Jadwal latihan terduga sedikit berbeda dari semestinya, karena secara mendadak Anitta mengatakan mereka akan pergi melakukan pengukuran pakaian. Moreau dan Juan butuh balutan yang pas di tubuh, maupun mengenai sesuatu yang relavan terhadap konsep yang mereka bawa ke turnamen.
Awalnya pelatih mereka meminta pendapat, bahkan menawarkan Barbara sebagai pilihan paling pertama dari daftar beberapa designer, yang jelas – jelas sulit Moreau terima. Dia tahu ibunya. Andai pertengkaran seperti kemarin kembali terjadi di kemudian hari, maka dapat dipastikan selalu muncul ancaman dari mulut wanita itu. Moreau tidak ingin ditempatkan pada risiko riskan, dan pada akhirnya menyerahkan Mrs. Smift sebagai pengajuan alternatif. Cukup lega ternyata Anitta tak menolak. Sebelumnya, semua kesepakatan harus dibicarakan kepada pihak manajemen. Tidak sebegitu rumit kali ini, karena izin segera dikantongi untuk berada di sini. Moreau yang kali antusias disambut Mrs. Smift. Kemarin dia bBenaknya cukup penasaran bagaimana jika dia membuat pernyataan menantang; atau yang tak benar – benar akan dilakukan? Akankah menemukan Abihirt mengutarakan reaksi spesifik. Barangkali yang paling dasar adalah sedikit merasa terancam seperti saat – saat pria itu tak pernah menunjukkan secara terang – terangan? [Bagaimana jika kukatakan kepada ibuku kalau aku bersamamu untuk beberapa waktu dan tidur di kamar-mu semalaman?] Pesan itu tidak dapat diundur ketika secara ajaib Abihirt telah membacanya. Terlalu singkat, andai mereka berusaha tidak terlihat mencolok. Namun, ini sudah dilakukan supaya profil tetap terjaga aman. [Itu akan menjadi urusanmu.] Tampaknya Moreau yang mulai merasa tertantang dari serangkaian kalimat singkat Abihirt. Dia nyaris menambahkan balasan ... seketika tersadar oles beberapa pasang mata menatap ke arahnya. Wajah Mrs. Smift paling signifikan, menyimpan rasa ingin tahu yang membludak terhadap apa yang Moreau lakukan dengan ponselnya. B
Demi Tuhan: seperti ada sesuatu yang Moreau lupakan. Dia tak yakin mengenai apa yang dilalui semalam: nyaris tak menatap dirinya terlalu lama di depan cermin, selain hanya menyisir rambut dan melangkah pergi ketika mobil Juan menunggu di halaman depan gedung mentereng ayah sambungnya. Abihirt terduga meninggalkan banyak bekas kemerahan. Namun, ajakan Anitta juga terlalu tiba – tiba. Moreau tidak bisa mengendalikan yang tersisa, kecuali dia mengajukan perhatian yang gugup supaya tidak melakukan apa pun. Mrs. Smift terus menatap ke arahnya dengan ekspresi wajah menunggu yang panjang, hingga bicara diliputi decakan samar. “Aku tidak akan mendapat ukuran yang pas jika kau masih mengenakan pakaian ini.” Moreau langsung menunduk mengamati kain di tubuhnya. Pakaian panjang ini beserta kerah leher yang tinggi merupakan pemberian Abihirt. Dia tidak tahu dari mana pria itu mendapat inisiatif memberikan pakaian serba tertutup. Tidak cukup ketat,
“Ibumu tahu kau punya pacar?” tanya wanita itu setelah menemukan angka, kemudian mencatatnya di atas lembaran kosong. “Tidak.” Barbara akan cukup sanksi mengenai apa pun yang Moreau ambil sebagai keputusan hidup. Dia lebih senang melakukan segala sesuatu di belakang ibunya. Bukan karena Abihirt adalah pria terlarang dari sudut pandang mana pun, tetapi itulah yang selalu Moreau hadapi. Dia bahkan tak berniat memperkenalkan Froy, terutama saat Barbara akan tahu hubungan seperti apa antara Abihirt dan mantan kekasihnya. “Wanita berang – berang itu pasti akan marah kalau tahu kau berpacaran. Tadinya kupikir hubunganmu dan Juan, yang sebatas sahabat adalah peluang untukku menjodohkanmu dengan putraku. Tapi ternyata kau sudah punya pria lain.” Moreau tidak mengerti ke mana arah pembicaraan Mrs. Smift. Mereka membutuhkan dimensi bra dan harus melakukan pengukuran di bawah payudara. Itu sedang dikerjakan ketika Moreau mencari jawaban yang tepat.
