Share

Bab 28.B

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2022-08-03 11:51:53

"Turunin dong, Mas," bisik Naura, ia pun tak kalah maulu dari suaminya.

"Ah engga, kata siapa." Feri menurunkan sang istri dari gendongan.

Bu Nisya hendak berbalik pulang tapi ingat di jalanan sedang macet, terpaksa ia duduk di sofa.

"Lanjut aja, biar Mama di sini istirahat dulu." Bu Nisya senyum-senyum.

"Lanjut ngapain, orang kita lagi becandaan iya ga, Yang?" Feri melirik istrinya.

Duh malu banget

"Iya beneran, Ma. Aku buatin minum dulu ya." Naura segera ke dapur."

"Loh kok ke situ, Yang, dapur 'kan di sana," sahut Feri saat melihat istrinya salah jalan.

Naura menepuk jidat, gara-gara kepergok mertua ia mendadak pikun.

"Oh iya iya." Ia hanya bisa terkekeh sedangkan Bu Nisya mesem-mesem sambil geleng-geleng kepala.

Bahagia sekali melihat anak mantunya bahagia, tak lama Jeni masuk.

"Eh ada Kak Jeni juga, ayo duduk, Kak." Ajak Naura dengan ramah.

Perempuan yang belum memiliki anak di usia pernikahan ke enam tahun itu pun sibuk melihat-lihat isi rumah Dara.

Perabotannya belum lengkap,
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 29.A

    Dara dan ibunya begitu bahagia, sepanjang jalan mereka cekikikan selepas pulang dari rumah Ki Joko--seorag dukun kampung--"Aku ga sabar, Bu, lihat Naura mewek karena suaminya berubah dan kepincut cewek lain," ujar Dara sambil mengendari motor yang dahulu milik Naura.Motor itu tak jadi dijual lantaran Bu Rita selalu membutuhkannya untuk bepergian, apalagi kini ia merintis usaha online, sangat membutuhkan untuk mengantar pesanan."Kita lihat aja nanti lama-lama si Feri bakal bosan sama istrinya," jawab Bu Rita yang berada dibelakang putrinya.Motor telah sampai di halaman rumah, begitu melihat ponsel Bu Rita teramat senang karena berbagai chat masuk dari beberapa pelanggan yang memesan dasternya.Sudah beberapa hari ini Bu Rita memulai bisnis daster, uang hasil menggadaikan rumah ia putar untuk usaha tersebut sehingga tak terlalu pusing untuk membayar cicilan ke rentenir."Lihat ini Dara, penglaris dari Ki Joko mulai bekerja, banyak chat masuk yang mau beli daster Ibu." Mata wanita me

    Last Updated : 2022-08-04
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 29.B

    Tiga hari kemudian telpon Dara berdering ia berjingkrak senang saat mengetahui nomor telpon perusahaan yang masuk."Ini pasti dari pabrik Kak Feri," gumamnya sambil menggeser gambar gagang telpon warna hijau."Halo iya pagi."...."Apa? Interview? Iya bisa, Bu, besok ya saya datang ke sana."...."Baik, Bu, wa'alaikumussalam."Dara menjerit dalam kamarnya, merasa senang akhirnya tujuan untuk mendekati bos pabrik itu berjalan lancar."Ibuuu!"Gadis itu berlari ke luar."Apaan sih?" Bu Rita sedang sibuk menggoreng ayam di dapur."Aku dapat panggilan dari pabrik besok suruh interview, duh ga sabar pengen cepet-cepet deketin Kak Feri."Mata Bu Rita membulat."Waah, ya ampun Ibu ikut seneng, pokoknya nanti kamu pakai baju bagus dan dandan cantik biar Feri kepincut sama kamu." "Pasti dong, hari ini aku mau belanja baju buat kerja ah, minta duit ya, Bu.""Tenang, pokoknya kamu belanja baju yang bagus yang pas di tubuhmu, supaya terlihat makin cantik di mata Feri." "Oh ya, Bu, sore ini juga

