Share

Egois

Penulis: Shofi Nur Hidayah
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Ku rasa juga begitu, orang yang sudah berani menggunakan senjata api tentu orang yang tidak biasa." Lee Rang menyetujui ucapan Hae Sun.

Ada jeda pula di kalimat pria itu. Sementara Hae Sun hanya diam dan tak menanggapi dengan kata-kata apapun.

"Siapa pun itu, yang jelas orangnya pasti sedang mengintai kau dan Nona tadi. Kemungkinan dia orang yang cukup dekat dengan kalian, jadi tahu saat yang tepat kalian bertemu."

Begitu Lee Rang menyelesaikan kalimatnya, Hae Sun menoleh pada pria itu. Keningnya berkerut dalam, meminta penjelasan lebih lanjut dari asumsi Lee Rang.

"Kau mencurigai orang terdekat kami?" Tanyanya dengan memicingkan mata.

Lee Rang mengangguk mantap, karena memang begitu adanya. Pikirannya tak bisa diam saja saat mendengar fakta yang ada. Lee Rang Langsung fokus pada orang-orang terdekat Hae Sun dan Hiraya.

"Tentu, karena tidak mungkin kalian diintai selama 24 jam secara penuh. Kemungkinan besar ada musuh di balik selimut, atau ponsel maupun kamera di rumah kalian
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Mobil Mewah Mencurigakan

    Dokter keluar dari ruang operasi Yoshi, kedatangan pria dengan jas putih itu membuat Hiraya dan Ernest kompak berdiri. "Keluarga Nona Yoshi Haibara?" Tanya dokter tersebut dengan sopan. Hiraya mengangguk kecil, "Kami keluarganya Dok!"Hiraya sedikit berbohong sebab tak mungkin harus menghubungi pihak keluarga Yoshi yang sebenarnya di saat seperti ini. Lagi pula keluarga gadis itu semuanya berada di Jepang, meski dia merupakan keturunan Jepang- Korea Selatan. Tapi tak ada satu pun anggota keluarganya yang masih menetap di negeri ginseng itu. "Bagaimana keadaan Yoshi Dok?" Tanya Ernest yang sangat penasaran bercampur khawatir pada sahabat sang istri. Dokter tersebut tersenyum sekilas, mencoba meyakinkan keduanya bahwa semuanya baik-baik saja. "Operasinya lancar, peluru juga sudah berhasil dikeluarkan. Untungnya tidak mengenai organ dalam, hanya saja pasien masih belum bisa ditemui. Setelah ini pasien juga akan di pindahkan ke ruang rawat inap guna di observasi serta masa pemulihan

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   kedatangan asisten pribadi

    "Ah ya, tentu saja." Itu adalah jawaban singkat tanpa arti apapun yang Hiraya berikan pada Ernest. Meski sudah bersama selama hampir enam bulan ini, tapi Hiraya benar-benar belum mampu mempercayai Ernest. Pria itu juga tak banyak bertanya setelahnya, dia hanya mengangguk samar. Di lima menit berikutnya mereka semua telah sampai di kawasan rumah Ernest dan Hiraya. Begitu turun raut wajah serius dari Joan dan Haru membuat Hiraya seketika merinding. Dia takut ada hal-hal buruk seperti tadi pagi yang terjadi. "Ernest, kami akan tetap berjaga di depan rumah. Jadi kalian tak perlu khawatir," ucap Haru dengan tegas. Sepertinya dia bodyguard itu telah membuat kesepakatan dengan Ernest tadi. Sebab biasanya ketika di rumah, Joan dan Haru akan berjaga di salah satu rumah yang berada tepat di samping rumah Hiraya dan Ernest. Tapi kali ini mereka berdua malah akan berjaga di depan rumah. "Hmm. Baiklah," jawab Ernest singkat. Kedua bodyguard itu berjaga dan bertugas sesuai apa yang dikataka

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Dia Hiperbola!

