berbagai macam senjata. Kemampuannya dalam beladiri juga tidak bisa dipandang remeh. Selain itu Jia li juga memiliki dua elemen angin dan air. Brak! Brak! Brak! Gerbang istana akhirnya bisa di bobol dari luar. Permaisuri Jia sudah siap dengan kemungkinan yang akan terjadi padanya. Dua kaisar dari kerajaan berbeda masuk dengan gagah di ikuti prajuritnya. Mata mereka terbelalak melihat penampilan Permaisuri Jia Li yang sudah siap bertempur.Namun penampilan seperti ini malah membuat pesona Permaisuri Jia Li makin terpancar. "Wah...tidak menyangka permaisuri menyambut kedatangan kami. Sungguh kehormatan bagi kami. Benar tidak kaisar Lee," ucap kaisar chen yang berasal dari kerajaan angin. Kaisar Lee yang berasal dari kerajaan Api terkekeh mendengarnya. "Benar apa yang di ucapkan oleh kaisar Chen. Lebih baik permaisuri menyerah saja . Kaisar Anming telah gugur di medan perang. Jadi tidak ada gunanya permaisuri menyerang kami." Keduanya memandang permaisuri Jia Li dengan penuh nafsu. Padahal dia memakai baju yang tertutup. Hal itu membuat permaisuri merasa yakin dengan keputusannya. "Saya lebih memilih mati dari pada menyerah pada kalian, "jawab permaisuri Jia li datar. "Jadi begitu ya? Kalau begitu baiklah...ringkus permaisuri sombong itu! " titah Kaisar Chen dengan arogan. "Baik yang mulia! " Jenderal dari kerajaan angin maju ke depan. Dia mengeluarkan elemen api yang ia punya untuk menyerang permaisuri Jia li. Permaisuri Jia li tidak tinggal diam. Dia menggunakan elemen air yang ia punya untuk menghadapinya. Kobaran api yang berasal dari sang Jendral dengan mudah dapat dipadamkan. Namun sang jenderal kembali memberi serangan. Kali ini kombinasi dengan elemen angin. Hal itu membuat kobaran api menyambar area sekitar. Istana terbakar. Ternyata hal itu tidak diperhitungkan oleh sang jenderal. Kedua kaisar segera menyelamatkan diri. Bukan hanya kedua kaisar saja yang menyelamatkan diri mereka. Semua orang yang berada di istana berupaya untuk menyelamatkan diri mereka. Sedangkan permaisuri Jia li beserta sang Jendral masih melanjutkan pertarungan mereka ditengah kobaran api. Saat keduanya asyik berperang ada seseorang yang menyerang permaisuri Jia li dari belakang. Akibatnya permaisuri mengalami kekalahan. Dia mati dalam kobaran api yang membara. "Semoga kita bertemu lagi di kehidupan selanjutnya," ucap permaisuri Jia li sebelum menghembuskan nafas terakhirnya . . Seorang wanita perlahan membuka matanya. Kepalanya terasa pusing. Namun dia berusaha untuk menahannya. "Dimana ini?" gumam wanita itu sambil memperhatikan sekitarnya. Wanita itu terbangun di ruangan serba putih. Bukan hanya ruangannya yang membuatnya asing. Namun peralatan di sekitarnya juga membuatnya bingung. Ceklek! "Syukurlah...akhirnya anda bangun juga. Apa yang anda rasakan saat ini?" tanya dokter yang baru saja masuk dengan perawat. Permaisuri Jia li bingung menjawabnya. Apalagi keduanya menggunakan pakaian yang asing menurutnya. "Kalian siapa? apa kalian dari kerajaan angin? " "Ha? Kedua orang itu terperangah mendengar pertanyaannya. Apa wanita ini mengalami amnesia? Kok bisa? Sebenarnya wanita itu bernama Bianca Anastasya. Di malam pernikahannya dia ditinggalkan oleh suaminya. Suaminya lebih memilih tinggal bersama sang kekasih dari pada dengannya. Hal itu membuatnya murkah dan mendatangi keduanya. Dia memberikan tamparan di wajah kekasih suaminya. Akibatnya sang suami memberinya tamparan balasan. Entah karena shock atau bagaimana dia langsung pingsan. Karena tidak juga sadar suaminya mengirimkannya ke rumah sakit. Namun setelah mengurus administrasi, suaminya meninggalkannya sendiri di rumah sakit. Tanpa seorang pun tahu bahwa Bianca Anastasya sudah mati. Kini tubuhnya telah terisi oleh arwah permaisuri Jia Li "Ehm...saya merupakan dokter yang