Share

Penyerangan

Penulis: Shofi Nur Hidayah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Hiraya langsung turun dari mobilnya dengan terburu-buru. Matanya memindai sekeliling, mencari kedai ramyeon yang buka dua puluh empat jam di dekat Sungai Han. Baru saja hendak membuka ponselnya untuk menghubungi Hae Sun, detektif itu sudah melambaikan tangan dari kejauhan.

"Hiraya, di sini!" Seru Hae Sun yang sudah berada di depan kedai ramyeon.

Hiraya mendongakkan kepalanya, dia mengangguk kecil dan berjalan menuju ke arah Hae Sun sambil memasukkan kembali ponselnya ke dalam tas selempang.

Keduanya lalu masuk ke dalam kedai, duduk di sebelah jendela yang terbuka. Pagi ini tepat jam setengah lima, keduanya benar-benar bertemu sesuai dengan janji tadi pagi lewat telepon.

Setelah memesan dua mangkuk ramyeon dan juga minuman, keduanya duduk berhadapan dengan atmosfer yang serius.

"Sepertinya aku harus membuka pagi mu dengan topik yang berat," ucap Hae Sun mengawali.

"Tidak masalah," balas Hiraya yang seratus persen setuju.

Hae Sun menghela nafas panjang, "Soal rekaman cctv yang wa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Sungai Han

    Ernest, Seok Hyeon dan Seung Jo yang baru saja mendapat kabar dari Yoshi. "Apa maksudmu, apanya yang gawat Nona Yoshi?" Tanya Seok Hyeon dengan wajah yang sudah sangat panik. ["Ck! Berhenti bertanya dan cepat datang ke lokasi yang aku kirim Seok Hyeon. Saat ini jangan banyak bertanya mengerti!"] Tut Tut Tut!Sambungan telepon itu dimatikan secara sepihak oleh Yoshi, bahkan Seok Hyeon masih belum bisa mencerna apa yang sebenarnya terjadi. Satu hal yang pasti, otot-otot di tubuhnya menegang seketika. Jantungnya juga berpacu lebih cepat dari biasanya. "Ernest, panggil Joan dan Haru. Kita harus pergi sekarang!" Perintah Seok Hyeon sambil berdiri dari duduknya, dia lekas menyimpan ponsel ke saku celana. Kemudian berjalan keluar dari balkon dengan terburu-buru. Ernest mematung di tempatnya, dia masih bingung tapi tak berniat banyak bertanya. Saat mendengar nama Hiraya disebut, dia merasa kalau sang istri ada dalam bahaya. Tanpa banyak berbicara, Ernest segera menghubungi Joan dan Haru

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Kejar-kejaran

    Hiraya melebarkan matanya sempurna saat sebuah tangan yang dingin menarik paksa dirinya untuk berjongkok. Gadis itu di paksa untuk bersembunyi, nafasnya sudah pendek-pendek. Berlari sekencang-kencangnya adalah alasannya. Hiraya makin terkejut lagi saat tahu siapa yang menariknya untuk bersembunyi di balik body mobil yang tengah terparkir rapi. "Yoshi kau? Kenapa kau bisa ada di sini?" Tanya Hiraya dengan lirih, dia sadar masih ada pria berotot yang mengejar dirinya tadi. Yoshi menaruh jari telunjuknya di bibir, tidak berniat menjawab pertanyaan Hiraya dengan kata-kata. Dia juga sudah menggeleng cepat, tak membiarkan Hiraya banyak bersuara. Langkah kaki mulai terdengar jelas dan terburu-buru, Yoshi lekas membekap mulut Hiraya dan memaksa gadis itu agar merapatkan tubuhnya bersembunyi di body mobil yang terparkir. "Ke mana larinya gadis kecil itu?" Suara berat dari pria berotot itu terdengar jelas di telinga Hiraya dan juga Yoshi. Keringat dingin makin bercucuran di wajah dan tubu