    Last Updated : 2022-08-05
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 30.B

    "Selamat ya besok bisa langsung kerja."Senyum di wajah Dara mengembang, tentu ia sangat gembira. Namun, sejak tadi ia risih melihat Pak Bagus mondar-mandir di ruang tempatnya wawancara."Terima kasih, Bu.""Sama-sama, kamu ditempatkan di bagian staff accounting, nanti bisa temui saya dulu ya sebelum kerja untuk mengikutinya arahan kerja kamu."Dara mengangguk."Baik, Bu"Wawancara telah usai Dara segera pulang tapi saat di parkiran Pak Bagus menghampiri, gadis itu berdecak kesal harusnya yang ngejar-ngejar itu Feri, kenapa harus aki-aki?Menyebalkan!"Kok buru-buru banget sih pulangnya?" "Ya terus emang mau ngapain lagi di sini? Wawancaranya juga udah beres." Dara mendelikkan mata.Mau mengeluarkan motor kesulitan karena terjepit motor lain dan terhalangi tubuh Pak Bagus, mau bertindak kasar pun tak enak secara dia komisaris utama di pabrik ini."Boleh ya saya minta nomormu, kamu 'kan udah jadi karyawan di sini, masa saya ga boleh punya nomor kamu."Aki-aki menyebalkan! Dari kemarin

    Last Updated : 2022-08-08
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 30. B

    bab 30.B Ms"Hemm, Ibuuu, gimana ini?" Dara merengek meratapi kebodohannya sendiri."Hihh kamu ini gimana sih, ingat ga kata Ki Joko peletnya bakal langsung kena sama pemilik celana dalam itu, dan ga bakal hilang kalau buhulnya ga ditemukan, berarti bener kalau Pak Bagus ngejar-ngejar kamu, yang diambil kemarin celana aki-aku kampret itu."Seketika Bu Rita panik, otaknya berputar mencari-cari ide membereskan masalah putrinya ini."Gimana dong, Bu, aku ga mau sama aki-aki." Dara merengek."Aki-akinya juga kaya, udahlah deketin aja porotin uangnya." Bu Rita kehabisan akal.Jelas saja Dara makin kesal, walau ia butuh lelaki kaya tapi fisik juga penting demi menunjang rasa gengsinya."Enak aja, aku malu apa kata Alvin nanti kalau lihat aku dapetin aki-aki, Ibu tega banget sih ngejatuhin harga diri anak." Dara berdecak sebal.Ponselnya berbunyi, ia melirik benda pipih tersebut dan seketika bibir yang ranum karena lipstik mahal itu merenggut."Nih lihat ini pasti si aki-aki yang nelpon." Da

    Last Updated : 2022-08-11
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 31.A

    Bu Rita dan Dara saling melirik terkejut, gadis yang masih mengenakan celana bahan hitam dan kemeja putih itu merasa putus asa."Kok bisa meninggal, padahal beberapa hari yang lalu dia sehat kok," gumam Bu Rita yang didengar oleh lelaki tadi."Ki Joko punya penyakit jantung sama darah tinggi, kata anaknya dia abis makan daging kambing sama Pete terus ga lama dia kesakitan sambil megangin dadanya, dibawa ke rumah sakit terus meninggal, Bu." Lelaki itu dengan detail menjelaskan.Dara mencolek pergelangan ibunya yang gempal lalu berbisik. "Gimana ini, Bu?""Kita pulang aja lah."Mereka bergegas pergi tanpa pamitan pada sekelompok lelaki yang sedang berkumpul itu.*Keesokan harinya ialah hari pertama Dara masuk kerja, sesuai titah ibunya ia mengenakan kemeja putih ketat, dipadukan dengan celana bahan hitam ketat di bagian paha ke atasnya.Bokong Dara yang sexy tentu saja mengundang perhatian mata lelaki tapi itu tak berlaku bagi Feri, lelaki yang kini memelihara jenggot tipis-tipis itu m