merawat anda,"ucap sang dokter begitu hilang keterkejutannya. "Dokter?apa itu dokter?apa semacam tabib?"tanya permaisuri Jia li secara beruntun. "What! "pekik sang dokter yang kembali terkejut dengan ucapan yang keluar dari mulut permaisuri Jia li. "Waduh...Jangan-jangan dokter salah beri obat nih,"ucap sang perawat dengan cemas. "Kok bisa?" "Mungkin saja obat yang dokter beri mempunyai efek samping. " "Tidak mungkin. Saya memberikan obat yang dosisnya tidak terlalu besar. " Sepasang dokter dan perawat itu terus saja berdebat di depan Bianca. Namun tidak ada niat sedikitpun Bianca menyela perdebatan mereka. Tiba-tiba muncul ingatan dari si pemilik tubuh. Membuatnya sadar jika dia bukan lagi permaisuri Jia li yang berasal dari kerajaan awan. Kini dia bernama Bianca Anastasya Seorang istri yang tidak dianggap.Perlahan Bianca kembali sadar. Di samping ranjang yang ia tiduri ada seorang lelaki yang menatap dirinya dengan tajam. Insting Bianca masih setajam saat dirinya menjadi permaisuri Jia li. Jadi begitu ia sadar, ia langsung memandang lelaki tersebut tak kalah tajam darinya. Hal itu membuat sang lelaki terkejut. Sebab tatapan itu belum pernah ia terima sebelumnya. Bianca biasanya memandangnya dengan tatapan mendamba dan penuh cinta. "Ada apa?" tanya Bianca datar. Dia tahu jika lelaki itu suami pemilik tubuh. Ia akui jika wajah lelaki itu tampan. Tapi cintanya pada kaisar Anming sangat tulus. Tidak mudah baginya untuk menjalin kasih lagi. "Aku ingatkan sekali lagi. Kamu bukanlah istri yang aku inginkan. Jika bukan karenamu... aku sudah menikah dengan kekasihku. Jadi jangan harap aku bersikap baik denganmu, " ucap Adrian dengan arogan. "..." "Kamu punya telinga kan!" bentak Adrian dengan suara yang agak tinggi. Entah kenapa dia merasa kesal diacuhkan oleh Bianca. Rasanya ada
Mobil yang dinaiki Bianca dan tuan Abrahamkini sudah berada di depan rumah mendiang orang tua Bianca. Rumahnya nampak kotor. Sebab lebih dari sebulan rumah itu tidak ada yang menempati. "Apa kamu yakin akan tinggal disini?" tanya Abraham kepada sang menantu. Dia masih tidak rela jika Bianca harus kembali ke rumahnya. "Yakin Pa." "Bagaimana kalau rumahnya dibersihkan dulu saja. Setelah bersih barulah kamu kembali kesini, " bujuk tuan Abraham dengan lembut. "Terimakasih. Tapi biar Bia yang membersihkan sendiri, " tolak Bianca tak kalah lembut. Abraham pun tidak lagi memaksa. Dia membiarkan Bianca keluar dari dalam mobil. Sedangkan tuan Abraham masih tetap di dalam mobil. "Maafkan Papa tidak bisa ikut turun. Papa harus segera berangkat ke kantorkantor, " ucap tuan Abraham setelah Bianca sudah keluar dari mobil. "Tidak masalah Pa. Terima kasih sudah mengantar Bia sampai rumah dengan selamat. " "Sama-sama. Kalau ada apa-apa jangan lupa hubungi Papa." Bianca mengangguk
Adrian menghidupkan ponselnya yang baru saja terisi daya. Banyak panggilan tak terjawab dari Rangga membuatnya penasaran. Namun belum sempat membuat panggilan, Rangga sudah lebih dulu menelpon. Adrian segera menjawabnya. "Halo. Ada apa? " tanya Adrian. ".... " Adrian mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Rangga di seberang telpon. "Kamu yakin? " "... " "Baiklah." Adrian menutup telponnya begitu saja. Kemudian dengan langkah terburu-buru keluar dari kamar. Tujuannya saat ini hanya satu yakni kamar yang biasa ditempati oleh Bianca. Brak!!! Adrian membuka kamar itu dengan kasar. Namun kamar itu terlihat kosong. Bahkan tempat tidurnya juga terlihat rapi. Tidak seperti baru ditempati. Meski begitu ia masih tidak puas. Adrian mencari keberadaan Bianca di dalam kamar mandi. "Dimana tuh anak?" gumam Adrian lirih. Kemudian Adrian keluar dari kamar dan mencari keberadaan pembantu rumah tangganya. Dari pada harus bertanya pada sang Papa lebih baik bertanya pada mereka.
