Gelap. Kesan pertama yang dirasakan oleh Irene. Perempuan itu terus memberontak, sebelum kemudian merasakan rasa kantuk liar biasa tak tertahankan. Jika diperkirakan, sebelum kegelapan menelan, mobil ini mengemudi terlalu cepat, ada sekitar 3 hingga 4 orang yang berjaga di dalam mobil. Ketika terbangun, pandangan matanya masih tidak bisa menemukan apapun, hal ini dikarenakan matanya ditutup oleh kain hitam pekat. Sementara suasana di sekitar terasa remang, tapi juga terlihat mewahㅡbisa dilihat dari lampi cendelier yang menggantung di atas kepala Irene. "Bagaimana, apakah ponselnya sudah dihancurkan?"Salah satu dari orang itu menganggukan kepalanya. "Ya, aku sudah membuang ponsel itu di tengah jalan. Seharusnya dengan banyak mobil yang melintasi dijalan tol, bukan hal mustahil apabila ponselnya akan rusak.""...." yang bertanya tadi segera menggeplak kepala rekan kerjanya, "Bodoh, rusak dan hancur adalah dua definisi yang berbada.""Aku tahu," ujarnya, sedikit mendengus, "Lagi pula
Perlahan, kelopak mata Irene terbuka, manampilkan retina hazelnya yang indah. Bahkan, pria yang menjadi paman Mino ini, mau tiba mau terpesona oleh kecantikan mata hazel tersebut. Akan tetapi, mata tersebut tidak memancarkan cahaya sama sekali. Alih-alih, sebuah tatapan dingin diberikan kepada sosok pria di hadapannya. Dan mau tidak mau, pria itu memundurkan sedikit langkah kaki. Mengangkat sebelah alis guna menyembunyikan rasa terkejutnya, "Wow, apakah kau marah kami culik?" Irene terdiam beberapa detik, "Kami?" kata ini cukup mengganggu, berarti pelaku di balik penculikan yang menggelikan ini ada dua orang. "Selain diri mu, siapa lagi?" Alan Stuart tidak menyangka jika wanita di depannya ini sungguh cerdas. Tidak, bukan hanya itu, alih-alih ketakutan karena diculik, dia justru langsung menanyakan point penting dari semua iniㅡpelaku penculikan Irene. Tertawa, "Hebat, sungguh hebat Mino bisa memiliki pasangan yang ringan kepala seperti mu. Siapa sangka bahwa kau begitu cerdas untu
"Jangan diam saja, kau dengar atau tidak, Irene?" Tat kala tidak kunjung mendapati jawaban, Clara kembali menegaskan nada bicaranya. Kening Irene mengerenyit, "Jangan berisik, Clara. I'm not deaf." Hanya saja, apa yang dikatakan oleh Clara langsung memukul ke ulu hatinya. Ini jelas lebih sakit ketimbang tamparan fisik yang dilakukan oleh Aslan dan Clara. Ah, ini benar-benar sangat menjengkelkan hingga Irene hampir kehilangan ketenangannya. Rasanya Irene ingin segera melepaskan ikatan ini dan meninju wajah Clara hingga babak belur. Clara mendengus, "Pikirkan untuk menceraikan suami mu, atau aku rebut paksa dari mu." Setelah itu perempuan berambut merah berdiri dari tempatnya. "Aku akan memberi mu waktu hingga esok hari. Mino, tidak akan pernah menyangka akan kehadiran pulau kecil iniㅡsebab ini adalah properti pribadi milik Levebvè family. Aku kembali dahulu, adios, adik kecil." > •••
Lembuyang sore hari menunjukan warna gradien bak iblis. Sungguh indah, disaat yang bersamaan sangat menakutkan. Cahaya tersebut terpantul pada wajah dua gadis di mansion Levebvè yang sedang saling berhadapan. Sebelum, lampu menyala menandakan bahwa kegelapan malam akan segera menghampiri. Clara duduk di depan kursi yang ditempati oleh Clarissa, adik bungsunya. Sejenak, dia berpikir kembali; apakah dia harus memaparkan rencana ini kepada adiknya, ataukah lebih baik ia simpan sendiri demi mencegah bocornya informasi. Clara yakin, Mino saat ini sedang kelabakan mencari Irene. Akan tetapi, dia sungguh membutuhkan sang adik untuk berada dipihaknya. Clarissa adalah orang yang bisa meyakinkan banyak orang untuk menjadi saksi bahwa dia adalah orang yang innocent dan tidak bersalah atas kejadian ini. Ia bisa membiarkan Alan Stuart mengambil semua kesalahanㅡhubungannya dan Alan adalah saling menguntungkan, tidak heran bukan, jika suatu saat, apabila hubungan mereka sudah tidak berguna, Clara
