Hiraya memutar bola matanya malas, saat ini buka penjelasan yang dia harus berikan pada Yoshi. Mereka berdua harus segera pergi dari tempat itu. "Aku jelaskan saja nanti, kita harus benar-benar pergi dari sini Yoshi." Hiraya menarik tangan Yoshi untuk segera berlari. Yoshi hendak protes, tapi tak sempat sebab kalah cepat dengan gerakan Hiraya. Keduanya kembali berlari, hari sudah mulai siang. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, lingkungan sudah mulai ramai. Seharusnya ini menjadi kesempatan emas bagi Hiraya agar bisa selamat dari kejaran pria-pria berotot itu. Hiraya dan Yoshi berhenti di bawah pohon Cemara yang cukup rindang. Mereka berhenti di sana dan menyandarkan tubuh di pohon tersebut. Yoshi sudah terduduk dengan nafas yang pendek-pendek, dia tak bisa jika harus diajak berlari lagi. Sedangkan Hiraya masih berdiri meski bersandar pada pohon. "Hiraya, kau kenapa bisa membuat pria itu pingsan dengan mudah? Apa biasanya kau memang membawa benda berbahaya itu ke man
Ernest menurunkan kaca mobil, dia melihat siapa yang datang dan mengetuk kaca mobil Seok Hyeon. "Ya, ada apa Tuan?" Tanya Ernest masih dengan nada yang sopan. Ada tiga orang pria yang datang, dua diantaranya hanya diam di belakang satu orang pria bertato. "Kami hanya ingin menumpang pergi dari sini," ucap pria bertato. Ernest menoleh pada Seok Hyeon, bermaksud meminta pendapat atau jawaban yang sekiranya tepat. "Tapi kami tidak ingin pergi saat ini Tuan, kami ada urusan di sini."Itu suara Seok Hyeon, dia yang mengambil alih memberi jawaban. Pandangan pria itu sudah sangat tajam dan lurus, apalagi saat melihat ada dua orang pria lagi yang terlihat siap untuk baku hantam kapan saja. "Maaf Tuan, kami tak bisa mengantar kalian ke mana pun." Ernest menyahuti. Lalu dengan gerakan yang sangat natural dia berusaha menutup kembali kaca mobil. Akan tetapi gerakan Ernest tersebut dihentikan oleh pria bertato. Sontak membuat ketegangan di sana semakin kuat. "Aku tahu kalian ingin pergi d
Glok Mayer di saku belakang celana Seung Jo sudah dikeluarkan. Dia hendak membidik ke arah pria yang tampak sangat mencurigakan. Akan tetapi gerakannya kalah cepat dengan gerakan Jackson yang membidik dengan tepat ke arah betis kaki kiri pria tersebut. Dor!Dengan satu kali tembakan, pria tersebut tersungkur di tanah begitu saja. Kali ini Angyu yang mengejarnya, meski dengan kaki yang terluka pria tadi masih tetap berusaha lari dari tempat itu. "Nona Hiraya, tetaplah di sini. Tetap berada di tempat yang aman bersama ku!" Perintah Seung Jo pada Hiraya. Aktor itu tentu paham apa yang ada di kepala Hiraya. Gerakan gamang dari Hiraya yang hendak berlari ke arah pria misterius itu membuat Seung Jo dengan cepat menghentikannya. Hiraya menoleh ke arah Seung Jo, dari sorot matanya yang bergerak-gerak gelisah sudah menjelaskan semuanya. Hiraya benar-benar panik dan tak tahu harus berbuat apa. Angyu sendiri sudah membekuk pria misterius itu, si pria mengenakan penutup wajah. Dengan cepat
