Share

Miliknya

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-30 13:51:48

“Kau ingin aku membawamu ke mana setelah ini?”

Abihirt bertanya sembari meremas payudaranya. Tidak tahu kapan pria itu telah menyusupkan satu tangan di balik pakaian yang dia gunakan, tetapi sangat jelas jika lilin sengaja dibiarkan tetap tertanam di dalam tubuhnya.

Moreau menggeleng samar. Sesaat menelan ludah kasar, lalu berkata, “Aku ingin bertemu Sheikh – Sheikh kaya.”

Dia tidak salah mengucapkan hal tersebut. Hanya berpikir realistis bahwa seperti ibunya; dia juga membutuhkan pria kaya raya. Di Dubai, akan sangat mudah menemukan uang berjalan, meski Moreau akui hampir melihatnya setiap hari di balik bahu Abihirt.

Ayah sambungnya menggeram. “Bukan itu yang kutanyakan.”

Nada tidak suka begitu kentara di balik suara serak dan dalam pria itu. Moreau mengernyit. Dia tak akan mengerti—ya, tidak akan mengerti ketika pada akhirnya menyadari apa yang seharusnya menjadi jawaban paling tepat. Ingin Abihirt membawanya untuk mengelinjang hebat.

“Bawa aku
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Puji Chelsky
masih lama ya kak ketahuan nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Perjanjian Terlarang   Risiko Besar

    “Mengapa kau tak bilang dari kemarin kalau sudah selesai datang bulan?” Suara serak dan dalam Abihirt terdengar parau. Sesuatu yang tidak Moreau gulung terlalu lama. Dia hampir lupa mengenai hal itu. Belum lewat lima hari dan memang telah selesai. Hanya tidak menyangka jika ayah sambungnya akan cukup teliti mengenai privasi semacam ini. “Mengapa aku harus mengatakannya kepadamu?” Perlu dipertimbangkan kembali bahwa Moreau sedang berada di masa subur. Dia sebaiknya mengingatkan Abihirt bahwa ini akan berisiko besar. Tidak ada pengaman. Tidak ada persiapan. Mereka bergairah dengan cepat dan semalam .... Moreau tidak tahu apakah perlu merasa cemas, meski Abihirt membuatnya menelan habis bagian dari pria itu diliputi kata – kata yang menjanjikan. “Kau sengaja membuatku menunggu lama.” Protes sarat nada menuduh di balik bisikan ayah sambungnya secara naluriah memberi Moreau desakan untuk menggeleng samar. Dia menggeliat waspada. Ingin melepaskan d

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • Perjanjian Terlarang   Squirt

    “Abi ....” Suara Moreau tercekat. Lidah Abihirt menyeka masuk ke inti tubuhnya. Bahkan pria itu mencelupkan satu jari ke dalam—sengaja bergerak tentatif di sana, sehingga dia nyaris mengangkat pinggul saat merespons setiap rangsangan yang suami ibunya berikan. Benar – benar nikmat. Moreau persis mendeteksi ada gelenyar yang ingin lepas, seperti ingin mengeluarkan sesuatu, tetapi dia takut mengencingi wajah pria itu. Telapak tangannya segera mengepal erat pada kain apa saja di ranjang. Bahkan bergerak gelisah. Sial, semakin berusaha menahan diri ... rasanya dia akan lebih meledak. Abihirt tidak berhenti dan itu membuat Moreau kewalahan. Dia mengeluarkan suara mencicit—nyaris menyerupai desahan, lalu semua lepas begitu saja. Moreau merasakan sesuatu merembes. Kain – kain di sekitar pinggulnya perlahan membasah. Dia memerah saat Abihirt mengambil sedikit jarak dengan seringai samar ketika mereka melakukan kontak mata. “Aku pipis?” Napas Moreau menggebu s

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Perjanjian Terlarang   Rahasia

    Sorot mata Moreau dan iris kelabu di sana sempat saling terperangkap. Embusan udara terdengar lebih brutal—penuh pelampiasan. Mereka telah meledak hebat. Dia tidak mencoba sekadar mengatakan sesuatu, membiarkan jeda beberapa saat, lalu Abihirt segera menyembunyikan wajah di antara ceruk lehernya. Mulut yang terasa hangat hanya dibiarkan terlalu lama bersentuhan dengan beberapa helai rambut panjang yang melekat hingga di sekitar garis bahu. “Aku ingin tidur.” Moreau tidak bicara asal. Dia lelah, seperti memang mengantuk. Barangkali karena telah menunggu terlalu lama, dan ketika Abihirt menyelesaikan pelbagai urusan bisnis bersama Sheikh, pria itu malah menyentuhnya dengan beberapa adegan intim yang menyenangkan. Sedikit pergerakan kecil terdeteksi ketika Abihirt bergeser. Moreau terpaku saat pria itu mengambil jarak diliputi kedua tangan menekan di permukaan ranjang, seperti ada sesuatu yang dipikirkan, kemudian wajah ayah sambungnya berpaling ke sekitar. “S