Bianca Anastasya merupakan putri dari mendiang Rinda dan Andhika. Keduanya menikah tanpa mendapatkan restu dari kedua orang tua Andhika. Kedua orang tua Andhika merupakan pengusaha sukses di kotanya. Sedangkan Rinda hanya seorang anak panti asuhan yang tidak diketahui asal usulnya . Itulah yang menjadi penyebab Andika dan Rinda tidak mendapatkan restu dari orang tua Andhika. Andhika dicoret sebagai keluarga Sebastian yang tak lain ayah dari Andhika. Kumudian ia diusir dari rumahnya yang mewah. Ia diusir tanpa membawa apapun kecuali baju yang ia pakai. Kini Bianca hidup sendiri tanpa sanak saudara. Kadang kala ia mengingat kehidupan sebelumnya. Ia akan menangis saat mengingat suami dan kedua anaknya. Seperti saat ini ia tidak bisa tidur karena mengingat mereka. Namun bukannya menangis di dalam kamar, Bianca malah memilih menangis diatas pohon mangga yang ada di samping rumahnya. Dia tidak mengetahui jika tindakannya itu membuat para warga takut. "Hiks...hiks...." Tiga orang
Zeta menghentikan motornya di parkiran kampus. Lagi-lagi Bianca merasakan kekaguman di dalam hatinya. Tempat ini lebih besar dari yang ia bayangkan sebelumnya. Di Kerajaannya dulu juga ada akademi untuk belajar. Tetapi tempatnya tidak sebesar ini. Bianca melihat banyak mahasiswa yang hilir mudik. Dari ingatan Bianca yang asli tidak banyak mahasiswa yang ia kenal. Mungkin hanya beberapa mahasiswa yang berasal dari jurusannya saja. Itupun yang sekelas dengannya. Kelas Bianca berada di lantai tiga Fakultas Ekonomi. Bianca mengambil jurusan administrasi bisnis. Sejak dulu Bianca mempunyai cita-cita menjadi seorang sekretaris. Tibalah Bianca dan Zeta di kelas mereka. Sudah banyak mahasiswa yang telah datang. Ada seorang mahasiswa yang menghampiri mereka. "Akhirnya kamu datang juga. Sudah lama kamu tidak masuk. Pak Djarot meminta kamu untuk datang ke ruangannya, " ucapnya memberitahu. Pak Djarot merupakan salah satu dosen yang mengajar Bianca. "Kenapa? " tanya Bianca sambil meng
"Terimakasih tumpangannya, " ucap Bianca dengan tulus. "Tidak masalah. Lagian tujuan kita juga searah." "Mampir dulu yuk, " ajak Bianca. "Nggak deh lain kali saja. Hari ini sudah janji sama Mama mau pulang cepat, " tolak Zeta dengan jujur. "Oke deh kalau begitu. lain kali harus mampir loh! " "Sip! " Bianca tidak memaksa. Lagi pula dia tidak mempunyai makanan untuk disuguhkan. Namun ia tidak lupa berterimakasih karena sudah diantar jemput oleh Zeta. "Besok barengan lagi apa tidak? " tanya Zeta sebelum menyalakan motornya. "Boleh. Asal tidak merepotkan." "Ok! " "Hati-hati! " "Sip! " Zeta meninggalkan rumah Bianca bersama motornya. Setelah Zeta hilang dari pandangannya , Bianca pun melangkah ke rumah dengan malas. Hari ini merupakan hari yang berat bagi Bianca. Bukan hanya harus beradaptasi dengan lingkungan kampus, tapi juga harus belajar dengan materi yang belum pernah ia pelajari sebelumnya. Untungnya Bianca yang asli termasuk mahasiswa yang pandai. Jad
