Setelah selesai kelas memasak, Sabrina diantar oleh supirnya ke restoran. Sesampainya di sana ia langsung sibuk dengan apa yang telah di ajarkan sang mama, ia tak ingin mengecewakan keluarga kandung yang sudah sangat baik memberikan kemudahan padanya sehingga sungguh-sungguh saat mulai dipercaya mengelola restoran.Sabrina melupakan kartu nama yang Reyhan berikan, ia fokus pada layar laptop dan sesekali membaca laporan di meja kerjanya."Jam berapa ini, pantas saja perutku sudah lapar," ucap Sabrina.Wanita cantik itu berjalan keluar dari ruangannya menuju dapur, ia memperhatikan para koki dan asistennya sedang sibuk membuat menu yang di pesan pelanggan. Lalu Sabrina keluar dari dapur dan melihat para pelanggan yang ternyata sedang ramai."Mbak, tolong minta koki untuk buatkan 1 porsi menu best seller di sini sama minumannya ya, lalu antar ke ruangan saya!" ucap Sabrina kepada salah satu waiters."Baik, Nona Sabrina," jawab waiters itu.Sabrina kembali berjalan menuju ruangannya, sete
Setelah Sherly dan Yono puas melepas hasrat bersama, Yono pun memberi uang pada Sherly kemudian pergi melalui pintu belakang kembali. Sherly hanya tersenyum lalu merapihkan kamar dan mandi, setelah mandi wanita itu berjalan ke kamar sang mertua. "Kenapa mama menangis?" tanya Sherly melihat bekas air mata di pipi Dina. Wanita paruh baya itu gak menjawab pertanyaan Sherly, ia hanya melirik jam dinding yang ada di kamar berharap Ryan segera pulang. Entah bagaimana caranya ingin sekali ia menceritakan hal itu kepada anaknya, meski tak tahu Ryan akan mengerti atau tidak dengan ucapannya. "Hei mama mertua yang merepotkan, apa kamu menangis karena mendengar suara kenikmatan ku tadi?" tanya Sherly. Dina merasa seprai saat mendengar pertanyaan Sherly, rasanya sangat ingin mengumpat wanita yang ada di hadapannya. Namun, Dina sadar jika dia melakukan hal itu pun hanya membuang energi karena Sherly tak akan mengerti dan hanya berakhir dengan ejekan saja. Sherly tersenyum dan duduk di sam
"A-aku ... Mama muntah aku sedang membersihkannya, Mas!" ucap Sherly dengan suara terbata-bata karena hampir saja ketahuan oleh Ryan. "Mama muntah?" tanya Ryan khawatir. "I-iya, tapi hanya sedikit lihatlah wajahnya pucat mungkin badannya benar-benar merasa tidak enak dan harus segera di bawa ke rumah sakit," ucap Sherly melanjutkan mengarang. Ryan menatap wajah sang mama yang memang terlihat memerah, ia percaya dengan ucapan sang istri yang mengatakan Dina muntah dan tidak enak badan. Padahal wajah Dina pucat dan berangsur memerah karena di cekik oleh Sherly. Seketika air mata menetes di pipi wanita parah baya itu, entah apa yang terjadi bayangan masalalu tiba-tiba terlintas di kepalanya. Saat Syifa menjadi menantunya, kerena hal sepele Dina bertengkar dengan sang menantu dan dengan tega mencekik lehernya. Pada saat yang sama Ryan pulang kerja dan melihat apa yang di lakukan Dina, tetapi ia malah berbohong mengatakan jika sedang mencoba menolong Syifa yang tersedak makanan. "
(Sabrina, kalau sudah sampai rumah langsung mandi dan ganti baju ya. Orang butik akan segera datang mengantar gaun, nanti kamu pergi dengan supir menyusul mama dan papa makan malam dengan teman lama kami.)Begitulah pesan singkat yang dikirim Amalia kepada Sabrina, janda cantik itu hanya bisa menghilang nafas karena takut apa yang baru saja dikatakan oleh Vira mungkin akan terjadi.Sebagai anak yang baru bertemu dengan orang tua kandung dan diberi segala kemewahan dan kemudahan, tentu membuat Sabrina sungkan untuk menolak permintaan orang tuanya. Namun, jika sampai di jodohkan ia tidak mau dan akan berusaha menolak dengan lembut.(Iya, Mah. Aku baru saja sampai rumah nanti aku menyusul dengan supir.) Balas Sabrina.Tak lama kemudian seorang datang dan memberikan gaun yang sangat cantik untuk Sabrina, Vira dengan sigap dan sopan menerimanya dan mengantar Sabrina ke kamar untuk mandi."Tuh kah apa saya bilang, Nona. Pasti akan di kenalkan dengan anak pengusaha itu," ucap Vira."Kalau h