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • Perjanjian Terlarang   Gurun

    “Jangan bergerak!” Moreau menyerahkan perintah secara naluriah usai mendeteksi gerakan menghindar yang samar dari ayah sambungnya. Dia sudah berusaha berjinjit lebih tinggi dan sikap enggan pria itu hanya akan membuat tindakannya menjadi sia – sia. “Menunduklah sedikit, Abi.” Atau seperti ini lebih adil. Moreau menarik dua sisi dari jaket kulit di tubuh Abihirt, supaya ayah sambungnya bersedia membungkuk, maka dia bisa lebih leluasa memoleskan tabir surya di wajah pria itu. Mereka pergi ke pusat pebelajaan untuk ini dan dia tidak akan membiarkan Abihirt menolak begitu saja. Menolak setelah mereka sampai di sini. Sekarang ayah sambungnya sudah menemukan jawaban; di mana tempat yang Moreau untuk mereka datangi. Padang pasir. Dan yang paling dia inginkan adalah menunggangi unta, tetapi sebelum itu, Moreau akan senang jika mereka menjelajahi hamparan pasir di bawah terik matahari. Hanya perlu meyakinkan ayah sambungnya supaya sedikit lebih terbiasa meneri

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Perjanjian Terlarang   Cantik

    Moreau tidak tahu percakapan di antara mereka. Secara teknikal dia tidak mengerti bahasa Arab, tetapi ayah sambungnya terdengar mengatakan setiap kata begitu lancar; itu dapat diduga dari lawan bicara yang terlihat tidak mengalami kesulitan menanggapi—mungkin tentang urusan penting. Moreau seharusnya menjatuhkan perhatian pada bagaimana jemari Abihirt melipat kain sorban dan tampaknya juga merupakan hal biasa; hal yang sering dilakukan. Sayangnya, dia tetap merasa terkejut, terutama ketika pria itu menarik tubuh mereka saling berhadapan. Tidak ada protes terungkap dari bibir Moreau. Hanya terus memperhatikan setiap detil tindakan dari Abihirt. Tangan pria itu bergerak persis mendekatkan sorban di kepalanya, menempelkan pada bagian penting di kening, lalu mengatur gulungan sorban menjadi lipatan indah dengan rambut yang dibiarkan tergerai panjang. Rasanya benar – benar terlalu mudah menyaksikan Abihirt melakukan segala sesuatu di sana. Moreau tak bisa menahan diri, b

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02
  • Perjanjian Terlarang   Menunggang Unta

    “Kau yakin hanya akan menuntunku saja? Tidak mau ikut menunggang unta bersamaku?” Mereka telah melakukan perjalanan terlalu jauh. Moreau sendiri tidak yakin apakah ayah sambungnya akan sanggup melangkah lebih lama. Pria itu benar – benar hanya menuntun. Berjalan di samping unta, menyusuri hamparan gurun pasir yang panjang, sementara dia menunggang dengan tenang dan sesekali memperhatikan Abihirt ketika pria itu terlihat sangat berkeringat. Ada satu bagian—persis tidak bisa Moreau lewatkan. Kulit Abihirt terlihat murni. Ujung hidung pria itu memerah. Sebuah reaksi ajaib di mana panas terik membuat ayah sambungnya terlihat seperti bayi yang dijemur di pagi hari. Moreau tidak tahu apakah dia perlu tersenyum. Terus mengagumi. Atau memaksa Abihirt supaya bersikap setuju. Masih belum ada tanggapan dan sepertinya itu tidak akan berjalan dengan mudah. “Jangan bilang kau tidak tega melakukannya. Maksudku, menunggangi unta,” dia bicara tanpa berpikir ternyata akan san

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Perjanjian Terlarang   Foto Candid