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Bala Bantuan

    Hae Sun sudah mengangkat revolver Colt Python yang dia bawa, mengacungkan senjata api itu tepat ke kepala para pria yang mengepung dirinya dan Hiraya. Perempuan muda itu memang sudah bersiap, dia tak pernah pergi dengan tangan kosong. Setidaknya harus ada senjata yang dia bawa, untuk berjaga-jaga jika harus melindungi diri di kondisi yang kurang ajar seperti ini. "Sial! Kenapa orang-orang bodoh seperti ini selalu bertubuh besar?" Hae Sun merutuki dirinya sendiri yang bertubuh kecil. Meski dia cukup tinggi, tapi bobot tubuhnya tentu tak sebanding dengan orang-orang yang mirip depth colector itu. Sepeninggal Hiraya, satu pria mengejar Hiraya dan juga satu pria ambruk. Kini Hae Sun masih harus menghadapi setidaknya tiga orang pria bertubuh besar. Dua diantarnya memiliki rambut gondrong, sedangkan satunya lagi punya tato naga di lengannya. "Turunkan senjata mu dan ikut dengan kami jika kau ingin selamat," ucap pria bertato pada Hae Sun. perempuan itu tak gentar, dia malah menyungging

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Melindungi Diri

    Hiraya memutar bola matanya malas, saat ini buka penjelasan yang dia harus berikan pada Yoshi. Mereka berdua harus segera pergi dari tempat itu. "Aku jelaskan saja nanti, kita harus benar-benar pergi dari sini Yoshi." Hiraya menarik tangan Yoshi untuk segera berlari. Yoshi hendak protes, tapi tak sempat sebab kalah cepat dengan gerakan Hiraya. Keduanya kembali berlari, hari sudah mulai siang. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, lingkungan sudah mulai ramai. Seharusnya ini menjadi kesempatan emas bagi Hiraya agar bisa selamat dari kejaran pria-pria berotot itu. Hiraya dan Yoshi berhenti di bawah pohon Cemara yang cukup rindang. Mereka berhenti di sana dan menyandarkan tubuh di pohon tersebut. Yoshi sudah terduduk dengan nafas yang pendek-pendek, dia tak bisa jika harus diajak berlari lagi. Sedangkan Hiraya masih berdiri meski bersandar pada pohon. "Hiraya, kau kenapa bisa membuat pria itu pingsan dengan mudah? Apa biasanya kau memang membawa benda berbahaya itu ke man

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Penyerangan Part 2

    Ernest menurunkan kaca mobil, dia melihat siapa yang datang dan mengetuk kaca mobil Seok Hyeon. "Ya, ada apa Tuan?" Tanya Ernest masih dengan nada yang sopan. Ada tiga orang pria yang datang, dua diantaranya hanya diam di belakang satu orang pria bertato. "Kami hanya ingin menumpang pergi dari sini," ucap pria bertato. Ernest menoleh pada Seok Hyeon, bermaksud meminta pendapat atau jawaban yang sekiranya tepat. "Tapi kami tidak ingin pergi saat ini Tuan, kami ada urusan di sini."Itu suara Seok Hyeon, dia yang mengambil alih memberi jawaban. Pandangan pria itu sudah sangat tajam dan lurus, apalagi saat melihat ada dua orang pria lagi yang terlihat siap untuk baku hantam kapan saja. "Maaf Tuan, kami tak bisa mengantar kalian ke mana pun." Ernest menyahuti. Lalu dengan gerakan yang sangat natural dia berusaha menutup kembali kaca mobil. Akan tetapi gerakan Ernest tersebut dihentikan oleh pria bertato. Sontak membuat ketegangan di sana semakin kuat. "Aku tahu kalian ingin pergi d

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Menemui Direktur Utama

    Glok Mayer di saku belakang celana Seung Jo sudah dikeluarkan. Dia hendak membidik ke arah pria yang tampak sangat mencurigakan. Akan tetapi gerakannya kalah cepat dengan gerakan Jackson yang membidik dengan tepat ke arah betis kaki kiri pria tersebut. Dor!Dengan satu kali tembakan, pria tersebut tersungkur di tanah begitu saja. Kali ini Angyu yang mengejarnya, meski dengan kaki yang terluka pria tadi masih tetap berusaha lari dari tempat itu. "Nona Hiraya, tetaplah di sini. Tetap berada di tempat yang aman bersama ku!" Perintah Seung Jo pada Hiraya. Aktor itu tentu paham apa yang ada di kepala Hiraya. Gerakan gamang dari Hiraya yang hendak berlari ke arah pria misterius itu membuat Seung Jo dengan cepat menghentikannya. Hiraya menoleh ke arah Seung Jo, dari sorot matanya yang bergerak-gerak gelisah sudah menjelaskan semuanya. Hiraya benar-benar panik dan tak tahu harus berbuat apa. Angyu sendiri sudah membekuk pria misterius itu, si pria mengenakan penutup wajah. Dengan cepat