Bianca mendesak Chiara untuk mengajarinya berjalan melewati dinding. Pasti sangat mengagumkan jika ia bisa melakukannya. Chiara hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar permintaan Biancai yang tidak masuk akal. "Kalau kamu memang ingin melakukan hal tersebut maka kamu harus mati dulu dong " ujar Chiara dengan santai . "Aku sudah pernah mati satu kali, tapi Aku tidak bisa melakukannya, " jawab Biancai dengan jujur. "Ha???? " Chiara langsung terkejut. "Kenapa kamu terkejut seperti itu? Bukankah kamu tadi bilang agar mati dulu biar bisa tembus tembok. Kenyataannya aku tidak bisa melakukannya. " "Kamu pernah mati? jadi kamu mati suri? " "Iyalah...kalau Aku tidak mati, bagaimana mungkin bisa masuk kedalam tubuh ini, " jawab Bianca dengan santai. Entah kenapa ia bisa sesantai itu mengungkap rahasianya. Padahal ia tidak kenal dengan sosok di depannya. Chiara mencerna ucapan Biancai dengan baik. Baru kali ini ia mendengar hal seperti itu. Selama ini ia sering berkeliling di b
"Tuan... Anda harus segera kesini, " ucap Rangga dengan tergesa-gesa. Adrian yang sebelumnya masih mengantuk langsung membuka matanya dengan lebar-lebar. Adrian melihat jam yang ada di nakas. Masih pukul 01.00. Dia baru saja memejamkan matanya. Namun Rangga sudah mengganggu tidurnya. Adrian yakin ada sesuatu yang penting yang akan disampaikan oleh asisten kepercayaannya itu. "Ada apa? "tanya Adrian penasaran. "Saat ini saya sedang berada di depan apartemen milik Nona Alisha. Tadi anak buah saya memberikan kabar jika Leon akan mendatangi nona Alisha. Jadi Saya pergi kesini. Jika tuan mau memutuskan Nona Alisha, Tuan bisa kesini secepatnya! ""Jadi Leon sudah ada di Apartemen? " tanya Adrian memastikan. "Sudah Tuan." Setelah mendapat kabar dari Rangga, Adrian langsung mematikan sambungan telponnya. Dia bergegas turun dari ranjang. Kemudian mengambil baju secara acak dari dalam lemari. Tiga puluh menit kemudian ia sudah tiba di depan apartemen Alisha. Adrian mengendarai mobilny
Bianca mempelajari dokumen yang diberikan oleh Adrian padanya. Dokumen itu berisi contoh surat kerja sama dengan perusahaan lain yang perlu ia pelajari. Bianca diminta Adrian untuk mempelajari semua ia dokumen itu hingga faham. Ia dengan patuh melakukan apa yang disuruh oleh Adrian. Sebenarnya Adrian hanya ingin menguji Bianca. Sudah lama Bianca tidak menghubunginya. Ia merasa Bianca tidak lagi sama seperti biasanya. Bahkan tatapan penuh damba yang biasa ia tunjukkan tidak lagi ia dapatkan. Jika Bianca sedang fokus dengan dokumen yang ada dihadapannya, tidak dengan Adrian. Adrian sesekali menatap Bianca dari kursi yang ia duduki. Sedangkan Chiara duduk dihadapan Adrian menatap Adrian tanpa kedip. Adrian menempatkan Bianca di dekat pintu . Dengan begitu, setiap ada tamu Bianca harus membukanya. "Buatkan Aku kopi, " ucap Adrian dengan suara yang agak keras. Bianca menghentikan kegiatannya dan menatap Adrian yang juga sedang menatapnya. "Tuan berbicara pada Saya? " tany
Di iringi tatapan bingung teman-temannya, Bianca meninggalkan ruangan yang sudah baru dia hari ia tempati. Nadia yang terima dengan keberuntungan Bianca, menatapnya dengan tajam. Kenapa seorang anak magang bisa menarik perhatian Adrian? Apa jangan-jangan wanita yang dibicarakan oleh keluarga Adrian semalam adalah Bianca? "Tidak bisa dibiarkan. Aku harus memberi anak magang itu pelajaran, " gumam Nadia dengan lirih. Sandra yang kala itu sedang menatapnya, begidik sendiri. Dia yakin jika Nadia akan melakukan sesuatu yang membuat Bianca tidak lagi menjadi sekretaris Adrian. Dia tidak sabar menunggu pertunjukan apa yang akan Nadia mainkan. "Sudah-sudah, lanjutkan pekerjaan kalian. Orangnya juga sudah tidak ada kok, " ucap Bu Rena. "Terus Aku berangkat sama siapa? " tanya Tomi. "Sama Sandra saja." "Kok jadi Aku sih. Nggak mau lah, " tolak Sandra dengan terang-terangan. "Mau tidak mau ya harus mau. Hanya kamu yang tidak mempunyai tugas. " Bianca tidak mengetahui j