    “Aku tidak mau melakukan hal konyol seperti ini.” Suara serak dan dalam pria itu—ntah terdengar menyerupai bisikan kecil, meski Moreau dapat mendengar sangat jelas, bahkan menafsirkan nada enggan yang begitu kentara di sana. “Ini tidak konyol,” dia membantah setengah jengkel. “Tapi kau yang tidak punya selera humor,” dan meneruskan dengan kata – kata jujur. Abihirt terlalu kaku. Sungguh sangat tidak menyenangkan jika ayah sambungnya masih akan bersikap seperti itu. “Sekarang lihatlah ke kamera.” Ahmed sudah begitu siap. Moreau tidak akan membiarkan Abihirt hanya diam tanpa minat. Secara naluriah memeluk lengan pria itu—memaksa supaya ayah sambugnnya bersiap – siap. Sementara dia melebarkan sudut bibir ke arah kamera. “Tersenyumlah sedikit, Mr. Lincoln.” Abihirt mati gaya. Itu yang sudah bisa Moreau duga. Dia diam – diam mengembuskan napas kasar dan menarik lengan ayah sambungnya lebih dekat. Paling tidak, ini tak akan terlihat buruk saat dia haru

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-03
  • Perjanjian Terlarang   Villain

    “Kau terlihat seperti villain, kau tahu itu?” Moreau berkomentar tanpa sadar saat dia masih mengulik ponsel ayah sambungnya untuk memilih foto mana yang perlu dipertahankan dan tidak. Walau sebenarnya hampir tidak ada yang tersisihkan, karena dia nyaris menyukai semua hasil tangkapan gambar Ahmed. Bahkan potret terakhir sekalipun dengan ekspresi wajah terkejut begitu kentara di sana; di mana sikap Abihirt benar – benar membuat wajah Moreau terbenam di antara lengan pria itu yang menjepit. Dia diam – diam tersenyum membayangkan kembali kejadian tersebut. Berpikir jika ayah sambungnya merupakan tipikal orang yang jahil. Hanya diberi sampul berupa gunung es untuk tidak mencair begitu saja. Bagaimanapun ini kali kedua Moreau mendapati Abihirt bersikap lepas terhadap pengendalian diri yang murni. Tentu tidak menduga – duga secara asal. Lagi pula, mereka memutuskan segera kembali ke hotel setelah pria itu memastikan dia telah merasa puas, meski sebenarnya tidak. Hanya tid

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-04

Bab terbaru

  • Perjanjian Terlarang   Tidak Bisa

    Belum ada tanggapan signifikan. Iris biru terang Moreau segera bergerak. Dia memikirkan beberapa cara; prospek paling bagus tentunya. Tidak banyak, tetapi itulah yang dia lakukan. Ya, dengan merenggut burger di tangan Abihirt. Mencoba menahan rasa sakit saat melakukan satu gigitan kecil dan dia tetap menatap wajah ayah sambungnya sebagai reaksi paling murni. “Kau lihat? Aku bisa makan sendiri. Sekarang keluarlah,” ucap Moreau setelah berhasil menelan potongan burger di mulutnya. Cukup lama menunggu Abihirt memberi tanggapan ketika pria itu menyimpan begitu banyak keinginan tetap di sini. Sama sekali tidak ada peringatan saat Moreau merasakan sentuhan dari ujung jemari suami Barbara di sudut bibirnya. Mereka tidak melakukan kontak mata, karena Abihirt sendiri hanya menjatuhkan perhatian pada bekas membiru di sana. Mengusap tentatif, seolah pria tersebut mengerti betapa itu yang seharusnya memang dilakukan. Mungkin ayah sambungnya menganggap Moreau seperti serpihan

  • Perjanjian Terlarang   Masih Sama

    Tangan pria itu cukup dekat di depan bibirnya, tetapi Moreau dilingkupi keraguan besar, yang seakan tak pernah lepas di sana. “Tidak, Abi.” Moreau segera menunduk. Menghindari apa pun yang akan terjadi di antara mereka. Abihirt akan terus memaksa. Dia mengerti; sangat jelas mengerti jika pria itu tidak akan pernah berhenti. “Aku akan pergi setelah kau menyelesaikan burger-mu ini.” Itu adalah bentuk rayuan di mana Moreau nyaris tidak bisa memikirkan pelbagai macam penolakan. Dia memang tidak ingin Abihirt terlalu lama di sini dan sepertinya pria tersebut memahami bahwa situasi di antara mereka sedang menghadapi bentuk negosiasi paling adil. Tubuh Moreau sedikit tersentak merasakan sapuan ringan dari ujung jemari yang terbungkus plastik. Abihirt menuntut supaya dia menengadah dan mereka melakukan kontak mata. Sangat menyedihkan betapa Moreau hampir tidak bisa menahan diri; lagi – lagi menepis lengan ayah sambungnya untuk bersikap lebih wajar. “Aku akan