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Bukan Orang Sembarangan

    "Jangan dengarkan ucapan Seung Jo tadi, abaikan saja dia." Hwang Dong Hae tampak kesal dengan ucapan salah satu artisnya. Pria empat puluh tahun itu kemudian berjalan dengan langkah yang pelan, wajahnya tertunduk. Tampak sekali memikirkan banyak hal, dia mendekat ke arah Hiraya lalu menatap gadis itu dengan serius. "Sekarang bisa kau jelaskan dengan tenang apa yang sebenarnya terjadi? Aku perlu tahu kejadian yang sebenarnya sebelum menentukan tindakan," tegas Hwang Dong Hae. Hiraya menundukkan kepalanya, lalu dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dagunya terangkat untuk menatap lurus ke arah direktur utama Diamond Entertainment. "Aku tadi sedang menemui rekanku di kedai ramyeon dekat sungai Han. Di saat obrolan ku dengannya sedang berlangsung, tiba-tiba saja ada lima orang pria bertubuh besar datang mengepung kami. Bahkan pemilik kedai sampai lari tunggang langgang sebab kedatangan mereka yang bak perusuh," papar Hiraya dengan jelas. Hwang Dong Hae manggut-

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Egois

    "Ku rasa juga begitu, orang yang sudah berani menggunakan senjata api tentu orang yang tidak biasa." Lee Rang menyetujui ucapan Hae Sun. Ada jeda pula di kalimat pria itu. Sementara Hae Sun hanya diam dan tak menanggapi dengan kata-kata apapun. "Siapa pun itu, yang jelas orangnya pasti sedang mengintai kau dan Nona tadi. Kemungkinan dia orang yang cukup dekat dengan kalian, jadi tahu saat yang tepat kalian bertemu." Begitu Lee Rang menyelesaikan kalimatnya, Hae Sun menoleh pada pria itu. Keningnya berkerut dalam, meminta penjelasan lebih lanjut dari asumsi Lee Rang. "Kau mencurigai orang terdekat kami?" Tanyanya dengan memicingkan mata. Lee Rang mengangguk mantap, karena memang begitu adanya. Pikirannya tak bisa diam saja saat mendengar fakta yang ada. Lee Rang Langsung fokus pada orang-orang terdekat Hae Sun dan Hiraya. "Tentu, karena tidak mungkin kalian diintai selama 24 jam secara penuh. Kemungkinan besar ada musuh di balik selimut, atau ponsel maupun kamera di rumah kalian

Bab terbaru

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Akhir Yang Indah

    Lee Hyun tengah diinterogasi oleh pria yang tidak asing lagi bagi Hiraya, yaitu Seung Jo. Sementara di luar ruangan, tepatnya di tempat dia berdiri ada Ernest dan juga Hae Sun yang tengah melihat semuanya. Ruangan itu memang dipisahkan oleh sekat berupa kaca, sehingga memungkinkan proses interogasi itu disaksikan oleh orang lain. "Hiraya kau harus dengar apa yang dikatakan Lee Hyun sekarang!" Perintah Hae Sun. Sementara Ernest yang ada di sampingnya hanya diam, memandang ke arah Hiraya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hiraya pun menurut dan memperhatikan ke depan, tepat di mana Lee Hyun dan Seung Jo. Brak!Seung Jo menggebrak meja yang menghalanginya dan Lee Hyun. Tatapannya tajam begitu melihat mantan asisten sahabatnya itu. "Kau tahu apa yang sudah kau lakukan itu keterlaluan Lee Hyun! Sekarang jelaskan kenapa kau menjebak Ernest!"Lee Hyun malah menyungging senyum miring saat mendengar pertanyaan Seung Jo yang jelas-jelas mengandung kebencian. "Itu tidak keterlaluan Seu