"Jangan dengarkan ucapan Seung Jo tadi, abaikan saja dia." Hwang Dong Hae tampak kesal dengan ucapan salah satu artisnya. Pria empat puluh tahun itu kemudian berjalan dengan langkah yang pelan, wajahnya tertunduk. Tampak sekali memikirkan banyak hal, dia mendekat ke arah Hiraya lalu menatap gadis itu dengan serius. "Sekarang bisa kau jelaskan dengan tenang apa yang sebenarnya terjadi? Aku perlu tahu kejadian yang sebenarnya sebelum menentukan tindakan," tegas Hwang Dong Hae. Hiraya menundukkan kepalanya, lalu dia menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Dagunya terangkat untuk menatap lurus ke arah direktur utama Diamond Entertainment. "Aku tadi sedang menemui rekanku di kedai ramyeon dekat sungai Han. Di saat obrolan ku dengannya sedang berlangsung, tiba-tiba saja ada lima orang pria bertubuh besar datang mengepung kami. Bahkan pemilik kedai sampai lari tunggang langgang sebab kedatangan mereka yang bak perusuh," papar Hiraya dengan jelas. Hwang Dong Hae manggut-
"Ku rasa juga begitu, orang yang sudah berani menggunakan senjata api tentu orang yang tidak biasa." Lee Rang menyetujui ucapan Hae Sun. Ada jeda pula di kalimat pria itu. Sementara Hae Sun hanya diam dan tak menanggapi dengan kata-kata apapun. "Siapa pun itu, yang jelas orangnya pasti sedang mengintai kau dan Nona tadi. Kemungkinan dia orang yang cukup dekat dengan kalian, jadi tahu saat yang tepat kalian bertemu." Begitu Lee Rang menyelesaikan kalimatnya, Hae Sun menoleh pada pria itu. Keningnya berkerut dalam, meminta penjelasan lebih lanjut dari asumsi Lee Rang. "Kau mencurigai orang terdekat kami?" Tanyanya dengan memicingkan mata. Lee Rang mengangguk mantap, karena memang begitu adanya. Pikirannya tak bisa diam saja saat mendengar fakta yang ada. Lee Rang Langsung fokus pada orang-orang terdekat Hae Sun dan Hiraya. "Tentu, karena tidak mungkin kalian diintai selama 24 jam secara penuh. Kemungkinan besar ada musuh di balik selimut, atau ponsel maupun kamera di rumah kalian
Dokter keluar dari ruang operasi Yoshi, kedatangan pria dengan jas putih itu membuat Hiraya dan Ernest kompak berdiri. "Keluarga Nona Yoshi Haibara?" Tanya dokter tersebut dengan sopan. Hiraya mengangguk kecil, "Kami keluarganya Dok!"Hiraya sedikit berbohong sebab tak mungkin harus menghubungi pihak keluarga Yoshi yang sebenarnya di saat seperti ini. Lagi pula keluarga gadis itu semuanya berada di Jepang, meski dia merupakan keturunan Jepang- Korea Selatan. Tapi tak ada satu pun anggota keluarganya yang masih menetap di negeri ginseng itu. "Bagaimana keadaan Yoshi Dok?" Tanya Ernest yang sangat penasaran bercampur khawatir pada sahabat sang istri. Dokter tersebut tersenyum sekilas, mencoba meyakinkan keduanya bahwa semuanya baik-baik saja. "Operasinya lancar, peluru juga sudah berhasil dikeluarkan. Untungnya tidak mengenai organ dalam, hanya saja pasien masih belum bisa ditemui. Setelah ini pasien juga akan di pindahkan ke ruang rawat inap guna di observasi serta masa pemulihan
"Ah ya, tentu saja." Itu adalah jawaban singkat tanpa arti apapun yang Hiraya berikan pada Ernest. Meski sudah bersama selama hampir enam bulan ini, tapi Hiraya benar-benar belum mampu mempercayai Ernest. Pria itu juga tak banyak bertanya setelahnya, dia hanya mengangguk samar. Di lima menit berikutnya mereka semua telah sampai di kawasan rumah Ernest dan Hiraya. Begitu turun raut wajah serius dari Joan dan Haru membuat Hiraya seketika merinding. Dia takut ada hal-hal buruk seperti tadi pagi yang terjadi. "Ernest, kami akan tetap berjaga di depan rumah. Jadi kalian tak perlu khawatir," ucap Haru dengan tegas. Sepertinya dia bodyguard itu telah membuat kesepakatan dengan Ernest tadi. Sebab biasanya ketika di rumah, Joan dan Haru akan berjaga di salah satu rumah yang berada tepat di samping rumah Hiraya dan Ernest. Tapi kali ini mereka berdua malah akan berjaga di depan rumah. "Hmm. Baiklah," jawab Ernest singkat. Kedua bodyguard itu berjaga dan bertugas sesuai apa yang dikataka