    Ernest buru-buru masuk ke dalam balkon yang ada di lantai dua. Hiraya mengikutinya dan duduk di sofa panjang ruang tengah, sementara Lee Hyun masih ada di kamar Ernest yang juga ada di lantai tersebut. Aktor 28 tahun itu juga menutup pintu balkon, membuat Hiraya mengerutkan keningnya penuh curiga. Hiraya hanya bisa melihat keberadaan Ernest yang memang ada di sana karena pintu balkon terbuat dari kaca. "Telefon dari siapa hingga dia harus bersembunyi di sana?" Tanya Hiraya dengan sinis. Gadis itu melirik tajam ke arah balkon, seolah-olah tengah melampiaskan kemarahannya pada Ernest padahal pria itu tak menyadarinya. Di sisi lain Ernest langsung menggeser tombol hijau begitu sampai di balkon rumah. Panggilan dari Seok Hyeon adalah alasannya, entah kabar apa yang akan disampaikan oleh rekannya itu. "Halo Seok Hyeon, ada apa?" Tanya Ernest mengawali panggilan. ["Ernest ada hal yang ingin aku sampaikan padamu!"] Seru Seok Hyeon dari balik sambungan telepon, dia terdengar sangat meng

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Bukan Kau Orangnya

    Hiraya akhirnya memilih untuk pergi ke rumah sakit guna mengunjungi Yoshi. Dia sudah lelah berdebat dengan Ernest. Gadis itu memang tidak cemburu, dia hanya sedang kesal kenapa Ernest membiarkan Lee Hyun kembali bekerja tanpa dihukum lebih dulu. Malah pria itu asik berbincang entah dengan siapa dibalik sambungan telepon. "Apa yang ada di otak pria itu sebenarnya?" Tanya Hiraya pada dirinya sendiri begitu dia keluar dari rumah dan hendak menuju mobil. Begitu tangannya akan menyentuh gagang pintu, matanya membulat ketika melihat ad pantulan dua orang pria bertubuh tinggi besar lengkap dengan otot tubuh yang besar-besar. "Astaga Joan, Haru!" Pekik Hiraya sambil membalikkan badan dan memegangi dadanya, dia benar-benar terkejut. Hiraya masih paranoid akibat kejadian di Sungai Han. Jantungnya masih sering berdegup tidak normal begitu melihat ada pria yang berperawakan tinggi besar dan memiliki otot-otot. "Kalian mengagetkan ku!" Sembur Hiraya lagi. "Ah maaf Nona! Kami hanya menjalank

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Mau Terbuka

    "Kau dengar itu Hiraya? Bukan kau yang bersalah dan harus meminta maaf. Jadi berhentilah bersikap seolah-olah kau pelakunya!" Tegas Yoshi yang membuat Hiraya berhambur memeluknya. "Hei hati-hati!" Seru Seok Hyeon dengan khawatir. Dia takut kalau Hiraya tak sengaja menyentuh luka tembak Yoshi yang baru tadi selesai diobati. Hiraya yang paham akan hal itu juga memelankan pergerakan. Dia tentu tidak bodoh atau lupa dengan apa yang sedang dialami Yoshi. "Aku sudah berhati-hati Seok Hyeon, tenanglah!" Setelah acara pelukan itu, Hiraya menjauhkan diri. Dia masih berdiri di samping brangkar tempat Yoshi berbaring. Sementara Seung Jo dan Seok Hyeon ada di sampingnya, dekat dengan kaki Yoshi. "Emm Seok Hyeon, sepertinya kita harus keluar. Dua perempuan ini butuh waktu untuk bicara?" Seung Jo melirik ke arah Hiraya dan Yoshi secara bergantian. Dia memahami kalau keduanya memang membutuhkan waktu dan ruang untuk berbicara antar perempuan dan juga sahabat. Seok Hyeon menyadari ada yang diin