    Last Updated : 2022-08-12
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 31.B

    Apa? Perempuan itu datang ke sini mau ngapain coba?" Naura mendadak emosi."Dia datang sama anak perempuan seumuran kamu, karena ga terima ditertawakan Ibu menyerang Rita sampai babak belur, padahal waktu itu Ibu belum puas." Sorot mata Bu Rita mendadak tajam."Itu pasti Dara."Naura menghirup napas, muncul sebuah ide dalam kepalanya untuk membuat wanita yang menjadi penyebab ibu kandungnya gila itu menjadi hina."Ibu tenang aja ya, suatu saat dia akan terhina dengan sendirinya, sekarang Ibu fokus sembuh, banyak istighfar ikut pengajian yang ada di yayasan ini." Hati Naura bergemuruh menahan amarah."Waktu itu Ibu emosi, Neng, tiap malem kepikiran terus, kadang Ibu ngerasa ga pantes jadi ibunya Eneng." Bu Nendah menjadi murung Naura tersenyum sambil menatap mata sayu sang ibu."Denger, cuma Ibu yang pantes jadi ibunya Naura, ga akan pernah ada yang bisa gantiin Ibu." Tak kuasa, Naura memeluk ibunya dengan erat.Usai berbincang-bincang penuh tawa akhirnya Naura pamit pulang. Namun, se

    Last Updated : 2022-08-14
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 32. A

    "Kalian harus tahu dialah yang telah melahirkan saya, sejak usia dua tahun kami dipisahkan, sekarang aku ingin Ibu dikenal oleh teman dan kerabat semua pihak." Naura tersenyum haru lalu memeluk sang ibu.Bu Rita yang emosi dan kesal segera turun menapaki tangga altar pelaminan yang lumayan tinggi, ia berjalan membelah kerumunan menuju ke arah belakang.Karena tak tega Dara menyusul ibunya dengan tergesa-gesa, melihat ibunya diperlakukan begitu hatinya pun merasa pedih."Bu, kita pulang aja yuk, Naura emang nyebelin," bisik Dara.Bu Rita diam mematung menahan gemuruh amarah dalam dadanya, jika di tempat ini tak banyak orang mungkin ia sudah mengamuk dan memaki Naura beserta ibunya."Ayolah, Bu, kita pulang sekarang aku juga bosen di sini." Dara cemberut.Ia cemburu melihat Feri begitu serasi dengan sang istri, apalagi mereka berlaku mesra di hadapan orang-orang, membuat hatinya semakin terbakar."Lihat saja aku akan buat Nendah makin gila, biar Naura tahu rasa." Bu Rita segera berdiri

    Last Updated : 2022-08-15
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 32.B

    "Eh eh kok diambil, ga sopan banget kamu, Ma." Pak Bagus berusaha meraih ponsel dari tangan istrinya.Namun, Bu Nisya menghindar dan berhasil membaca beberapa bait pesan yang sudah diketik suaminya."Siapa perempuan ini, Mas?! Pacar kamu? Oh sejak kapan kalian berselingkuh hah!" Bu Nisya naik pitam, wajahnya panas dingin dengan tubuh yang bergetar hebat."Sini kembalikan hape-nya, Ma!" teriak Pak Bagus kalap.Naura dan Feri yang berada di kamar sebelah sontak langsung menghentikan aktifitasnya."Wih hebat banget kamu, Mas, sudah transfer dia uang segala ya." Bu Nisya menatap suaminya penuh kecewa.Amarah begitu memuncak di dada wanita itu, ingin mengamuk tapi malu karena posisi sedang ada di rumah menantunya.Sementara Pak Bagus kebingungan, dalam hati terdalam merasa kasihan pada sang istri, tapi ia juga tak bisa menampik rasa cintanya terhadap Dara yang datang dengan tiba-tiba."Katakan sama aku dia siapa, Mas?" Air mata sudah berkubang di matanya.Sedangkan Pak Bagus membisu, di ha