Malam itu, Mino kembali ke Manor dengan tangan kosong. Dia tidak menyangka akan kehilangan Irene tepat di depan matanya; secara harfiah, karena di sana Lee, yang sengaja ia tugaskan untuk menjaga sang kekasih hati. Tuan Levebvè juga telah kembali pulang. Lee, tak lupa datang dengan membawa kabar bahwa klinik Irene akan memulai peresmiannya esok hari. Semakin membuat kepalanya pening. Mino memerintahkan salah satu pelayan di Manor untuk mengambil alkohol yang tersimpan diruang penyimpanan bawah tanah. Menuangkan white wine, Mino menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi. Mendongak, seraya menatap kosong ke arah lampu candelier manornya. Anehnya, semakin berkelumit situasi, semakin pula pikirannya clear. Dia mengambil ponsel, mengabarkan kepada Marcus untuk mendiskusikan dengan kedua orang tuanya, dan memberi tahu perihal penculikan Irene. Marcus, yang posisinya sedang makan malam bersama tuan dan nyonya Dendanious, mau tidak mau menyemburkan minuman. Beruntung tidak mengenai ked
Ferlin secara mendadak segera meraba kunci mobil yang ada di saku celana. Pria itu kemudian berlari menuju mobil yang terparkir rapih di pekarangan mansion keluarga Levebvè. Di belakangnya, sang atasan mengikuti dengan tergepoh-gepoh. Kedua orang tersebut memasuki mobil, dan meninggalkan mansion sesegera mungkin. Ferlin sudah mencoba memaksimalkan kecepatannya, akan tetapi sayang sekali, tampaknya pagi ini, jalanan kota New York begitu tidak ramahㅡmacet karena dipenuhi oleh orang tua yang mengantar anaknya ke sekolah. Di Amerika, fenomena ini jarang terjadi. Kebanyakan sekolah biasanya akan menggunakan mobil antar-jemput sekolah, tapi jika kasusnya adalah mereka yang bersekolah di sekolah swasta, tentu itu masalah lain. "Tuan, bagaimana?" Tuan Levebvè tahu bahwa kondisi realita jalan sungguh berada diluar ekspektasi dari yang manusian bayangkan. Terkadang, kecelakaan kecil tidak bisa dihindariㅡcontohnya adalah kemacetan ini, yang merupakan salah satu bagian kategori kecelakaan keci
Clarissa mengikuti arahan sang ayah. Perempuan berusia duapuluh tahunan ini mengurung diri di kamar villa seraya menggigit ujung ponsel. Dia tidak menyangka bahwa kakaknya akan menjadi monster gila seperti ini. Bagaimana bisa kakaknya menyiksa dokter Irene? Ini jelas tidak bisa dibiarkan, tapi posisinya juga sangat tidak menguntungan. Serba salah, dan menjadi double agent akan lebih menguntungkan. Sebenarnya dia tidak tahu harus mempercayai ucapan Clara atau tidak, perihal ibunya dan juga masa lalu keluarga Levebvè. Beberapa kali, sejak setibanya ia di villa ini, mencoba memgetik di internet perihal masa lalu keluarga Levebvè, ada beberapa intrik kata kunci yang membuatnya penesaran sengath mati; married by accident, anak haram, dan lain sebagainya. Terdapat beberapa kalimat yang perlu di highlight; kekasih Rakhsa Levebvè, Shamantha Shanon, memutuskan untuk meninggalkan Amerika Serikat dengan bukti foto yang terlampir dibagian bawah. Sungguh, wajah orang yang bernama Shamantha ini
Kapal Selam. Tidak heran apabila Mino bisa sampai hingga ke pulai private ini disaat cuaca sedang badai. Sebab, jika tidak bisa melalui permukaan lautan, maka menggunakan jalur bawah laut adalah pilihan yang paling bisa masuk diakal. Namun, hanya untuk menyelamatkan satu nyawa dengan menggunakan kapal selam angkatan laut, sudah menjelaskan posisi Irene dihati Mino. Tentu hal ini mengakibatkan kecemburuan yang lebih di hati Clara. Batinya terus bertanya-tanya, apa yang kurang dari dirinya? "I see, so this is your choise then." Suara Mino kembali terdengar. Sementara di belakangnya, kini terdapat banyak sekali anggota pengawal dengan pakaian formal hitam-hitam, tampak siap untuk melangkah maju ke depan dan melakukan aksi baku hantam. Allan sedikit takut melihat ekspresi bertekad dari anak buah Mino. "Bagaimana, apa yang harus kita lakukan, Clara?"Perempuan berambut merah ini juga agak gemetar. Akan tetapi, pengendalian dirinya cukup baik, "Kau tidak perlu khawatir, bukankah kita ju