Ernest buru-buru masuk ke dalam balkon yang ada di lantai dua. Hiraya mengikutinya dan duduk di sofa panjang ruang tengah, sementara Lee Hyun masih ada di kamar Ernest yang juga ada di lantai tersebut. Aktor 28 tahun itu juga menutup pintu balkon, membuat Hiraya mengerutkan keningnya penuh curiga. Hiraya hanya bisa melihat keberadaan Ernest yang memang ada di sana karena pintu balkon terbuat dari kaca. "Telefon dari siapa hingga dia harus bersembunyi di sana?" Tanya Hiraya dengan sinis. Gadis itu melirik tajam ke arah balkon, seolah-olah tengah melampiaskan kemarahannya pada Ernest padahal pria itu tak menyadarinya. Di sisi lain Ernest langsung menggeser tombol hijau begitu sampai di balkon rumah. Panggilan dari Seok Hyeon adalah alasannya, entah kabar apa yang akan disampaikan oleh rekannya itu. "Halo Seok Hyeon, ada apa?" Tanya Ernest mengawali panggilan. ["Ernest ada hal yang ingin aku sampaikan padamu!"] Seru Seok Hyeon dari balik sambungan telepon, dia terdengar sangat meng
Lee Hyun tengah diinterogasi oleh pria yang tidak asing lagi bagi Hiraya, yaitu Seung Jo. Sementara di luar ruangan, tepatnya di tempat dia berdiri ada Ernest dan juga Hae Sun yang tengah melihat semuanya. Ruangan itu memang dipisahkan oleh sekat berupa kaca, sehingga memungkinkan proses interogasi itu disaksikan oleh orang lain. "Hiraya kau harus dengar apa yang dikatakan Lee Hyun sekarang!" Perintah Hae Sun. Sementara Ernest yang ada di sampingnya hanya diam, memandang ke arah Hiraya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hiraya pun menurut dan memperhatikan ke depan, tepat di mana Lee Hyun dan Seung Jo. Brak!Seung Jo menggebrak meja yang menghalanginya dan Lee Hyun. Tatapannya tajam begitu melihat mantan asisten sahabatnya itu. "Kau tahu apa yang sudah kau lakukan itu keterlaluan Lee Hyun! Sekarang jelaskan kenapa kau menjebak Ernest!"Lee Hyun malah menyungging senyum miring saat mendengar pertanyaan Seung Jo yang jelas-jelas mengandung kebencian. "Itu tidak keterlaluan Seu
Di sisi lain, Seung Jo tengah menatap garang ke arah dua orang detektif bayaran yang disewa Hiraya. Saat ini aktor bermarga Kang itu memang tengah berada di rumahnya. Dia sengaja memanggil Hae Sun dan Lee Rang untuk dia interogasi. "Apa kalian yakin kalau bukti-bukti memang mengarah pada Ernest?" Tanya Seung Jo dengan nada yang dingin. Lee Rang dan Hae Sun menundukkan kepalanya, mereka tengah duduk bersebelahan. Sementara Seung Jo ada didepan mereka. "Be-benar Tuan Kang! Semua itu memang mengarah pada Ernest, jadi kami juga tidak bisa apa-apa." Hae Sun memberanikan diri untuk menjawab. Seung Jo manggut-manggut, kemudian dia memeriksa beberapa bukti yang ditemukan. Salah satunya adalah pakaian, serta mobil yang dikendarai oleh 'pelaku' saat menyabotase mobil Nam Gil Hyeon di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. "Pakaian ini memang sama seperti milik Ernest, aku pernah melihatnya beberapakali. Dan mobil ini juga mobil yang sama dengan miliknya, tapi apa kalian tidak merasa cur