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Detektif Sukarela

    "Ada telfon dari Ernest," ucap Hiraya setelah perbincangannya dengan Yoshi. Ditengah-tengah percakapan mereka, ponsel Hiraya berdering cukup nyaring. Buru-buru Hiraya merogohnya dari dalam saku long coat yang dia kenakan. "Angkat saja, mungkin ada yang penting kan?" Yoshi mempersilahkan. "Hmm ya, aku permisi sebentar." Hiraya mengangguk dan bangkit dari duduknya. Gadis itu keluar dari kamar rawat Yoshi, dia juga menyingkir ke tempat yang lebih tenang untuk mengangkat telfon. "Halo Ernest, ada apa?" Tanya Hiraya begitu dia berhasil menggeser tombol hijau dan panggilan berhasil terhubung setelahnya.["Apa kau masih lama di rumah sakit Hiraya?"] Tanya Ernest dari seberang sana. "Hmm sebenarnya iya, memangnya kenapa? Kau sedang tak ada jadwal kan?" Hiraya berusaha mengingat-ingat jadwal sang aktor, barang kali dia lupa. ["Iya jadwalku masih kosong hari ini, tapi ada seseorang yang datang mencari mu ke rumah."] Papar Ernest. Kening Hiraya berkerut, dia tak merasa membuat janji deng

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Mobil Yang Sama

    Hae Sun dan Lee Rang memang segera pergi dari rumah Hiraya. Mereka benar-benar tak banyak membicarakan kasus kecelakaan orang tua Hiraya. Berjaga-jaga jika Ernest datang atau tak sengaja mendengar semuanya. "Loh Hiraya, mana temanmu?" Tanya Ernest yang baru saja turun. Hiraya menoleh ke arah pria itu. "Mereka baru saja pulang," jawabnya. "Ah begitu," balas Ernest yang ikut duduk di sofa bersama Hiraya. Gadis itu lalu mengangguk, kemudian dia teringat dengan Lee Hyun yang tadi masih ada di rumah mereka saat dia pergi ke rumah sakit. "Oh ya dimana Lee Hyun?" Tanyanya yang menoleh ke sekeliling. "Dia sudah pulang, tak lama setelah kau pergi tadi." Ernest menjawabnya dengan santai. Ernest kemudian menatap Hiraya cukup dalam, tapi juga masih malu-malu. Itu membuat Hiraya bingung, tak biasanya Ernest bersikap seperti itu. "Ada apa Ernest?" Tanya Hiraya. "Begini, aku hanya ingin mengajakmu pergi sebentar besok. Apa ada waktu untuk kita bersantai sejenak?" Ernest mengutarakan maksudn

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Rasa Penasarannya

    Sepanjang perjalanan Hiraya hanya diam, dia benar-benar memperhatikan mobil yang dia kendarai ini. Berbagai pertanyaan muncul di kepalanya, kenapa bisa sangat kebetulan sekali?"Hiraya apa kau sakit? kau diam saja sejak tadi." Ernest menoleh sekilas, meski dia masih fokus dengan kemudinya. Hiraya terlonjak kaget, dia lekas menoleh dan tersenyum palsu. "Tidak kok, aku sehat!""Tapi kenapa melamun, pekerjaan kita tidak banyak hari ini." Ernest kembali bersuara, dia tak puas dengan jawaban yang Hiraya berikan. "Tidak Ernest, hanya saja mobilmu ini mengingatkan ku dengan milik seseorang." Hiraya akhirnya memberikan sedikit clue. Ernest menaikkan sebelah alisnya, "Oh di mana kau melihatnya? Mobil seperti ini kan tak hanya satu, orang-orang di Seoul juga pasti ada yang memilikinya selain aku.""Aku melihatnya di basement agensi saat pertama kali datang ke Seoul. Mobil dengan warna, jenis, dan tipe yang sama dengan milikmu. Mazda MX-5 Miata," jelas Hiraya. Ernest malah tertawa kecil men