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Tersangka Sebenarnya

    Di sisi lain, Seung Jo tengah menatap garang ke arah dua orang detektif bayaran yang disewa Hiraya. Saat ini aktor bermarga Kang itu memang tengah berada di rumahnya. Dia sengaja memanggil Hae Sun dan Lee Rang untuk dia interogasi. "Apa kalian yakin kalau bukti-bukti memang mengarah pada Ernest?" Tanya Seung Jo dengan nada yang dingin. Lee Rang dan Hae Sun menundukkan kepalanya, mereka tengah duduk bersebelahan. Sementara Seung Jo ada didepan mereka. "Be-benar Tuan Kang! Semua itu memang mengarah pada Ernest, jadi kami juga tidak bisa apa-apa." Hae Sun memberanikan diri untuk menjawab. Seung Jo manggut-manggut, kemudian dia memeriksa beberapa bukti yang ditemukan. Salah satunya adalah pakaian, serta mobil yang dikendarai oleh 'pelaku' saat menyabotase mobil Nam Gil Hyeon di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. "Pakaian ini memang sama seperti milik Ernest, aku pernah melihatnya beberapakali. Dan mobil ini juga mobil yang sama dengan miliknya, tapi apa kalian tidak merasa cur

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Memberi Penjelasan

    Pukul delapan malam Ernest sudah bersiap dan menunggu kedatangan Hiraya di tempat yang sudah mereka sepakati. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Hiraya datang dengan wajah yang datar mendekati Ernest. Mereka akhirnya memilih untuk duduk ditepi kolam renang yang ada di hotel tersebut."Katakan apa yang ingin kau katakan Ernest, jangan berlama-lama membuang waktuku!" Tegas Hiraya begitu mereka duduk di tepi kolam renang. Keduanya memang duduk berdampingan, tapi dengan jarak yang cukup jauh. Sekitar satu meter jarak antara keduanya. Mendengar ucapan tegas dari Hiraya, Ernest hanya bisa patuh. Lagi pula untuk saat ini hanya penjelasan seperti ini saja yang bisa dia berikan pada Hiraya. "Jadi Hiraya, aku tidak tahu menahu soal kecelakaan yang dialami orang tuamu. Saat kejadian, aku memang berada di kawasan yang sama dengan mereka yakni Itaewon-ro, Yongsan-gu."Ada jeda di kalimat Ernest, dia masih ingat betul apa yang dia lakukan saat itu. Sebab dia juga sedang syuting drama yang cukup berk

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Memberi kesempatan Lagi?

    Tepat setelah mengatakan kalimatnya, Ernest merobek surat perjanjian itu didepan wajah Hiraya. Buka hanya satu kali, pria itu justru merobeknya berkali-kali hingga menjadi kepingan. "Kita tidak membutuhkan surat ini lagi karena bagiku pernikahan kita berlaku untuk selamanya. Aku mencintaimu Hiraya Carlisle, kau milikku sekarang dan selamanya!" Hiraya membulatkan matanya sempurna ketika mendengar perkataan Ernest. Tidak seperti gadis lain yang akan sangat bahagia mendapatkan cinta dari artis tampan nan mapan sepertinya. Hiraya justru ogah-ogahan mendengarkannya"Apa kau sedang mempermainkan aku? Kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, untuk apa?" Hiraya mengerutkan keningnya tidak menjelaskan jalan pikiran sang suami. "Hiraya aku sungguhan mengatakan hal ini, jadi biarkan aku bicara dan tolong percayalah." Ernest melipat dua tangannya memohon pada Hiraya. Gadis itu diam, Ernest kemudian menghela nafas panjang. Mungkin dia harus mengatakannya dengan pelan-pelan, dengan begitu pa

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Hal Bohong

    "A-apa maksud mu nona, aku hanya melakukan hal yang benar kan?" Seok Hyeon bertanya hati-hati, jujur dia paling takut kalau road managernya itu marah. Meski laki-laki dan lebih tua dari Yoshi, pria itu tidak berani dengan gadis keturunan Jepang-Korea Selatan yang kalau marah sangat susah dikendalikan. Seok Hyeon tidak mau menjalani hari-hari dengan omelan Yoshi untuk satu minggu kedepan."Hal yang benar ya? Apa menurutmu benar ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain! Mereka itu sudah dewasa jadi untuk apa kamu ikut campur. Ingat Seok Hyeon kamu punya hidup sendiri yang harus diurus juga!" Yoshi melotot dan mengeraskan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. Seok Hyeon hanya diam dan menundukkan kepalanya, memang kemarahan Yoshi adalah ketakutan terbesarnya dalam industri hiburan. "Jangan merasa kamu bisa menyelesaikan masalah mereka, sampai-sampai kamu lupa mengurus kehidupanmu sendiri. Karena ikut campur dengan mereka kamu hampir saja melupakan jadwal mu," imbuh Yoshi masih

