Ryan terpaksa memakan sayur asin buatan Sherly, karena ia harus makan nasi dan minum obat. Ia tak ingin sakit lama karena harus mencari uang, lelaki itu memikirkan kesehatan sang mama yang tak kunjung membaik dan perlu biaya untuk membeli obat."Syifa, aku kangen. Dulu saat aku sakit seperti ini kamu yang mengurusku," gumam Ryan dalam hati.Di saat Ryan sakit seperti ini, Sherly tidak merawatnya dengan baik. Setelah masakan sayur yang keasinan, wanita itu lantas pergi dari kamar tersebut dan kini entah berada di mana. Ryan teringat kepada mantan istrinya, jangankan dalam keadaan sakit, dalam keadaan sehat pun Syifa dulu selalu merawatnya dengan baik.Ryan mengantuk dan tertidur karena efek obat yang ia minum, dalam mimpinya ia bertemu kembali dengan Syifa yang semakin cantik. Namun, Syifa berjalan bersama Athar. Lelaki itu pun mengejarnya, tetapi semakin di kejar Syifa semakin jauh dan Athar malah menertawakannya."Syifa ... Syifa ... Syifa ...."Sherly yang baru masuk kedalam kamar u
Aira mencoba mendekati Lidya, ia ingin meminta nomor Sabrina agar bisa mendapat informasi wanita seperti apa yang di sukai Athar. Namun, Lidya tidak berani memberikan nomor Sabrina pada sembarang orang apalagi orang seperti Aira."Maaf Mbak, aku gak bisa sembarangan memberi nomor Nona Sabrina. Aku harus izin dulu," ucap Lidya."Ish ... Aku yakin dia gak akan marah, masalah kemarin aja dia maafin aku," ucap Aira."Ya, saya tahu Nona Sabrina memang orang baik, tetapi saya hanya menjaga etika saja. Memberikan informasi pribadi termasuk nomor handphone seseorang tanpa izin itu tidak benar," ucap Lidya."Aku kasih kamu uang deh, kamu mau berapa nanti aku transfer," ucap Aira masih berusaha membujuk.Lidya tetap pada pendiriannya, menggelengkan kepala tak mau memberikan nomor Sabrina. Aira kesal, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa, ia pun akhirnya pergi dari ruangan Lidya dan terpaksa menunggu wanita itu meminta izin kepada Sabrina terlebih dahulu."Dasar gak tahu diri, munafik. Kemarin wakt
"Coba angkat dulu, siapa tahu penting," ucap Amalia.Sabrina menganggukan kepala, ia mengangkat panggilan telepon dari nomor tak dikenal tersebut. Setelah berbicara terdengar suara wanita yang menghubungi nya, Sabrina pun bertanya siapa yang menelponnya."Hallo, ini siapa?" tanya Sabrina."Ini Aira, Nona Sabrina," jawaban dari sebrang membuat Sabrina menghela nafas."Oh kamu, ada perlu apa sampai menelpon ku?" tanya Sabrina."Ada hal yang ingin aku tanyakan tentang Athar, apa Nona ada waktu untuk ngobrol denganku?" tanya Aira."Sekarang aku agak sibuk, kalau mau nanti setelah pulang kerja kamu datang saja ke restoran SS kitchen," jawab Sabrina."Baik, Nona. Saya akan sempatkan waktu untuk datang ke restoran itu," ucap Aira.Setelah itu Sabrina mematikan sambungan teleponnya, ia pun kini kembali fokus mendengar penjelasan Amalia soal restoran. Wanita paruh baya itu menjelaskan pada Sabrina apa saja yang ia lakukan sebagai pemilik restoran selama ini, laporan apa yang ia periksa dan ia
Setelah mendapat jawaban dari Sabrina, Aira pun pamit untuk pulang. Ia sadar makanan di restoran itu harganya mahal-mahal sehingga ia hanya bisa membeli minuman saja, karena tanggal gajian masih lama. Sabrina pun pulang dan mereka berjalan bersama hingga ke depan restoran, ternyata sopir Sabrina sudah menunggu dan wanita cantik itu pun langsung pamit kepada Aira. "Duluan ya sopir Aku udah nunggu," ucap Sabrina."Iya terima kasih atas waktunya, Nona Sabrina."Sabrina menganggukan kepala lalu berjalan menuju mobil dan langsung memasuki mobil mewah tersebut, Aira hanya bisa memandang nya dari kejauhan. "Beruntung banget dia, kemarin masih office sekarang sudah jadi princess," ucap Aira dengan suara pelan.Di sepanjang perjalanan pulang Aira memikirkan bagaimana bisa menjadi wanita idaman Athar, sementara kriteria yang disebutkan Sabrina tadi sama sekali tidak ada pada dirinya. "Astaga, apa aku harus pakai kerudung sama seperti Nona Sabrina?" gumam Aira.Wanita itu menggelengkan kepal