Bab terbaru

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Akhir Yang Indah

    Lee Hyun tengah diinterogasi oleh pria yang tidak asing lagi bagi Hiraya, yaitu Seung Jo. Sementara di luar ruangan, tepatnya di tempat dia berdiri ada Ernest dan juga Hae Sun yang tengah melihat semuanya. Ruangan itu memang dipisahkan oleh sekat berupa kaca, sehingga memungkinkan proses interogasi itu disaksikan oleh orang lain. "Hiraya kau harus dengar apa yang dikatakan Lee Hyun sekarang!" Perintah Hae Sun. Sementara Ernest yang ada di sampingnya hanya diam, memandang ke arah Hiraya dengan tatapan yang sulit diartikan. Hiraya pun menurut dan memperhatikan ke depan, tepat di mana Lee Hyun dan Seung Jo. Brak!Seung Jo menggebrak meja yang menghalanginya dan Lee Hyun. Tatapannya tajam begitu melihat mantan asisten sahabatnya itu. "Kau tahu apa yang sudah kau lakukan itu keterlaluan Lee Hyun! Sekarang jelaskan kenapa kau menjebak Ernest!"Lee Hyun malah menyungging senyum miring saat mendengar pertanyaan Seung Jo yang jelas-jelas mengandung kebencian. "Itu tidak keterlaluan Seu

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Tersangka Sebenarnya

    Di sisi lain, Seung Jo tengah menatap garang ke arah dua orang detektif bayaran yang disewa Hiraya. Saat ini aktor bermarga Kang itu memang tengah berada di rumahnya. Dia sengaja memanggil Hae Sun dan Lee Rang untuk dia interogasi. "Apa kalian yakin kalau bukti-bukti memang mengarah pada Ernest?" Tanya Seung Jo dengan nada yang dingin. Lee Rang dan Hae Sun menundukkan kepalanya, mereka tengah duduk bersebelahan. Sementara Seung Jo ada didepan mereka. "Be-benar Tuan Kang! Semua itu memang mengarah pada Ernest, jadi kami juga tidak bisa apa-apa." Hae Sun memberanikan diri untuk menjawab. Seung Jo manggut-manggut, kemudian dia memeriksa beberapa bukti yang ditemukan. Salah satunya adalah pakaian, serta mobil yang dikendarai oleh 'pelaku' saat menyabotase mobil Nam Gil Hyeon di rumahnya sebelum kecelakaan itu terjadi. "Pakaian ini memang sama seperti milik Ernest, aku pernah melihatnya beberapakali. Dan mobil ini juga mobil yang sama dengan miliknya, tapi apa kalian tidak merasa cur

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Memberi Penjelasan

    Pukul delapan malam Ernest sudah bersiap dan menunggu kedatangan Hiraya di tempat yang sudah mereka sepakati. Pucuk dicinta ulam pun tiba, Hiraya datang dengan wajah yang datar mendekati Ernest. Mereka akhirnya memilih untuk duduk ditepi kolam renang yang ada di hotel tersebut."Katakan apa yang ingin kau katakan Ernest, jangan berlama-lama membuang waktuku!" Tegas Hiraya begitu mereka duduk di tepi kolam renang. Keduanya memang duduk berdampingan, tapi dengan jarak yang cukup jauh. Sekitar satu meter jarak antara keduanya. Mendengar ucapan tegas dari Hiraya, Ernest hanya bisa patuh. Lagi pula untuk saat ini hanya penjelasan seperti ini saja yang bisa dia berikan pada Hiraya. "Jadi Hiraya, aku tidak tahu menahu soal kecelakaan yang dialami orang tuamu. Saat kejadian, aku memang berada di kawasan yang sama dengan mereka yakni Itaewon-ro, Yongsan-gu."Ada jeda di kalimat Ernest, dia masih ingat betul apa yang dia lakukan saat itu. Sebab dia juga sedang syuting drama yang cukup berk

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Memberi kesempatan Lagi?