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Merubah Keadaan

    Beberapa menit sebelumnya, tepat di bandara internasional Incheon. Hiraya merasa kepalanya sangat berat dan memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar, karena itulah dia justru ketinggalan pesawat. "Ah apa yang harus aku lakukan, Hiraya Carlisle kenapa kamu ceroboh!" Hiraya kesal pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di terminal dengan pasrah, saat ini dia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Hiraya benar-benar merindukan kedua orang tuanya sekarang. Biasanya disaat-saat yang berat seperti sekarang, Hiraya pasti akan bersandar pada bahu keduanya. Tapi sekarang gadis itu harus bisa menahan semuanya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, sampai dia kembali ke Indonesia esok hari. Terpaksa Hiraya harus kembali memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, tapi sayangnya tidak ada jam penerbangan ke Indonesia lagi hari ini. "Bagaimana ini, aku harus menunggu sampai besok jika ingin pulang. Ah sebaiknya aku pergi untuk menginap di hotel saja," gumam Hiraya sambil menarik kopernya keluar are

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Bantuan Dua Sahabat

    Menyadari bahwa ada hal yang salah dengan semua ini. Seok Hyeon memang buru-buru datang ke rumah Kang Seung Jo. Aktor sekaligus kepala polisi itu tengah duduk di rumahnya pagi ini saat Seok Hyeon datang. "Jadi, kau merasa ada yang salah di sini?" Tanya Seung Jo lagi. Dia perlu memastikan kalau sahabatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Seok Hyeon mengangguk penuh semangat, dia memang sangat yakin kalau ada yang tidak beres. "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Bisa-bisanya orang yang mencurigakan seperti Lee Hyun malah menjadi saksi atas kasus kecelakaan orang tua Nona Hiraya?"Seung Jo terdiam sejenak, dia juga memikirkan hal yang sama. "Tapi, bagaimana bisa hasil penyelidikan Hae Sun dan Lee Rang merujuk pada nama Ernest jika bukan dia pelakunya?" Keduanya lalu terdiam sejenak, sebab saling melontarkan pertanyaan tanpa ada yang berniat menjawab lebih dulu. Kemudian Seok Hyeon kembali bersuara dengan tenang. "Semuanya bisa saja terjadi jika memang sudah direncanaka

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Terlambat

    "Salah apalagi maksudmu Tuan Hwang?" Tanya Yoshi dengan wajah yang menelisik. Hwang Dong Hae menghela nafas panjang, "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Jadi ku mohon kau tenangkan sahabat mu itu sampai semua masalah yang ada disini terselesaikan! Bilang juga padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan!"Ada kilatan amarah yang ada di mata Tuan Hwang, dia tengah menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun. Pria itu tahu ada yang tidak beres di sini, tapi satu hal yang dia sayangkan. Mengapa Hiraya bisa dengan mudah menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa ia pertimbangkan lagi?Diwaktu yang bersamaan Ernest terengah-engah berlari masuk ke gedung agensi Diamond Entertainment. Suasana ramai sudah mulai tersedia karena agensi itu selalu memulai pekerjaannya diwaktu yang masih sangat pagi.Kaki panjang sang aktor berjalan menuju ruang kerja Yoshi yang memang bersebelahan dengan ruangan sang istri. Tanpa mengucap salam atau basa-basi Ernest langsung bertanya pada Yoshi yang t

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Salah Paham Besar

    Nafas Hiraya memburu karena menahan amarahnya, dia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Dia benar-benar muak berada di sini, terutama dengan Ernest dan segala sandiwaranya.Tangan gadis itu kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya. Segera dia melakukan panggilan telepon meski dengan satu tangan, karena tangan yang satu harus mengemudi. "Yoshi bisa tolong ke rumahku sekarang, aku ingin meminta bantuan." Hiraya menelpon Yoshi ditengah perjalanan, dia harap temannya itu bisa membantu dia kali ini. Tanpa menunggu jawaban dari Yoshi, gadis itu menutup sambungan telepon dan melanjutkan perjalanan.Setelah dua puluh menit berkendara Hiraya sampai di rumah orang tuanya dan langsung turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa.Hiraya langsung membuka laptopnya dan mengetikkan surat di sana, setelahnya dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Indonesia. Ting tong!Bel rumah Hiraya berbunyi, menandakan Yoshi telah sampai.

DMCA.com Protection Status