Share

Bab 12.A

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-22 12:57:53
"Bapak tahu ibu kandungmu tak lebih baik dari ibu tirimu, Ra, makanya Bapak lebih memilih menyembunyikan ini dari pada kamu kecewa pada akhirnya."

Naura hanya diam tak mampu lagi menyangkal ucapan sang bapak, dirinya mencoba berdamai dengan perasaan emosi yang memuncak

"Naura, soal motormu Bapak minta maaf karena ga berhasil merebutnya dari ibu, kita ke rumah lagi yuk mengambil hak kamu," ucap Pak Endang lagi dengan penuh penyesalan.

Sebagai seorang ayah sebenarnya hatinya tak terima saat Naura diperlakukan tak adil oleh sang istri. Namun, bagaimana lagi ia takut jika protes maka istrinya itu akan membocorkan rahasia yang selama ini ia tutup rapat-rapat.

"Biarin aja lah, Pak, toh dia ngambilnya secara paksa, aku yakin duitnya ga akan berkah," jawab Naura sambil berusaha menguatkan hati.

Walau sebenarnya tak rela tapi ia terpaksa ikhlas dari pada kembali berdebat, toh sekarang ia bisa beli motor yang lebih bagus, begitu pikirnya

"Yang ikhlas ya, Nak, in syaa Allah akan ada gantin
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 12.B

    Naura tiba ketika adzan zuhur berkumandang, agak sedikit malas ia melangkah ke rumah mertuanya yang mewah itu.Suara cekikikan terdengar saat kaki Naura menapaki ruang tamu, ada Jeni dan juga ketiga temannya yang sedang mengobrol di sofa warna abu tua itu."Assalamualaikum." Dengan malu dan ragu perempuan yang mengenakan kulot biru jeans dan atasan hitam itu berucap."Wa'alaikumussalam." Para wanita yang hobi bergosip itu menoleh serempak."Oh ini istrinya Feri itu, Jen?" tanya perempuan berambut pirang.Naura hanya tersenyum kaku."Sini dulu dong, kita ngobrol-ngobrol," pinta salah satu diantara mereka.Naura terpaksa gabung bersama ibu-ibu menor itu, ia sungguh berbeda dengan mereka, dari segi penampilan dan gaya bicara."Naura 'kan namanya?""Iya, Mbak." Naura berusaha tersenyum percaya diri."Kerja di mana?" tanya perempuan berambut pirang tadi."Di garmen, Jeng, jadi buruh loh bagian ngejait," sahut Jeni sambil tersenyum mengejek.Teman-temannya jelas pura-pura kaget walau ia sud

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 13.A

    (Flashback)Mata Feri terpukau dan enggan berpaling ke arah mana pun, mata coklatnya itu tetap lurus menatap seorang perempuan yang sedang bicara di depan sana, di depan banyak orang dalam sebuah acara seminar. Gadis yang mengenakan rok hitam dengan kemeja warna hijau army kekinian dipadukan dengan Khimar menutup dada dengan warna senada terus bicara dengan elegan di hadapan orang banyak."Dia siapa sih?" tanya Feri pada teman di sebelahnya."Lu tadi denger 'kan, namanya Naura Permatasari, salah satu mahasiswa manajemen berprestasi, ga tahu dari campus mana gua lupa lagi." Teman Feri yang bernama Faisal itu terkekeh.Feri hanya diam menikmati pemandangan yang menakjubkan di depan sana, saat itu Feri baru lulus kuliah dan langsung diajak bergabung mengurus pabrik oleh papanya.Karena ingin memulai bisnis ia sering mengikuti seminar wirausaha dengan harap bisa mendapatkan ilmu-ilmu di sana.Dalam acara itu Feri tak memiliki keberanian untuk mendekati Naura ia hanya kagum setelah tahu