  • Perjanjian Terlarang   Yang Lebih Besar

    Moreau tidak pernah membayangkan jika Abihirt akan kembali dalam waktu singkat. Dia terkejut dan bagaimana reaksi pria itu hampir tertahan ke udara. Rasanya seperti nyaris membiarkan pintu menghentak keras di wajahnya, tetapi mereka sama – sama terdiam untuk beberapa saat. Ini terlalu buruk. Aneh membayangkan bahwa Moreau akan terdesak dalam situasi canggung bersama pria yang masih menjulang tinggi. “Kau seharusnya tetap duduk di tempatmu.” Butuh jeda cukup lamat untuk kemudian suara serak dan dalam Abihirt menyelinap di tengah keheningan. Moreau tahu, tetapi keinginannya sangat jelas. Dia menatap pria itu enggan, kemudian berkata, “Keluarlah, Abi. Aku tidak ingin ada masalah apa pun. Hari ini sudah cukup melihat banyak kekacauan di sini. Aku tidak ingin menjadi sasaran empuk ibuku.” Dan mengakhirinya dengan pelbagai luapan, meski itu bukanlah ledakan hebat. Moreau tidak tahu bagaimana dia harus berusaha menahan diri jika teriakan menggelegar justru akan meninggal

  • Perjanjian Terlarang   Perhatian Kecil

    “Makanlah sedikit.” Moreau tidak berharap dia akan terlalu peduli, tetapi pengkhianatan dalam dirnya sering kali menjadi bagian tidak terkendali. Cukup memikirkan bahwa Abihirt tidak mengungkapkan reaksi spesifik. Tidak. Dia menilai terlalu cepat. Lupa jika ternyata sikap kontradiktif ayah sambungnya selalu lolos dari bentuk dugaan yang dia ambil. “Aku tidak makan burger.” Hanya itu. Berikutnya Moreau harus menarik kembali uluran tangan dan menjauhkan burger dari hadapan Abihirt. “Kau seharusnya membeli makanan yang lebih sehat untuk dirimu sendiri,” dia bergumam nyaris tanpa sadar. Ingin memulai dengan satu gigitan penuh di sana, tetapi pendekatan tak terduga terhadap sensasi dari bekas tamparan Barbara seketika mengambil tempat. Moreau menunjukkan reaksi murni dengan menyentuh rahangnya. Sungguh, tidak pernah bermaksud menarik perhatian Abihirt; mungkin pria itu menyadari bahwa hal tersebut adalah dampak yang menyakitkan. Mereka hanya tidak tah

  • Perjanjian Terlarang   Kemunculan

    Sudah cukup. Mereka bisa mengakhiri perjanjian tanpa menunggu enam bulan selesai. Tidak ada yang perlu diselesaikan. Semua hanya akan menjadi racun dan bagaimanapun mereka tahu bahwa dampaknya akan terlalu buruk untuk dihirup bersama. Legalitas dapat menjadi bagian paling besar, apalagi sampai menimbulkan lubang berbahaya yang menyeret dengan cara tak terduga. Tak seorang pun menginginkan hal demikian terjadi. Moreau terutama. Dia menghela napas sesaat. Paling tidak, perlu merasa lega bahwa ternyata Abihirt akan berhenti menghubunginya. Layar yang sesaat menyala, sekarang kembali meredup. Tidak tersisa suara getaran. Ya, ini yang Moreau harapkan. Dia mungkin tidak akan segera tidur. Namun, keheningan sudah cukup untuk tidak meninggalkan begitu banyak peristiwa menyedihkan yang membekas di benaknya. Biarkan waktu terus berjalan, maka dia akan terlelap sendirinya. Sayangnya bukan hal – hal lain yang Moreau inginkan. Sama sekali tidak berharap bahwa akan terdengar