Pukul delapan malam Ernest sudah bersiap dan menunggu kedatangan Hiraya di tempat yang sudah mereka sepakati. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Hiraya datang dengan wajah yang datar mendekati Ernest. Mereka akhirnya memilih untuk duduk ditepi kolam renang yang ada di hotel tersebut."Katakan apa yang ingin kau katakan Ernest, jangan berlama-lama membuang waktuku!" Tegas Hiraya begitu mereka duduk di tepi kolam renang. Keduanya memang duduk berdampingan, tapi dengan jarak yang cukup jauh. Sekitar satu meter jarak antara keduanya. Mendengar ucapan tegas dari Hiraya, Ernest hanya bisa patuh. Lagi pula untuk saat ini hanya penjelasan seperti ini saja yang bisa dia berikan pada Hiraya. "Jadi Hiraya, aku tidak tahu menahu soal kecelakaan yang dialami orang tuamu. Saat kejadian, aku memang berada di kawasan yang sama dengan mereka yakni Itaewon-ro, Yongsan-gu."Ada jeda di kalimat Ernest, dia masih ingat betul apa yang dia lakukan saat itu. Sebab dia juga sedang syuting drama yang cukup berk
Tepat setelah mengatakan kalimatnya, Ernest merobek surat perjanjian itu didepan wajah Hiraya. Buka hanya satu kali, pria itu justru merobeknya berkali-kali hingga menjadi kepingan. "Kita tidak membutuhkan surat ini lagi karena bagiku pernikahan kita berlaku untuk selamanya. Aku mencintaimu Hiraya Carlisle, kau milikku sekarang dan selamanya!" Hiraya membulatkan matanya sempurna ketika mendengar perkataan Ernest. Tidak seperti gadis lain yang akan sangat bahagia mendapatkan cinta dari artis tampan nan mapan sepertinya. Hiraya justru ogah-ogahan mendengarkannya"Apa kau sedang mempermainkan aku? Kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, untuk apa?" Hiraya mengerutkan keningnya tidak menjelaskan jalan pikiran sang suami. "Hiraya aku sungguhan mengatakan hal ini, jadi biarkan aku bicara dan tolong percayalah." Ernest melipat dua tangannya memohon pada Hiraya. Gadis itu diam, Ernest kemudian menghela nafas panjang. Mungkin dia harus mengatakannya dengan pelan-pelan, dengan begitu pa
"A-apa maksud mu nona, aku hanya melakukan hal yang benar kan?" Seok Hyeon bertanya hati-hati, jujur dia paling takut kalau road managernya itu marah. Meski laki-laki dan lebih tua dari Yoshi, pria itu tidak berani dengan gadis keturunan Jepang-Korea Selatan yang kalau marah sangat susah dikendalikan. Seok Hyeon tidak mau menjalani hari-hari dengan omelan Yoshi untuk satu minggu kedepan."Hal yang benar ya? Apa menurutmu benar ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain! Mereka itu sudah dewasa jadi untuk apa kamu ikut campur. Ingat Seok Hyeon kamu punya hidup sendiri yang harus diurus juga!" Yoshi melotot dan mengeraskan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. Seok Hyeon hanya diam dan menundukkan kepalanya, memang kemarahan Yoshi adalah ketakutan terbesarnya dalam industri hiburan. "Jangan merasa kamu bisa menyelesaikan masalah mereka, sampai-sampai kamu lupa mengurus kehidupanmu sendiri. Karena ikut campur dengan mereka kamu hampir saja melupakan jadwal mu," imbuh Yoshi masih
Beberapa menit sebelumnya, tepat di bandara internasional Incheon. Hiraya merasa kepalanya sangat berat dan memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar, karena itulah dia justru ketinggalan pesawat. "Ah apa yang harus aku lakukan, Hiraya Carlisle kenapa kamu ceroboh!" Hiraya kesal pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di terminal dengan pasrah, saat ini dia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Hiraya benar-benar merindukan kedua orang tuanya sekarang. Biasanya disaat-saat yang berat seperti sekarang, Hiraya pasti akan bersandar pada bahu keduanya. Tapi sekarang gadis itu harus bisa menahan semuanya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, sampai dia kembali ke Indonesia esok hari. Terpaksa Hiraya harus kembali memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, tapi sayangnya tidak ada jam penerbangan ke Indonesia lagi hari ini. "Bagaimana ini, aku harus menunggu sampai besok jika ingin pulang. Ah sebaiknya aku pergi untuk menginap di hotel saja," gumam Hiraya sambil menarik kopernya keluar are