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 13.B

    Usai lelaki itu pergi Naura kembali bertanya. "Emang mau ngomong apa?""Emm ... apa ya ... jadi lupa gara-gara ada cowok tadi.""Ya udah pikirin aja dulu."Naura hanya manggut-manggut merasa aneh, sementara Feri hanya mengaduk-aduk mie ayam tanpa menyantapnya."Aku ...." Feri terdiam, seketika Naura menoleh keheranan."Ya?""Aku ...." Lagi-lagi bibir Feri terasa berat untuk bicara."Aku aku terus, kenapa sih?" Naura makin penasaran."Aku mau kita lebih dekat, Ra, kamu mau 'kan jadi pacarku?" Kalimat itu terlontar begitu saja dari bibirnya, hingga kemudian wajah klemis Feri menghangat.Naura diam sejenak merasa aneh, setahun lebih mereka saling kenal, tapi selama itu mereka jarang komunikasi."Maaf aku ga bisa," jawab Naura"Gitu ya." Feri menunduk kecewa."Aku ga bisa pacaran, Fer, maaf ya," ujar Naura lagi, seketika Feri menoleh."Kalau menikah mau?" tanya Feri antusias.Wajah Naura langsung merah jambu."Kalau serius datang aja ke rumah sama orang tuamu," jawab Naura."Ini serius, R

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 14

    Bab 14. A MSNaura menangis di hadapan suaminya, malam yang seharusnya dilalui dengan kehangatan itu harus terlewat lantaran Naura tak bisa memendam kesedihannya."Aku tuh bukan anak kandung ibu, Mas, pantesan aja sejak dulu Ibu ga pernah menyayangi aku."Feri terdiam lalu mendekap sang istri."Emang tadi bapak bilang apa gitu?" tanya Feri sambil mengelus punggung istrinya."Ibu marah saat aku ga izinin jual motor yang sering kupakai dulu itu loh, mungkin ibu keceplosan bilang aku bukan anaknya, Mas, dan mau ga mau Bapak yang selalu menutupi rahasia ini pun akhirnya ngasih tahu." Naura menangis kembali.Dan mengalirlah cerita demi cerita yang ia lalui tadi siang bersama bapaknya."Ya sudah kalau gitu besok kita cari ibumu ya." Feri menenangkan istrinya."Tapi 'kan besok Mas kerja." Naura mendongak menatap suaminya."Engga lah, ada papa, Mas akan bicara besok pagi.""Terima kasih, Mas." Semenjak menikah dengan Feri Naura memiliki kekuatan untuk hidup, berbeda dengan dulu ia tak ubahny

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 14.B

    "Masa sih, Bu, maksud saya Bu Nani adiknya Bu Nendah." Naura menyebut nama ibunya."Oh berarti bukan Bu Nani itu, coba Neng cari lagi di RT sebelah, kayaknya Bu Nani yang dimaksud bukan warga RT sini deh, Neng," ucap ibu itu lagi membuat dada Naura menjadi lega."Emang ini RT berapa, Bu?" tanya Naura."Ini RT tiga."Naura melirik secarik kertas pemberian bapaknya, pantas saja salah ternyata memang beda RT. Feri pun melajukan motor lagi melewati kebun dan area pesawahan."Udah, Mas, berhenti sini aja." Naura menepuk punggung Feri, ia pun mulai tersenyum pada dua orang warga yang sedang mencari kutu di teras rumahnya, setelah itu ia mengucap salam."Saya mau tanya rumah Bu Nani sebelah mana ya?"Kedua perempuan itu saling pandang."Nama Bu Nani ada dua, Neng.""Emm ... Bu Nani adiknya Bu Nendah," jawab Naura."Oh kalau Bu Nani yang itu udah pindah, Neng, dari sini Eneng jalan melewati pesawahan, motor ga bisa masuk taruh aja di sini aman kok."Hati Naura sudah lelah ingin menyerah, ia