    Last Updated : 2022-08-17

Latest chapter

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Tamat

    "Kecuali apa!" bentakku sambil menatapnya tajam."Loh, Sayang, kok kamu bentak-bentak Pak Bagas gitu? Ada apa?" tanya Mas Dari yang tiba-tiba datang dari arah belakang.Aku sudah tak tahan dengan semua ini, lantas berdiri dan menatap tajam wajah Bagas."Mas, lebih baik tolak bantuan dari lelaki ini!" telunjukku mengarah ke wajah Bagas.Lelaki itu sedikit panik dan ketakutan, ia pikir aku akan diam saja ditekan olehnya, jangankan menggertak mencoba membunuhnya saja aku berani.Ya, tepat dua tahun yang lalu Bagas mencoba melecehkanku di vilanya yang berada di puncak Bogor, mereka sengaja memberikan obat tidur pada ketiga temanku lalu dengan santainya menggodaku hingga berusaha melecehkanku di tempat itu.Namun, aku tak Sudi disentuh olehnya, saat itu aku melawan sekuat tenaga hingga berhasil memukul kepalanya dengan bangku, kepala Arvin berdarah, tetapi lelaki itu tak menyerah terus menyerangku untuk mengoyak diri iniHingga akhirnya aku kalap lalu menancapkan pisau daging ke perut dan

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 44

    Naura mematung dengan tangan mengepal erat, di dadanya ada amarah yang membuncah hebat.Ia benci embusan napas itu, ia juga benci seringai menjijikkan itu yang hampir merenggut kesuciannya beberapa tahun silam, andai Naura tak pandai bela diri tentu sekarang dirinya sudah menjadi sampah."Maaf sekali, Pak Burhan, sepertinya saya berubah pikiran.""Maksud Anda?" Pria berjas silver bernama Burhan itu mengerenyitkan dahinya."Ya, tanah ini tidak jadi saya jual, mohon maaf ya, Pak."Lelaki bernama Burhan itu melirik Naura dengan intens, lalu melirik kliennya yakni Bagas."Maaf kalau boleh tahu apa alasan Bu Naura membatalkan jual beli tanah ini? Bukankah sebelumnya kita sudah sepakat soal harga? Di depan kita sudah ada pembeli yang berani menawar dengan harga tinggi loh, Bu."Naura terdiam sejenak menatap lelaki bernama Bagas yang sangat ia benci setengah mati."Alasannya karena saya tidak menyukai dia." Naura menunjuk dada Bagas dengan tatapan dingin.Sontak saja Bu Nendah dan Pak Burhan

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 43

    "Pak Polisi?" Tenggorokan Dara tercekat.Bagaimana tak panik teman-teman yang digadang -gadangkan akan melindunginya malah hilang entah ke mana. Sekarang ia mendapati dirinya dalam keadaan mengkhawatirkan."Ini surat penangkapan Anda, saya harap Anda bisa diajak kerja sama." Polisi itu menyerahkan secarik kertas yang membuat Dara kian panik."Tapi ... saya ga bersalah kok, Pak polisi." "Ikut saja ke kantor ya. Ayo." Pimpinan aparat itu menyuruh bawahannya yang berjenis kelamin wanita agar membawa Dara."Sial!""Sial!"Ke mana Yopi, Clara dan yang lainnya? Lalu ada apa dengan tubuhku? Apa yang mereka lakukan semalam?Selama digiring pihak kepolisian Dara terus bertanya-tanya dalam hatinya, tiba-tiba ia langsung teringat Yopi.Apa jangan-jangan lelaki itu sudah menj*mah tubuhku? Kurang ajar kau Yopi, lihat saja nanti.Di ruang penyelidikan Dara terus di bombardir pertanyaan-pertanyaan yang membuat dirinya kehilangan konsentrasi karena pertanyaan tersebut hanya itu-itu saja dan dilontar