    Tepat setelah mengatakan kalimatnya, Ernest merobek surat perjanjian itu didepan wajah Hiraya. Buka hanya satu kali, pria itu justru merobeknya berkali-kali hingga menjadi kepingan. "Kita tidak membutuhkan surat ini lagi karena bagiku pernikahan kita berlaku untuk selamanya. Aku mencintaimu Hiraya Carlisle, kau milikku sekarang dan selamanya!" Hiraya membulatkan matanya sempurna ketika mendengar perkataan Ernest. Tidak seperti gadis lain yang akan sangat bahagia mendapatkan cinta dari artis tampan nan mapan sepertinya. Hiraya justru ogah-ogahan mendengarkannya"Apa kau sedang mempermainkan aku? Kamu tiba-tiba mengatakan hal seperti ini, untuk apa?" Hiraya mengerutkan keningnya tidak menjelaskan jalan pikiran sang suami. "Hiraya aku sungguhan mengatakan hal ini, jadi biarkan aku bicara dan tolong percayalah." Ernest melipat dua tangannya memohon pada Hiraya. Gadis itu diam, Ernest kemudian menghela nafas panjang. Mungkin dia harus mengatakannya dengan pelan-pelan, dengan begitu pa

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Hal Bohong

    "A-apa maksud mu nona, aku hanya melakukan hal yang benar kan?" Seok Hyeon bertanya hati-hati, jujur dia paling takut kalau road managernya itu marah. Meski laki-laki dan lebih tua dari Yoshi, pria itu tidak berani dengan gadis keturunan Jepang-Korea Selatan yang kalau marah sangat susah dikendalikan. Seok Hyeon tidak mau menjalani hari-hari dengan omelan Yoshi untuk satu minggu kedepan."Hal yang benar ya? Apa menurutmu benar ikut campur dalam urusan rumah tangga orang lain! Mereka itu sudah dewasa jadi untuk apa kamu ikut campur. Ingat Seok Hyeon kamu punya hidup sendiri yang harus diurus juga!" Yoshi melotot dan mengeraskan suaranya satu oktaf dari sebelumnya. Seok Hyeon hanya diam dan menundukkan kepalanya, memang kemarahan Yoshi adalah ketakutan terbesarnya dalam industri hiburan. "Jangan merasa kamu bisa menyelesaikan masalah mereka, sampai-sampai kamu lupa mengurus kehidupanmu sendiri. Karena ikut campur dengan mereka kamu hampir saja melupakan jadwal mu," imbuh Yoshi masih

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Merubah Keadaan

    Beberapa menit sebelumnya, tepat di bandara internasional Incheon. Hiraya merasa kepalanya sangat berat dan memutuskan untuk ke kamar mandi sebentar, karena itulah dia justru ketinggalan pesawat. "Ah apa yang harus aku lakukan, Hiraya Carlisle kenapa kamu ceroboh!" Hiraya kesal pada dirinya sendiri. Dia tengah duduk di terminal dengan pasrah, saat ini dia membutuhkan seseorang untuk bersandar. Hiraya benar-benar merindukan kedua orang tuanya sekarang. Biasanya disaat-saat yang berat seperti sekarang, Hiraya pasti akan bersandar pada bahu keduanya. Tapi sekarang gadis itu harus bisa menahan semuanya sendiri. Setidaknya untuk saat ini, sampai dia kembali ke Indonesia esok hari. Terpaksa Hiraya harus kembali memesan tiket untuk pulang ke Indonesia, tapi sayangnya tidak ada jam penerbangan ke Indonesia lagi hari ini. "Bagaimana ini, aku harus menunggu sampai besok jika ingin pulang. Ah sebaiknya aku pergi untuk menginap di hotel saja," gumam Hiraya sambil menarik kopernya keluar are