  • Perjanjian Terlarang   Menghubunginya

    Getar ponsel di atas nakas, menyelinap di tengah keheningan. Moreau tersentak pada situasi yang terasa begitu mencengkeram. Satu tamparan Barbara seperti meninggalkan jejak dan merekat di benaknya. Dia tidak tahu bagaimana membayangkan bahwa ini hanyalah salah satu refleks singkat. Segera mengernyit samar; lalu berusaha memahami situasi di mana dia tidak pernah mengira akan tertidur lelap, bahkan tanpa pernah merencanakan niat menghindari masalah yang telah wanita itu luapkan. Napas Moreau berembus tanpa sadar. Ini beranjak terlalu jauh, tetapi satu petunjuk di sana segera menuntutnya merangkak ke sudut ranjang. Dia mengulurkan tangan untuk merenggut benda pipih—masih bergetar di atas ranjang. Panggilan suara dari Abihirt, tetapi itu segera berhenti bahkan sebelum Moreau dapat mengangkatnya. Suami Barbara mungkin ingin membicarakan sesuatu. Mereka tidak bisa bertemu. Dia tak ingin bertemu siapa pun. Sedikit terkejut setelah menyadari waktu nyaris tengah malam terungkap

  • Perjanjian Terlarang   Akhiri

    Sambil menghela napas kasar, Barbara berusaha tenang dan tetap memastikan tidak tersisip ledakan hebat. “Baiklah, Abi. Aku salah. Kami menjalani hubungan gelap. Tapi, aku tidak akan mengambil tindakan nekad, jika kau tidak bersikap dingin seperti ini. Kau selalu seperti ini. Kau sibuk dengan duniamu sendiri, seolah kau tidak pernah menikah. Kau sudah menikah, seharusnya bisa lebih peduli pada situasi di sekitarmu. Bahkan terhadap keluargamu sendiri kau bersikap seolah kau adalah orang asing.” Ironinya tidak. Barbara tidak bisa menahan diri ketika dia meluapkan sesuatu yang terpendam dalam dirinya dengan menggebu – gebu. Udara di rongga dada bergerak secara tidak teratur. Namun, Abihirt masih terlihat begitu tenang. “Kau ingin bercerai?” Satu bagian tak terduga adalah pria itu bertanya tanpa emosi tersirat di balik suara serak dan dalam yang merambat sayup di udara. “Tentu saja tidak!” Barbara membantah tegas. Dia tidak terima jika Abihirt mengajukan

  • Perjanjian Terlarang   Terbongkar

    Kebodohannya sungguh tidak pernah terbayangkan akan berakhir pada momen menyedihkan. Betapa Barbara ingin melarikan diri dari situasi yang tak akan pernah bisa dia hadapi. Semua menjelma sebagai kekacauan yang dahsyat. Gumpalan kebohongan telah membentuk serangkaian agenda rumit, sehingga bertingkat – tingkat pula ruang yang bisa ditemukan untuk terbebas. Terutama saat Abihirt berkata, “Caroline sudah cukup tua, jika kau tak lupa. Organ reproduksinya sudah tidak bekerja. Untuk apa mengantisipasi kehamilan dengan alat kontrasepsi?” Sial. Barbara seharusnya tidak melewatkan bagian terpenting seperti ini. Dia tak bisa melupakan begitu saja jika Abihirt pandai menganalisis. Pria itu tidak bodoh. Tak mudah terperangkap ke dalam prospek tidak masuk akal yang dia rangkai sedemikian rupa. Caroline memang sudah cukup tua. Sangat jelas bagaimana Barbara seperti tanpa sengaja melakukan bunuh diri. “Tidak tahu. Bisa saja karena Caroline punya semacam fetis aneh,” dia berkata dengan keteganga

  • Perjanjian Terlarang   Penyangkalan

    “Mengapa harus tahu namanya?” Barbara bertanya cukup hati – hati. Tidak ingin mengambil kesalahan mutlak. Biarkan identitas Samuel tetap anonim, maka Abihirt tidak akan mendesaknya lebih jauh daripada ini. “Untuk memastikan tidak ada yang kau sembunyikan.” Suara serak dan dalam Abihirt nyaris menyerupai desis saat sekali lagi kembali ke permukaan. Pria itu terlihat begitu penasaran; besar; penuh dengan gairah mendominasi dan betapa kelam di sana. Sekujur tubuh Barbara mendadak tegang. Pandangannya berpendar ke segala arah agar bisa menemukan jawaban paling tepat. “Memangnya apa yang aku sembunyikan?” Berpura – pura tidak tahu apa pun adalah jalan pintas. Hanya sangat disayangkan jika ternyata Abihirt akan menunjukkan sikap muak. Pria itu memutuskan kontak mata, seolah – olah ... untuk saat ini butuh jeda supaya tidak lepas begitu saja, lalu mengatakannya dengan sangat jelas, “Hanya kau yang tahu, Barbara.” Perlu usaha serius sekadar memainkan ekspresi.

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status