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42.B

    "Soal itu kami masih menyelidikinya Pak Feri jangan khawatir kita akan menemukan pelakunya secepat mungkin."Usai berbincang dengan aparat kepolisian jenazah Pak Bagus pun diperbolehkan pulang, seluruh keluarga besar Bu Nisya dan Pak Bagus datang kembali ke rumah itu.Mereka tak menyangka Pak Bagus akan meninggal dalam waktu berdekatan dengan istrinya, ada yang menganggap ini cinta sejati antara mereka ada juga yang menganggap karma."Fer, apa kamu melihat Dara?" tanya Farhan."Tidak, aku sudah menelpon Pak Endang mungkin dia di perjalanan sekarang," jawab Feri.Benar saja beberapa menit kemudian Pak Endang dan Bu Rita datang memakai pakaian serba hitam."Saya ikut berduka cita, Nak Feri," ucap Pak Endang."Terima kasih.""Oh ya mana anakmu si Dara itu? Kenapa dia ga ke sini?" tanya Jeni yang duduk di dekat suaminya.Saat ini jenazah Pak Bagus sedang dimandikan di belakang rumah.Pak Endang tak menjawab ia malah melirik istrinya."Mungkin sebentar lagi," jawab Bu Rita, karena sebenarn

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42.A

    "Hah!" Napas Dara terengah-engah melihat suaminya tergeletak di lantai dengan wajah penuh kesakitan, sedangkan dari dalam dadanya keluar darah dengan derasIa baru tersadar jika tindakannya barusan memang dikuasi setanDara beringsut mundur sambil menutup mulutnya, tubuh kurus itu bergetar ketakutan."Mas." Dara menggoncangkan tubuh suaminya menggunakan kaki.Tapi Pak Bagus tak bergerak, bahkan matanya melotot tanpa berkedip.Dara semakin panik, matanya liar melihat ke sekeliling ruangan, beruntung tak ada yang menyaksikan karena sanak saudara Bu Nisa telah pulang tadi malam.Perempuan itu pun mundur perlahan lalu pergi dengan berlari kencang, keluar dari perumahan itu baru ia bisa berhenti berlari karena napasnya terengah-engah."Ya Tuhan, apa Mas Bagus meninggal?" Seluruh tubuhnya bergetar hebat.Ia pun segera naik angkot lalu pulang ke rumah melewati ibunya yang sedang mengemas barang dagangan."Gimana, Ra? Pak Bagus ngasih uang?" tanya Dara.Bahkan ia lupa jika dompet suaminya ya

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42

    Dara melotot sambil melirik suaminya, tak menyangka Pak Bagus yang bucin bisa menuduh sekejam itu, ya walaupun tuduhan itu benar, pikir Dara."Apaan sih kamu ga jelas banget, aku mana ngerti begituan, jangan mentang-mentang istri kamu meninggal terus kamu merasa bersalah dan mencampakkan aku gitu aja ya, Mas." Dara berusaha memutar balikkan fakta."Seminggu yang lalu saya dirukiyah sama Feri dan saya muntah, setelah itu tiba-tiba aja rasa cinta saya ke kamu jadi hilang, itu apa artinya kalau kamu ga melet saya hah." "Apa?! Cuma masalah kaya gitu Mas berani nuduh aku." Dara tersenyum getir."Bilang aja nyesel nikah sama aku karena istri kamu udah meninggal sekarang, ga usah nuduh aku macam-macam karena Mas ga punya bukti." Dara masih tak ingin kalah Pak Bagus terdiam berdebat dengan anak ingusan memang takkan pernah menemukan titik penyelesaian."Saya ga nuduh kamu, tapi saat ini perasaan saya ke kamu udah ga ada, Dara, terus kamu mau kaya gimana?" Pak Bagus pasrah, sudah terlalu ban