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 15.A

    Naura menatap Bu Nani dengan pandangan penuh tanya, berbeda dengan Feri ia sudah merasakan sesuatu ketika pertama kali melihat mata ibu mertuanya itu."Ibu sakit apa, Bi?" tanya Naura.Perempuan berdaster lusuh itu tersenyum. "Sebaiknya ngobrol di dalam yuk, di sini ga enak takut Eneng jijik."Naura menggeleng cepat. "Engga, Bi, cerita di sini aja, aku ga jijik."Bu Nani mengangguk."Teh Nendah depresi karena ditinggalkan bapakmu sekaligus berpisah dari Eneng, awalnya dia sering nangis sendiri terus melamun, makan ga mau, lama-lama Teh Nendah suka bicara sendiri, kadang nimang-nimang buntelan kain seolah itu anaknya yang dibawa pergi sama Endang."Bu Nani menyeka pelan sudut matanya yang basah, orang tua Bu Nani telah lama tiada, selama ini ia bertanggung jawab mengurus kakaknya yang depresi, karena saudara yang lain tak ada yang sudi mengurusnya."Kata orang Teh Nendah gila, Neng, padahal enggak, Teh Nendah cuma kangen sama anaknya," lanjut Bu Nani sambil menangis.Sedangkan wanita y

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 15.B

    Bun Nani yang sedang membersihkan wajan pun tercenung sambil menatap keponakannya itu."Itu fitnah, Neng, sama sekali ga bener, bapakmu salah faham," ujar Bu Nani sambil menghela napas."Maksudnya" Naura semakin antusias, hatinya berdoa semoga tuduhan keji itu tak salah."Waktu itu bapakmu merantau kerja ke luar kota, dan ibumu di sini menunggu bapakmu pulang dua bulan sekali.""Waktu kecil Eneng sering sakit bahkan sering bolak balik ke rumah sakit, ibumu sering minta bantuan Kang Kosim buat antar ke rumah sakit pakai mobil pickup-nya, dari situlah fitnah dimulai," ujar Bu Nani."Kang Kosim itu duda, dan hanya dia yang punya kendaraan di kampung ini waktu itu.""Cuma itu aja, Bi? Masa cuma gara-gara itu Bapak salah faham," sahut Naura, hatinya mulai menyalahkan sang ayah.'Andai bapak dan ibu tak bercerai mungkin masa kecilku bahagia, hidupku tak tertekan oleh perangai ibu' batin Naura bicara."Bukan, Neng. Puncaknya waktu Teh Nendah pulang dari rumah sakit malam-malam sama Kang Kosi

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22
  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 16. A

    (FLASHBACK)"Semalam aku lihat Si Nendah istrimu sama si Kosim berduaan dalam mobil pickup, malam-malam di tengah hutan, hujan lebat pula, coba kamu pikir mereka berdua kira-kira ngapain kalau bukan berzina di tempat sepi."Telinga Endang memanas mendengar laporan dari perempuan itu."Kamu yakin, Rita, yang kamu lihat itu si Nendah?" tanya Endang lagi, amarah mulai naik ke ubun-ubunnya.Ia lelah bekerja sebagai tukang bangunan di kota, harusnya sang istri bisa setia di kampung sana, begitu fikirnya."Yakin sekali, Endang, kalau kamu ga percaya telpon si Juri, semalam aku dibonceng dia, dia juga sama-sama melihat si Nendah berduaan dalam mobil." Rita janda dua anak itu menyeringai sambil menempelkan ponsel jadul ke telinganya."Gitu ya? Ya sudah aku mau telpon si Juri dulu, terima kasih infonya ya, Rit.""Sama-sama, sebagai teman aku ga rela lihat kamu dikhianati di belakang, Dang." Nada suara Rita sengaja dibuat lembut.Dada Endang terasa sesak, jika saja tuduhan perselingkuhan itu be