"Bisa dong, biasanya perempuan yang ketemu kak Rio langsung bilang. Kak Rio itu keren, tapi sayang kaya mayat hidup terlalu dingin," ucap Mesya."Mesya, hentikan. Aku masih ada di sini, bisa-bisanya kamu membicarakan ku seperti itu!" ucap Rio.Mesya memanyunkan bibirnya, sementara Sabrina hanya tersenyum kikuk. Waktu terus berlalu begitu saja, tak terasa sudah semakin malam dan mereka pun memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing.Mesya meminta nomor telepon Sabrina, sepertinya gadis itu menyukai Sabrina sejak awal bertemu. Hal itu membuat Jesika kesal karena ia tahu hanya Mesya yang berani dekat dengan Rio, mendekati Mesya salah satu cara mendekati Rio. Namun, selama ini gadis itu pun tidak mudah di dekati selalu ada saja alasan yang membuat Jesika tidak punya kesempatan dekat dengan Mesya."Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi ya, Kak Sabrina," ucap Mesya."Sabrina itu sibuk, mama dengar dia mengelola restoran SS Kitchen. Jadi kamu jangan ganggu dia," ucap Hana teman lama Amalia."G
"Apa yang kalian lakukan berdua di sini?" tanya Satria."Tuan, saya hanya sedang melihat-lihat," jawab Athar.Satria ingin memanggil sang adik untuk sarapan bersama, tetapi melihat pintu kamar terbuka lebar dan mendengar suara lelaki di dalam kamar tersebut. Saat masuk kedalam tak menyangka jika Athar yang sedang berbincang dengan saudara kembarnya itu."Laki-laki dan perempuan, hanya berdua di dalam kamar. Apa kalian ingin berbuat macam-macam?!" tanya Satria.Sabrina dan Athar membulatkan mata mendengar ucapan Satria. Mereka sama sekali tak ada niat kearah sana, Sabrina hanya ingin mengajak Athar untuk melihat kamarnya. Wanita itu ingin menunjukkan bertapa bersyukurnya ia setelah bertemu dengan keluarga kandung dan mendapat banyak perubahan dalam hidup."Saya tidak berani, Tuan. Kami di sini hanya ingin melihat-lihat saja," ucap Athar."Aku harus beritahu hal ini pada mama dan papa," ucap Satria."Jangan, Kak Satria," ucap Sabrina memegang lengan saudara kembarnya.Ia tak ingin kejad
"Pernah," jawab Athar."Serius, siapa wanita yang bisa membuat kamu jatuh cinta. Kok kamu nggak pernah cerita sama aku?" tanya Sabrina.Athar hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Sabrina, ia tetap fokus dengan kemudinya dan melihat ke depan. Sabrina yang penasaran terus bertanya kapan Athar jatuh cinta dan Siapa wanita yang membuatnya jatuh cinta."Athar, ayo dong ceritain. Kapan kamu jatuh cinta dan siapa wanita itu?" tanya Sabrina."Udah lama banget, tapi wanita itu bikin aku patah hati karena dia menikah dengan lelaki lain," ucap Athar."Ya ampun, kasihan banget kamu. Emang kamu belum sempat mengungkapkan perasaan kamu kepada wanita itu?" tanya Sabrina."Nggak berani, aku takut ditolak," jawab Athar."Kamu itu ganteng dan pintar, masa sudah menyerah sebelum berperang. Coba kamu dulu ungkapin perasaan kamu sama perempuan itu, Siapa tahu dia juga suka sama kamu dan nggak nikah dengan lelaki lain," ucap Sabrina."Jadi menurut kamu aku ganteng dan pintar?" tanya Athar."Iya, bukti
"Syifa?" Ucapan Athar membuat wanita cantik itu tersadar dari lamunannya, ia meraih minuman yang sedang di pegang Athar dan langsung menyeruputnya. Adegan panas dalam film pun selesai mereka kembali menonton dengan serius, sebenarnya hanya Sabrina yang serius menonton sementara Athar tidak terlalu suka menonton hanya duduk dan menuruti keinginan wanita itu aja."Duh, kenapa cowok itu gak jujur sih. Kan si cewek jadi ngira cowok lain yang menyelamatkan dia," Sabrina merasa kesal dengan alur film dan membuat Athar tersenyum mendengarnya."Terkadang seorang lelaki tidak perlu mengakui pengorbanan yang dia lakukan, melihat wanita yang di cintai ya bahagia. Itu sudah cukup," ucap Athar.Sabrina menghela nafas mendengar ucapan Athar, film selesai mereka pun keluar dari ruangan gelap tersebut. Dulu Athar ingin mengajak Syifa berkeliling mall dan membelikan wanita itu banyak barang, tapi kini Syifa sudah memiliki banyak uang dari orang tua kandungnya hingga membuat Athar ragu untuk mentrakti
"Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal
"Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta
"Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis
"Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo
"Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam
"Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d
Sabrina begitu terkejut saat masuk ke dalam ruangan Athar, lelaki itu sedang tidak memakai baju dan memeriksa bekas lukanya. Ia berjalan cepat dan duduk di samping Athar, meringis melihat bekas luka yang di tutup perban itu."Apa jahitannya bermasalah?" tanya Sabrina."Enggak, cuma sedikit gatal aja," ucap Athar seraya menarik kemeja berusaha untuk memakai nya kembali."Jangan bohong, sini aku lihat! Mungkin perbannya harus di ganti," ucap Sabrina."Memang iya, nanti setelah pulang kerja aku akan ke rumah sakit untuk ganti perban," ucap Athar."Kalau masih sakit harusnya gak masuk dulu, kamu bandel sih!" ucap Sabrina.Athar tersenyum mendengar ocehan wanita cantik tersebut, ia sama sekali tidak marah justru senang karena ocehan itu menandakan jika Sabrina mengkhawatirkan dirinya."Besok gak usah kerja dulu, aku akan bilang ke kak Satria," ucap Sabrina."Tapi banyak file penting yang harus aku bereskan, Syifa!" ucap Athar."Bisa di kerjakan di rumah kan! Nanti berkasnya juga bisa di ki
Sabrina memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Lidya, sementara Lidya yang tidak tahu jika Sabrina sedang membicarakan diri sendiri masih merasa santai."Saya yah kalau belum punya suami, terus pak Athar melamar saya. Gak akan banyak pikir saya pasti terima," ucap Lidya."Alasannya?" tanya Sabrina."Kenapa tanya alasan lagi, bukannya udah jelas terlihat pak Athar itu udah perfect banget, dia itu lelaki idaman semua wanita. Ganteng, punya jabatan yang oke, gak genit sama perempuan, gak sombong, Soleh, kalau jadi suami pasti bisa bikin bahagia," ucap Lidya."Sesempurna itu Athar di mata kalian, dia itu manusia biasa yang punya kekurangan," ucap Sabrina."Ya semua manusia gak ada yang sempurna dan punya kekurangan juga kelebihan, tapi kekurangan pak Athar sedikit dan hampir tak terlihat, sementara kelebihannya banyak dan membuat para wanita dengan mudah terpesona padanya," ucap Lidya.Telinga Sabrina merasa panas saat Lidya terus memuji orang yang kini selalu ada dalam pikirannya, Sabrina
Keesokan harinya, Athar sudah diperbolehkan untuk pulang karena sebenarnya ia tidak terlalu luka terlalu parah, lelaki itu masih diberi kesempatan untuk istirahat oleh Satria. Namun, karena tidak terbiasa berdiam diri di rumah akhirnya ia pun masuk kerja. "Kamu ini gimana sih, bukannya istirahat malah kerja. Apa kak Satria yang masak kamu buat kerja?!" tanya Sabrina.Wanita cantik itu langsung datang ke perusahaan saat tahu Athar bekerja, ia khawatir jika kondisi Athar masih lemah. Namun, dipaksa untuk bekerja oleh kakaknya. "Aku udah baik-baik aja, Syifa. Bukan Satria yang maksa, dia justru memberikan aku kesempatan untuk istirahat. Akan tetapi, aku nggak betah di rumah nggak ngapa-ngapain jadi lebih baik kerja," ucap Athar."Tapi kan kamu habis dioperasi, Athar! Gimana nanti kalau sakit lagi," ucap Sabrina."Kan yang dioperasi cuma bagian perut yang ditusuk, yang lainnya nggak sakit. Lagi pula aku bawa obat dari dokter kok, jadi nggak usah khawatir ya, Sayang!" ucap Athar.Sabrin