Bianca tiba di perusahaan lebih pagi dari hari kemarin. Ia langsung menuju ruangan tempatnya bekerja. Sudah ada Rena, Siska dan Tomi yang lebih dulu tiba. "Selamat pagi semuanya, " sapa Bianca dengan ramah. "Selamat pagi, " sapa Rena dan Tomi. "Selamat pagi. Begitu dong, jangan sampai berangkat seperti kemarin, " puji Sandra yang mengandung sindiran. Bianca hanya tersenyum sambil duduk di kursinya. Sandra yang merasa diabaikan merasa geram. Entah kenapa pagi ini moodnya berantakan. Maunya marah-marah terus. Mungkin karena sedang ada tamu bulanan. "Pagi every body! " teriak Bella dengan senyum ceria. Sandra yang hendak mengeluarkan lahar jadi mengurungkan niatnya. "Ini kantor bukan hutan! " ucap Sandra dengan ketus. "Biasa aja kali Mbak." "Ada kabar apa nih, sumringah banget, " ucap Tomi yang melihat keduanya kan berdebat. Bianca menunjukkan cincin yang ada dijari manisnya dengan tersenyum lebar. Semalam kekasihnya datang melamar bersama kedua orang tuanya.
Seperti yang sudah direncanakan oleh Nadia sebelumnya. Setibanya di rumah Nadia merengek pada kedua orang tuanya untuk segera mendatangi kediaman Abraham. "Ayo lah Pa... Ma, mumpung saat ini Adrian tidak punya kekasih. Nadia minta Papa sama Mama membujuk Tuan Abraham agar mau menerimaku menjadi menantunya, " bujuk Nadia pada kedua orang tuanya. Padahal dia baru saja pulang dari kantor. "Setidaknya kamu mandi dulu deh. Nanti kita bicarakan lagi setelah kamu segar, " ucap sang Mama dengan lembut. "Tidak mau. Aku mau Papa sama Mama berjanji dulu," rengek Nadia dengan manja. "Akan Papa usahakan, " ucap tuan Broto yang tak lain Papa Nadia. Kelemahannya adalah tak tega menolak keinginan sang putri. "Pokoknya nanti malam kita harus ke rumah mereka. Titik tidak pakai koma! "tekan Nadia dengan cemberut. "Tidak bisa begitu dong Sayang. Masak mendadak. Setidaknya kita harus buat janji dulu dengan mereka. Bagaimana kalau saat tiba di rumah mereka, mereka sedang tidak ada di rumah
Rio mengusap pipinya yang terasa panas akibat tamparan Bianca. Rio tidak menyangka tamparan Bianca sangat terasa. Bahkan sampai giginya ikutan ngilu. Rio merasa hari ini sangat sial. Bukan hanya rasa sakit yang ia rasakan. Namun ia juga merasa malu dan harga dirinya terasa diinjak-injak oleh gadis didepannya. "Kamu berani menamparku! " pekik Rio tidak percaya. "Kenapa tidak berani. Buktinya kedua pipimu sudah aku tampar, " jawab Bianca dengan santai. "Kamu!!!!! " Rio bingung mau mengucapkan apa sangking kesalnya. Mau membalas juga tidak etis. Apalagi lawanya seorang perempuan. Keduanya menjadi pusat perhatian pengunjung supermarket. Wajah Rio semakin merah menahan amarah. Pemilik supermarket sekaligus ayah dari Rio buru-buru datang setelah mendapat laporan dari karyawannya. "Ada apa ini,Rio?" tanya Ayah Rio dengan suara yang agak keras. Baru juga datang sudah mendapatkan laporan tidak baik. "Gadis gila ini menamparku, " jawab Rio dengan agak takut. Rio tidak men
"Capeknya, " gumam Bianca sambil membaringkan tubuhnya diatas ranjang. Bianca telah selesai mandi. Sebenarnya perutnya terasa lapar. Namun ia malas jika harus beli. Untuk masak sendiri pun ia masih belum bisa. Kecuali masak nasi yang memang lebih mudah hanya dengan menggunakan rice cooker. Tiba-tiba saja Chiara datang dan berbaring di sampingnya. Penampilannya membuat Bianca merinding. "Kamu habis ngapain sih, kok dandan seperti itu? " tanya Bianca sambil menjauhkan tubuhnya. "Ish... ini kan penampilan ku sesungguhnya, " ucap Chiara dengan cemberut. "Jelek tahu! " "Kamu nggak takut? " "Takut sih tidak. Merinding iya." "Sama saja kalau begitu." "Beda lah." "Sama aja. " "Beda." "Sama." "Beda! Sudahlah... capek ngomong sama kamu! " Bianca kembali memejamkan matanya. Chiara merasa tidak enak. Jadi ia merubah penampilannya seperti sebelumnya. Menjadi Chiara yang cantik tapi pucat. "Bangun dong. Aku sudah berubah nih, " ucap Chiara. Bianca yang memang