    Terakhir Diperbarui : 2022-07-22

Bab terbaru

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Tamat

    "Kecuali apa!" bentakku sambil menatapnya tajam."Loh, Sayang, kok kamu bentak-bentak Pak Bagas gitu? Ada apa?" tanya Mas Dari yang tiba-tiba datang dari arah belakang.Aku sudah tak tahan dengan semua ini, lantas berdiri dan menatap tajam wajah Bagas."Mas, lebih baik tolak bantuan dari lelaki ini!" telunjukku mengarah ke wajah Bagas.Lelaki itu sedikit panik dan ketakutan, ia pikir aku akan diam saja ditekan olehnya, jangankan menggertak mencoba membunuhnya saja aku berani.Ya, tepat dua tahun yang lalu Bagas mencoba melecehkanku di vilanya yang berada di puncak Bogor, mereka sengaja memberikan obat tidur pada ketiga temanku lalu dengan santainya menggodaku hingga berusaha melecehkanku di tempat itu.Namun, aku tak Sudi disentuh olehnya, saat itu aku melawan sekuat tenaga hingga berhasil memukul kepalanya dengan bangku, kepala Arvin berdarah, tetapi lelaki itu tak menyerah terus menyerangku untuk mengoyak diri iniHingga akhirnya aku kalap lalu menancapkan pisau daging ke perut dan

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 44

    Naura mematung dengan tangan mengepal erat, di dadanya ada amarah yang membuncah hebat.Ia benci embusan napas itu, ia juga benci seringai menjijikkan itu yang hampir merenggut kesuciannya beberapa tahun silam, andai Naura tak pandai bela diri tentu sekarang dirinya sudah menjadi sampah."Maaf sekali, Pak Burhan, sepertinya saya berubah pikiran.""Maksud Anda?" Pria berjas silver bernama Burhan itu mengerenyitkan dahinya."Ya, tanah ini tidak jadi saya jual, mohon maaf ya, Pak."Lelaki bernama Burhan itu melirik Naura dengan intens, lalu melirik kliennya yakni Bagas."Maaf kalau boleh tahu apa alasan Bu Naura membatalkan jual beli tanah ini? Bukankah sebelumnya kita sudah sepakat soal harga? Di depan kita sudah ada pembeli yang berani menawar dengan harga tinggi loh, Bu."Naura terdiam sejenak menatap lelaki bernama Bagas yang sangat ia benci setengah mati."Alasannya karena saya tidak menyukai dia." Naura menunjuk dada Bagas dengan tatapan dingin.Sontak saja Bu Nendah dan Pak Burhan

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 43

    "Pak Polisi?" Tenggorokan Dara tercekat.Bagaimana tak panik teman-teman yang digadang -gadangkan akan melindunginya malah hilang entah ke mana. Sekarang ia mendapati dirinya dalam keadaan mengkhawatirkan."Ini surat penangkapan Anda, saya harap Anda bisa diajak kerja sama." Polisi itu menyerahkan secarik kertas yang membuat Dara kian panik."Tapi ... saya ga bersalah kok, Pak polisi." "Ikut saja ke kantor ya. Ayo." Pimpinan aparat itu menyuruh bawahannya yang berjenis kelamin wanita agar membawa Dara."Sial!""Sial!"Ke mana Yopi, Clara dan yang lainnya? Lalu ada apa dengan tubuhku? Apa yang mereka lakukan semalam?Selama digiring pihak kepolisian Dara terus bertanya-tanya dalam hatinya, tiba-tiba ia langsung teringat Yopi.Apa jangan-jangan lelaki itu sudah menj*mah tubuhku? Kurang ajar kau Yopi, lihat saja nanti.Di ruang penyelidikan Dara terus di bombardir pertanyaan-pertanyaan yang membuat dirinya kehilangan konsentrasi karena pertanyaan tersebut hanya itu-itu saja dan dilontar