"Kenapa tanya aku?" ucap Sabrina."Kau sahabat Athar sejak kecil, jadi aku rasa sangat tepat kalau bertanya padamu," ucap Satria.Sabrina meminum air putih yang ada di hadapannya, entah mengapa hari ini sudah ada dua orang yang berbicara dengannya tentang Athar. Menanyakan padanya hal-hal yang berhubungan dengan Athar."Itu ... Terserah Athar. Jika dia mau di jodohkan aku akan mendukungnya," ucap Sabrina."Oh baiklah kalau kau setuju, aku akan buat Athar banyak berbicara dengan klien besok. Namun, kau harus ingat jika Athar dekat dengan seorang wanita dan akhirnya menikah, maka persahabatanmu dengan dia tidak akan sama lagi seperti dulu," ucap Satria."Maksudnya?" tanya Sabrina tak. Mengerti."Jika Athar sudah menikah, maka prioritasnya adalah istrinya bukan kamu lagi. Akan ada jarak diantara kamu dan dia, sebab jika kalian masih bersahabat baik dan Athar selalu ada di samping kamu, pasti istrinya akan cemburu," ucap Satria."Hmm ..."Sabrina hanya menjawab ucapan Satria dengan dehema
Seperti yang di katakan Satria, hari ini dia dan Athar pergi keluar kota untuk melakukan kesepakatan bisnis. Pagi-pagi mobil Athar sudah berada di kediaman mewah milik Banyu Pramudya untuk pergi bersama Satria."Semangat sekali pagi-pagi sudah datang, gak sabar ketemu klien yang cantik ya!" ucap Satria."Ah ... Bukan begitu, Tuan. Saya hanya ...."Belum sempat Athar menyelesaikan ucapannya Satria sudah memotong dengan ucapannya, ia pun tersenyum kearah Sabrina."Ya, kau hanya tak ingin kita telat naik pesawat pasti. Karena kalau kita telat gak akan ketemu klien cantik ini, dia sangat sibuk takutnya tidak ada kesempatan untuk bertemu lagi," ucap Satria.Athar hanya tersenyum getir, tak mengerti mengapa Satria terus membahas masalah klien cantik yang akan mereka temui. Padahal selain masalah kerja sama perusahaan mereka tidak ada niat untuk hal lain.Sementara Sabrina hanya diam dan memainkan jarinya, ucapan Satria sukses membuatnya cemas memikirkan bagaimana jika Athar dekat dengan seo
(Apa tidak terlalu buru-buru, baru kenal langsung dinner romantis?) balas Sabrina.(Ah iya ya. Mungkin di pertemuan selanjutnya, tapi menurutmu apa mereka cocok?) tanya Satria.Sabrina menghela nafas, ia tak membalas pesan dari Satria dan langsung memasukan ponsel kedalam tas nya. Tak lama kemudian, mobil yang membawa Sabrina tiba di sekolah memasak.Sabrina keluar dari mobil dan memasuki tempat tersebut, sementara supir pulang dan akan menjemput wanita itu jika sudah di minta."Hai Sabrina," ucap chef Reyhan."Oh hai, Chef Reyhan," jawab Sabrina terlihat canggung."Bolehkah aku minta nomor ponselmu?" tanya Reyhan."Nomor ponsel? maaf, tapi untuk apa, Chef?" tanya Sabrina."Aku di sini memang mentor mu, tapi aku ingin menjadi temanmu jika di luar. Apakah boleh?" tanya Reyhan.Janda cantik itu tersenyum kikuk, teringat dengan pesan Satria dan Athar jika ia tidak boleh sembarangan dekat dengan lelaki. Takut jika ada lelaki yang mendekatinya hanya karena mengincar harta yang dimiliki ke
Setelah selesai kelas memasak, Sabrina diantar oleh supirnya ke restoran. Sesampainya di sana ia langsung sibuk dengan apa yang telah di ajarkan sang mama, ia tak ingin mengecewakan keluarga kandung yang sudah sangat baik memberikan kemudahan padanya sehingga sungguh-sungguh saat mulai dipercaya mengelola restoran.Sabrina melupakan kartu nama yang Reyhan berikan, ia fokus pada layar laptop dan sesekali membaca laporan di meja kerjanya."Jam berapa ini, pantas saja perutku sudah lapar," ucap Sabrina.Wanita cantik itu berjalan keluar dari ruangannya menuju dapur, ia memperhatikan para koki dan asistennya sedang sibuk membuat menu yang di pesan pelanggan. Lalu Sabrina keluar dari dapur dan melihat para pelanggan yang ternyata sedang ramai."Mbak, tolong minta koki untuk buatkan 1 porsi menu best seller di sini sama minumannya ya, lalu antar ke ruangan saya!" ucap Sabrina kepada salah satu waiters."Baik, Nona Sabrina," jawab waiters itu.Sabrina kembali berjalan menuju ruangannya, sete