Sekembalinya dari kantin, Bianca melihat adanya keributan di lobi kantor. Ada seorang wanita yang marah-marah pada satpam penjaga. Banyak karyawan yang melihat keributan itu. Kebetulan masih ada sedikit waktu untuk beristirahat. "Ternyata Nona Alisha masih belum kapok juga. Padahal sudah berkali-kali di usir. Masih saja datang, " ucap Rena dengan suara yang agak lirih. Namun Bianca masih bisa mendengarnya begitupun dengan Bella, Willy dan Tomi. Bianca akhirnya mengingat tragedy yang membuat tubuh aslinya meninggal dunia. Kekasih dari suami pemilik tubuh. Ternyata hanya wanita yang tidak tahu diri. Ia pun tidak berniat untuk melihat pertunjukan. Namun saat hendak melangkah ke arah lift Alisha memanggil namanya dengan keras. "Bianca! " teriak Alisha dengan suara yang sangat keras. Mau tidak mau Bianca pun menghentikan langkahnya dan berbalik. Teman-teman Alisha yang hendak mengikuti langkah Bianca turut menghentikan langkahnya. "Ada apa? " tanya Bianca dengan malas. Karyawa
Akhirnya waktu istirahat pun tiba. Rena mengajak Bianca untuk makan siang bersama di kantin. Bianca dengan senang hati menyetujuinya. Devisi pemasaran ada dilantai delapan. Kantin tersedia di dua tempat. Ada yang dilantai tiga yang biasanya didatangi orang yang mempunyai jabatan tinggi. Menu yang disediakan lebih mewah dan harganya lebih mahal dari kantin yang berada di lantai satu. Bukan berarti pegawai rendah tidak diperbolehkan makan dikantin itu. Semua boleh makan disana asal tidak masalah dengan harganya. Rena membawa Bianca ke kantin yang ada dilantai satu. Bukan hanya Rena dan Bianca saja yang turun bersama. Ada Tomi , Bella dan Willy ikut bersama mereka. Sedangkan Nadia dan Sandra lebih suka makan dikantin yang ada dilantai tiga. Kedua gadis itu lebih suka mengeluarkan uang lebih banyak agar bisa bertemu dengan Adrian dan Rangga. Nadia menyukai Adrian, sedangkan Sandra menyukai Rangga. Sebenarnya Sandra juga menyukai Adrian, namun ia tidak ingin berselisih dengan sahaba
Hari ini Bianca mulai aktif magang. Dia ditempatkan di bagian pemasaran produk. Letak kantornya berada di lantai delapan. Divisi pemasaran merupakan salah satu bagian penting dari sebuah perusahaan. Salah satu tugas divisi pemasaran adalah mengembangkan strategi untuk mempromosikan produk. Divisi pemasaran pun memiliki tuntutan untuk bisa memuaskan keinginan pelanggan. Dengan begitu pelanggan menjadi loyal dan produk yang ditawarkan perusahaan bisa laku di pasaran. Selain itu, divisi pemasaran juga bertanggung jawab untuk membangun citra perusahaan. Citra perusahaan ini merupakan salah satu aset penting yang harus dipelihara untuk menjamin keberlangsungan perusahaan. Perusahaan ABM merupakan perusahaan yang bergerak di bidang makanan. Ada berbagai produk yang telah di hasilkan. Seperti mi, sosis dan snack. "Mulai hari ini kalian berlima akan membantu Devisi pemasaran melakukan tugasnya. Manajer Devisi akan memberitahukan apa saja pekerjaan yang harus kalian lakukan. "