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Bantuan Dua Sahabat

    Menyadari bahwa ada hal yang salah dengan semua ini. Seok Hyeon memang buru-buru datang ke rumah Kang Seung Jo. Aktor sekaligus kepala polisi itu tengah duduk di rumahnya pagi ini saat Seok Hyeon datang. "Jadi, kau merasa ada yang salah di sini?" Tanya Seung Jo lagi. Dia perlu memastikan kalau sahabatnya juga memiliki pemikiran yang sama dengannya. Seok Hyeon mengangguk penuh semangat, dia memang sangat yakin kalau ada yang tidak beres. "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Bisa-bisanya orang yang mencurigakan seperti Lee Hyun malah menjadi saksi atas kasus kecelakaan orang tua Nona Hiraya?"Seung Jo terdiam sejenak, dia juga memikirkan hal yang sama. "Tapi, bagaimana bisa hasil penyelidikan Hae Sun dan Lee Rang merujuk pada nama Ernest jika bukan dia pelakunya?" Keduanya lalu terdiam sejenak, sebab saling melontarkan pertanyaan tanpa ada yang berniat menjawab lebih dulu. Kemudian Seok Hyeon kembali bersuara dengan tenang. "Semuanya bisa saja terjadi jika memang sudah direncanaka

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Terlambat

    "Salah apalagi maksudmu Tuan Hwang?" Tanya Yoshi dengan wajah yang menelisik. Hwang Dong Hae menghela nafas panjang, "Aku yakin ada kesalahpahaman di sini. Jadi ku mohon kau tenangkan sahabat mu itu sampai semua masalah yang ada disini terselesaikan! Bilang juga padanya untuk berhenti bersikap kekanak-kanakan!"Ada kilatan amarah yang ada di mata Tuan Hwang, dia tengah menahan emosi yang sudah sampai di ubun-ubun. Pria itu tahu ada yang tidak beres di sini, tapi satu hal yang dia sayangkan. Mengapa Hiraya bisa dengan mudah menelan semua informasi itu bulat-bulat tanpa ia pertimbangkan lagi?Diwaktu yang bersamaan Ernest terengah-engah berlari masuk ke gedung agensi Diamond Entertainment. Suasana ramai sudah mulai tersedia karena agensi itu selalu memulai pekerjaannya diwaktu yang masih sangat pagi.Kaki panjang sang aktor berjalan menuju ruang kerja Yoshi yang memang bersebelahan dengan ruangan sang istri. Tanpa mengucap salam atau basa-basi Ernest langsung bertanya pada Yoshi yang t

  • Perjanjian Yang Tak Terlupakan   Salah Paham Besar

    Nafas Hiraya memburu karena menahan amarahnya, dia mengendarai mobil dengan kecepatan penuh menuju rumahnya. Dia benar-benar muak berada di sini, terutama dengan Ernest dan segala sandiwaranya.Tangan gadis itu kemudian bergerak untuk mengambil ponselnya. Segera dia melakukan panggilan telepon meski dengan satu tangan, karena tangan yang satu harus mengemudi. "Yoshi bisa tolong ke rumahku sekarang, aku ingin meminta bantuan." Hiraya menelpon Yoshi ditengah perjalanan, dia harap temannya itu bisa membantu dia kali ini. Tanpa menunggu jawaban dari Yoshi, gadis itu menutup sambungan telepon dan melanjutkan perjalanan.Setelah dua puluh menit berkendara Hiraya sampai di rumah orang tuanya dan langsung turun dari mobilnya dengan tergesa-gesa.Hiraya langsung membuka laptopnya dan mengetikkan surat di sana, setelahnya dia mulai mengemasi barang-barangnya dan bersiap meninggalkan Korea Selatan untuk kembali ke Indonesia. Ting tong!Bel rumah Hiraya berbunyi, menandakan Yoshi telah sampai.

DMCA.com Protection Status