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42.B

    "Soal itu kami masih menyelidikinya Pak Feri jangan khawatir kita akan menemukan pelakunya secepat mungkin."Usai berbincang dengan aparat kepolisian jenazah Pak Bagus pun diperbolehkan pulang, seluruh keluarga besar Bu Nisya dan Pak Bagus datang kembali ke rumah itu.Mereka tak menyangka Pak Bagus akan meninggal dalam waktu berdekatan dengan istrinya, ada yang menganggap ini cinta sejati antara mereka ada juga yang menganggap karma."Fer, apa kamu melihat Dara?" tanya Farhan."Tidak, aku sudah menelpon Pak Endang mungkin dia di perjalanan sekarang," jawab Feri.Benar saja beberapa menit kemudian Pak Endang dan Bu Rita datang memakai pakaian serba hitam."Saya ikut berduka cita, Nak Feri," ucap Pak Endang."Terima kasih.""Oh ya mana anakmu si Dara itu? Kenapa dia ga ke sini?" tanya Jeni yang duduk di dekat suaminya.Saat ini jenazah Pak Bagus sedang dimandikan di belakang rumah.Pak Endang tak menjawab ia malah melirik istrinya."Mungkin sebentar lagi," jawab Bu Rita, karena sebenarn

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42.A

    "Hah!" Napas Dara terengah-engah melihat suaminya tergeletak di lantai dengan wajah penuh kesakitan, sedangkan dari dalam dadanya keluar darah dengan derasIa baru tersadar jika tindakannya barusan memang dikuasi setanDara beringsut mundur sambil menutup mulutnya, tubuh kurus itu bergetar ketakutan."Mas." Dara menggoncangkan tubuh suaminya menggunakan kaki.Tapi Pak Bagus tak bergerak, bahkan matanya melotot tanpa berkedip.Dara semakin panik, matanya liar melihat ke sekeliling ruangan, beruntung tak ada yang menyaksikan karena sanak saudara Bu Nisa telah pulang tadi malam.Perempuan itu pun mundur perlahan lalu pergi dengan berlari kencang, keluar dari perumahan itu baru ia bisa berhenti berlari karena napasnya terengah-engah."Ya Tuhan, apa Mas Bagus meninggal?" Seluruh tubuhnya bergetar hebat.Ia pun segera naik angkot lalu pulang ke rumah melewati ibunya yang sedang mengemas barang dagangan."Gimana, Ra? Pak Bagus ngasih uang?" tanya Dara.Bahkan ia lupa jika dompet suaminya ya

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 42

    Dara melotot sambil melirik suaminya, tak menyangka Pak Bagus yang bucin bisa menuduh sekejam itu, ya walaupun tuduhan itu benar, pikir Dara."Apaan sih kamu ga jelas banget, aku mana ngerti begituan, jangan mentang-mentang istri kamu meninggal terus kamu merasa bersalah dan mencampakkan aku gitu aja ya, Mas." Dara berusaha memutar balikkan fakta."Seminggu yang lalu saya dirukiyah sama Feri dan saya muntah, setelah itu tiba-tiba aja rasa cinta saya ke kamu jadi hilang, itu apa artinya kalau kamu ga melet saya hah." "Apa?! Cuma masalah kaya gitu Mas berani nuduh aku." Dara tersenyum getir."Bilang aja nyesel nikah sama aku karena istri kamu udah meninggal sekarang, ga usah nuduh aku macam-macam karena Mas ga punya bukti." Dara masih tak ingin kalah Pak Bagus terdiam berdebat dengan anak ingusan memang takkan pernah menemukan titik penyelesaian."Saya ga nuduh kamu, tapi saat ini perasaan saya ke kamu udah ga ada, Dara, terus kamu mau kaya gimana?" Pak Bagus pasrah, sudah terlalu ban