Menyadari bahwa ada hal yang salah dengan semua ini. Seok Hyeon memang buru-buru datang ke rumah Kang Seung Jo. Aktor sekaligus kepala polisi itu tengah duduk di rumahnya pagi ini saat Seok Hyeon datang. "Jadi, kau merasa ada yang salah di sini?" Tanya Seung Jo lagi. Dia perlu memastikan kalau sahabatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Seok Hyeon mengangguk penuh semangat, dia memang sangat yakin kalau ada yang tidak beres. "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Bisa-bisanya orang yang mencurigakan seperti Lee Hyun malah menjadi saksi atas kasus kecelakaan orang tua Nona Hiraya?"Seung Jo terdiam sejenak, dia juga memikirkan hal yang sama. "Tapi, bagaimana bisa hasil penyelidikan Hae Sun dan Lee Rang merujuk pada nama Ernest jika bukan dia pelakunya?" Keduanya lalu terdiam sejenak, sebab saling melontarkan pertanyaan tanpa ada yang berniat menjawab lebih dulu. Kemudian Seok Hyeon kembali bersuara dengan tenang. "Semuanya bisa saja terjadi jika memang sudah direncanaka
"Salah apalagi maksudmu Tuan Hwang?" Tanya Yoshi dengan wajah yang menelisik. Hwang Dong Hae menghela nafas panjang, "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Jadi ku mohon kau tenangkan sahabat mu itu sampai semua masalah yang ada disini terselesaikan! Bilang juga padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan!"Ada kilatan amarah yang ada di mata Tuan Hwang, dia tengah menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun. Pria itu tahu ada yang tidak beres di sini, tapi satu hal yang dia sayangkan. Mengapa Hiraya bisa dengan mudah menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa ia pertimbangkan lagi?Diwaktu yang bersamaan Ernest terengah-engah berlari masuk ke gedung agensi Diamond Entertainment. Suasana ramai sudah mulai tersedia karena agensi itu selalu memulai pekerjaannya diwaktu yang masih sangat pagi.Kaki panjang sang aktor berjalan menuju ruang kerja Yoshi yang memang bersebelahan dengan ruangan sang istri. Tanpa mengucap salam atau basa-basi Ernest langsung bertanya pada Yoshi yang t
Nafas Hiraya memburu karena menahan amarahnya, dia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Dia benar-benar muak berada di sini, terutama dengan Ernest dan segala sandiwaranya.Tangan gadis itu kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya. Segera dia melakukan panggilan telepon meski dengan satu tangan, karena tangan yang satu harus mengemudi. "Yoshi bisa tolong ke rumahku sekarang, aku ingin meminta bantuan." Hiraya menelpon Yoshi ditengah perjalanan, dia harap temannya itu bisa membantu dia kali ini. Tanpa menunggu jawaban dari Yoshi, gadis itu menutup sambungan telepon dan melanjutkan perjalanan.Setelah dua puluh menit berkendara Hiraya sampai di rumah orang tuanya dan langsung turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa.Hiraya langsung membuka laptopnya dan mengetikkan surat di sana, setelahnya dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Indonesia. Ting tong!Bel rumah Hiraya berbunyi, menandakan Yoshi telah sampai.