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 41.A

    "Neng, kasian sekali ya Bu Nisya."Hari ini tepat setelah tujuh hari Bu Nisya pergi Naura pulang ke rumahnya dengan sang ibu, tak dapat dipungkiri menginap di sana membuatnya sedikit tak betah oleh sikap Jeni yang sering sekali menyindir."Nasibnya ga jauh beda sama Ibu, sama-sama ditinggalin suami.""Udah ah, Ibu jangan banyak pikiran sekarang istirahat ya.""Neng, kapan Ibu berhenti minum obat? Ibu udah sembuh kok."Naura menatap ibunya dengan tersenyum. "Iya Ibu udah sembuh, tapi minum obat juga harus karena yang suka Ibu minum itu vitamin bukan obat, aku juga suka minum vitamin kok ga hanya Ibu aja." Naura terpaksa berbohong"Oh gitu ya." Bu Nendah masih mikir."Udah istirahat."Setelah ibunya tertidur Naura segera menghampiri Feri di kamarnya."Perusahaan lagi pailit, Ra, uang buat menggaji karyawan dipakai Papa buat nikah kemarin.""Apa, jadi mahar satu milyar itu uang perusahaan?"Feri mengangguk.Bertahun-tahun menjadi karyawan ia faham betul jika perusahaan telat memberi gaji

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 40.B

    Bugh!Dara berhasil membuat Jeni terhuyung ke lantai dengan pukulannya, ia dan ibunya gegas masuk ke dalam rumah.Kebetulan di dalam ada Bu Nendah dan Naura yang sedang mempersiapkan acara tahlilan Bu Nisya."Rita," gumam Bu Nendah sambil mengehentikan aktifitasnya.Naura pun sontak melirik ke arah pandang ibunya."Naura, di mana Mas Bagus? Panggilin sana." Dengan pongah Dara memerintah."Ngapain kamu ke sini, Rita! Pergi sana! Ternyata bukan hanya kamu ya yang suka ngerebut suami orang tapi anakmu juga, emang ibu sama anak ga ada bedanya!" Hardik Bu Nendah.Jeni lah yang memberitahunya jika Dara adalah perusak rumah tangga Pak Bagus dan Bu Nisya."Jangan ikut campur! Kamu juga ngapain di sini sih? Sana balik ke rumah sakit jiwa," ejek Bu Rita tak mau kalah.Sementara Dara masih celingukan ke sekeliling ruangan mencari suaminya."Saya emang gila dan itu karena kamu sudah memisahkan saya dan Naura, dan saya sudah sembuh, saya doakan selanjutnya kamu atau anakmu ini yang gila," balas Bu

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 40.A

    Bu Rita yang sedang maskeran di kamarnya terlonjak kaget mendengar jeritan putri bungsunya, ia bergegas ke luar menemui Dara."Kamu kenapa sih?" "Ini, Bu, duit aku ilang semua." Dara masih sibuk mengecek ponsel berusaha menghubungi costumer servis bank."Kok bisa ilang? 'kan disimpan di ATM." "Aduh, Ibu, aku tuh kena tipu." Dara semakin panik."Kok bisa sih duit disimpan di bank ilang gitu aja," gumam Bu Rita yang minim pengetahuan."Gimana, Dara? Duitnya balik lagi 'kan setelah nelpon tukang banknya?""Ga tahu, pokoknya besok pagi aku diminta ke datang ke bank.""Aduuh gimana ini, Bu, mana duitku masih ada delapan ratus juta lagi di situ." Dara frustasi sambil mengacak rambutnya."Ya ampun! Kamu ini sarjana masa bisa ketipu sih, kamu itu 'kan pinter, Dara! Kok bisa ketipu!" teriak Bu Rita.Pak Endang yang tak tahan dengan suara bising di kamar sebelah pun beranjak menghampiri."Ada apaan sih? Malem-malem teriak?""Pak, duit Dara, Pak. Habis semua kena tipu."Pak Endang merenung sej

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status