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 41.A

    "Neng, kasian sekali ya Bu Nisya."Hari ini tepat setelah tujuh hari Bu Nisya pergi Naura pulang ke rumahnya dengan sang ibu, tak dapat dipungkiri menginap di sana membuatnya sedikit tak betah oleh sikap Jeni yang sering sekali menyindir."Nasibnya ga jauh beda sama Ibu, sama-sama ditinggalin suami.""Udah ah, Ibu jangan banyak pikiran sekarang istirahat ya.""Neng, kapan Ibu berhenti minum obat? Ibu udah sembuh kok."Naura menatap ibunya dengan tersenyum. "Iya Ibu udah sembuh, tapi minum obat juga harus karena yang suka Ibu minum itu vitamin bukan obat, aku juga suka minum vitamin kok ga hanya Ibu aja." Naura terpaksa berbohong"Oh gitu ya." Bu Nendah masih mikir."Udah istirahat."Setelah ibunya tertidur Naura segera menghampiri Feri di kamarnya."Perusahaan lagi pailit, Ra, uang buat menggaji karyawan dipakai Papa buat nikah kemarin.""Apa, jadi mahar satu milyar itu uang perusahaan?"Feri mengangguk.Bertahun-tahun menjadi karyawan ia faham betul jika perusahaan telat memberi gaji

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 40.B

    Bugh!Dara berhasil membuat Jeni terhuyung ke lantai dengan pukulannya, ia dan ibunya gegas masuk ke dalam rumah.Kebetulan di dalam ada Bu Nendah dan Naura yang sedang mempersiapkan acara tahlilan Bu Nisya."Rita," gumam Bu Nendah sambil mengehentikan aktifitasnya.Naura pun sontak melirik ke arah pandang ibunya."Naura, di mana Mas Bagus? Panggilin sana." Dengan pongah Dara memerintah."Ngapain kamu ke sini, Rita! Pergi sana! Ternyata bukan hanya kamu ya yang suka ngerebut suami orang tapi anakmu juga, emang ibu sama anak ga ada bedanya!" Hardik Bu Nendah.Jeni lah yang memberitahunya jika Dara adalah perusak rumah tangga Pak Bagus dan Bu Nisya."Jangan ikut campur! Kamu juga ngapain di sini sih? Sana balik ke rumah sakit jiwa," ejek Bu Rita tak mau kalah.Sementara Dara masih celingukan ke sekeliling ruangan mencari suaminya."Saya emang gila dan itu karena kamu sudah memisahkan saya dan Naura, dan saya sudah sembuh, saya doakan selanjutnya kamu atau anakmu ini yang gila," balas Bu

  • Perkara Mahar Satu Miliar   Bab 40.A

    Bu Rita yang sedang maskeran di kamarnya terlonjak kaget mendengar jeritan putri bungsunya, ia bergegas ke luar menemui Dara."Kamu kenapa sih?" "Ini, Bu, duit aku ilang semua." Dara masih sibuk mengecek ponsel berusaha menghubungi costumer servis bank."Kok bisa ilang? 'kan disimpan di ATM." "Aduh, Ibu, aku tuh kena tipu." Dara semakin panik."Kok bisa sih duit disimpan di bank ilang gitu aja," gumam Bu Rita yang minim pengetahuan."Gimana, Dara? Duitnya balik lagi 'kan setelah nelpon tukang banknya?""Ga tahu, pokoknya besok pagi aku diminta ke datang ke bank.""Aduuh gimana ini, Bu, mana duitku masih ada delapan ratus juta lagi di situ." Dara frustasi sambil mengacak rambutnya."Ya ampun! Kamu ini sarjana masa bisa ketipu sih, kamu itu 'kan pinter, Dara! Kok bisa ketipu!" teriak Bu Rita.Pak Endang yang tak tahan dengan suara bising di kamar sebelah pun beranjak menghampiri."Ada apaan sih? Malem-malem teriak?""Pak, duit Dara, Pak. Habis semua kena tipu."Pak Endang merenung sej

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status