“Aku pikir kau sudah lupa arah jalan pulang.” Moreau baru menginjakan kaki di ruang tamu, tetapi dia harus mendapati ibunya di sana, sedang menunggu seolah waktu yang wanita itu miliki hanya didedikasikan untuk satu hal. “Ke mana saja kau tadi malam?” Kali ini pertanyaan langsung dibiarkan ngambang di sekitar udara. Moreau tidak tahu apakah perlu memastikan kapan saat – saat yang tepat mengatakan jawaban. Barangkali dia tidak akan pernah mendapat kesempatan jika mengabaikan segala hal di sini. “Ke mana saja, yang penting menjadi tempat untukku tidur dengan nyaman.” Keberanian di balik suara Moreau sepertinya mengatur reaksi Barbara dengan telak. Wanita itu segera bangun dan melipat tangan di depan dada. “Kau tinggal mengatakan secara spesifik ke mana kau semalam. Aku tahu kau tidak pergi ke kediaman Juan, bukan berarti harus membiarkanku berpikir terlalu jauh,” ucap wanita itu. Ekspresi wajah masam yang kentara terungkap sangat jelas, semacam per
Moreau bisa menebak yang sebenarnya. Sebuah korelasi antara Samuel dan Barbara. Rasa penasaran mendadak muncul; dia setengah memikirkan siapa yang paling penting untuk disalahkan. Ibunya jelas – jelas memiliki hubungan terselubung dengan Samuel. Apakah pria itu juga orang yang sama dilihatnya di ponsel Abihirt? Masuk akal jika pemikiran tersebut nyatanya menghadapi pendekatan nyaris tak berjarak. Moreau menggeleng samar ... begitulah yang harus dia katakan. “Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan, Mom. Tapi kau tidak becanda, kan?” Sudut bibir Barbara berkedut tipis, tepatnya hampir berdecih, tetapi masih sedikit menahan diri. “Tidak. Aku tak sedang becanda. Jika kau setuju, aku akan mengatur jadwal pertemuan kalian.” “Kau tak perlu repot – repot mengatur jadwal kami. Aku tak akan pernah setuju,” bantah Moreau tegas. Ini yang ingin Barbaca bicarakan, dan tidak baginya. Andai Moreau tahu akan ada permintaan lagi, alih – alih wanita
Suara pintu kamar terbuka mengingatkan Moreau bahwa dia sedang tidak sendirian dengan pikiran yang berkecamuk. Tubuhnya segera bergeser waspada setelah diliputi posisi menelungkup dan memeluk bantal sembari memainkan ponsel tanpa minat. Mengungkit – ungkit bukan suatu tindakan yang Moreau masukkan ke dalam daftar kebiasaan, tetapi Barbara telah membiarkannya melakukan tersebut. Ntah hal apa lagi yang wanita itu lakukan, sehingga secara mengejutkan Abihirt muncul; berhenti sekian jengkal jarak sekadar memandanginya di atas ranjang. Terserah jika pria itu akan terjebak di sana. Moreau tak berniat mengatakan sesuatu. Belakangan dia cukup mengenal ayah sambungnya untuk mengetahui kebutuhan pria itu akan cukup signifikan. Abihirt tidak mungkin datang tanpa tujuan. “Ibumu memintamu ke dapur untuk makan malam.” Sesuatu yang lain mengambil alih. Ini hampir tidak pernah menjadi bagian dari sepetak sikap ibunya. Gagasan Barbara mengenai makan malam usai segala sesuatu yang selalu membuat m
“Benarkah? Aku rasa tadi kau terkejut.” Moreau mendengkus. Mereka benar – benar tidak pernah akur sehingga tak perlu memikirkannya terlalu jauh. Biarkan Barbara bicara dan dia tidak akan memasukkannya sebagai kata – kata yang menyinggung, meski tahu bahwa sebenarnya Barbara sedang menyindir: bahwa sesuatu yang Moreau pikir spesial, ternyata tidak seistimewa yang dibayangkan. Dia hanya pilihan ketika ibunya selalu menjadi yang utama. “Abi bilang dia tidak punya maksud apa – apa saat memilih gelang itu untukmu.” Itu pula yang Abihirt katakan. Moreau mengerti ... ibunya tak perlu bersusah payah merunut lebih jelas. Tidak. Walau secara mengejutkan Abihirt mulai bersuara. “Sudahlah, Barbara.” “Kenapa? Moreau juga harus tahu.” “Kita sedang di meja makan. Bisakah kau tutup mulutmu dan gunakan itu untuk menyelesaikan makanan di sana?” Rasanya sudah cukup. Moreau tak ingin mendenga
[Jika dia tidak mau melakukannya. Artinya aku harus membayar kerugian besar. Aku tidak punya uang sebesar yang ditagihkan kuasa hukum Mr. Halland sebagai itikad baik.] Sebuah pesan dari Samuel usai beberapa saat Barbara memberitahukan hal paling penting bagi mereka. Moreau jelas – jelas sudah menolak untuk apa pun yang dia perintahkan. Tidak ada hal yang bisa dijadikan senjata untuk memerangi putrinya. Keberanian penuh tekad di mata Moreau sudah mengatakan semua dengan jelas. Barbara tidak ingin mengambil risiko besar jika dia sampai membiarkan Moreau mengambil tempat dan melibatkan Abihirt untuk benar – benar mengendalikannya. Dia secara tentatif menjatuhkan perhatian pada pria yang terlihat serius berurusan dengan laptop di pangkuan. Abihirt sedang mengerjakan sesuatu, dan bagian mengejutkan ... Barbara tidak memiliki uang yang cukup untuk dipinjamkan kepada Samuel. Hanya Abihirt kunci terakhir, tetapi dia menatap suaminya sangat bingung. Tidak yakin apakah Abihirt akan setuju m