Setelah mendapat jawaban dari Sabrina, Aira pun pamit untuk pulang. Ia sadar makanan di restoran itu harganya mahal-mahal sehingga ia hanya bisa membeli minuman saja, karena tanggal gajian masih lama. Sabrina pun pulang dan mereka berjalan bersama hingga ke depan restoran, ternyata sopir Sabrina sudah menunggu dan wanita cantik itu pun langsung pamit kepada Aira. "Duluan ya sopir Aku udah nunggu," ucap Sabrina."Iya terima kasih atas waktunya, Nona Sabrina."Sabrina menganggukan kepala lalu berjalan menuju mobil dan langsung memasuki mobil mewah tersebut, Aira hanya bisa memandang nya dari kejauhan. "Beruntung banget dia, kemarin masih office sekarang sudah jadi princess," ucap Aira dengan suara pelan.Di sepanjang perjalanan pulang Aira memikirkan bagaimana bisa menjadi wanita idaman Athar, sementara kriteria yang disebutkan Sabrina tadi sama sekali tidak ada pada dirinya. "Astaga, apa aku harus pakai kerudung sama seperti Nona Sabrina?" gumam Aira.Wanita itu menggelengkan kepal
"Kenapa tanya aku?" ucap Sabrina."Kau sahabat Athar sejak kecil, jadi aku rasa sangat tepat kalau bertanya padamu," ucap Satria.Sabrina meminum air putih yang ada di hadapannya, entah mengapa hari ini sudah ada dua orang yang berbicara dengannya tentang Athar. Menanyakan padanya hal-hal yang berhubungan dengan Athar."Itu ... Terserah Athar. Jika dia mau di jodohkan aku akan mendukungnya," ucap Sabrina."Oh baiklah kalau kau setuju, aku akan buat Athar banyak berbicara dengan klien besok. Namun, kau harus ingat jika Athar dekat dengan seorang wanita dan akhirnya menikah, maka persahabatanmu dengan dia tidak akan sama lagi seperti dulu," ucap Satria."Maksudnya?" tanya Sabrina tak. Mengerti."Jika Athar sudah menikah, maka prioritasnya adalah istrinya bukan kamu lagi. Akan ada jarak diantara kamu dan dia, sebab jika kalian masih bersahabat baik dan Athar selalu ada di samping kamu, pasti istrinya akan cemburu," ucap Satria."Hmm ..."Sabrina hanya menjawab ucapan Satria dengan dehema
Seperti yang di katakan Satria, hari ini dia dan Athar pergi keluar kota untuk melakukan kesepakatan bisnis. Pagi-pagi mobil Athar sudah berada di kediaman mewah milik Banyu Pramudya untuk pergi bersama Satria."Semangat sekali pagi-pagi sudah datang, gak sabar ketemu klien yang cantik ya!" ucap Satria."Ah ... Bukan begitu, Tuan. Saya hanya ...."Belum sempat Athar menyelesaikan ucapannya Satria sudah memotong dengan ucapannya, ia pun tersenyum kearah Sabrina."Ya, kau hanya tak ingin kita telat naik pesawat pasti. Karena kalau kita telat gak akan ketemu klien cantik ini, dia sangat sibuk takutnya tidak ada kesempatan untuk bertemu lagi," ucap Satria.Athar hanya tersenyum getir, tak mengerti mengapa Satria terus membahas masalah klien cantik yang akan mereka temui. Padahal selain masalah kerja sama perusahaan mereka tidak ada niat untuk hal lain.Sementara Sabrina hanya diam dan memainkan jarinya, ucapan Satria sukses membuatnya cemas memikirkan bagaimana jika Athar dekat dengan seo
(Apa tidak terlalu buru-buru, baru kenal langsung dinner romantis?) balas Sabrina.(Ah iya ya. Mungkin di pertemuan selanjutnya, tapi menurutmu apa mereka cocok?) tanya Satria.Sabrina menghela nafas, ia tak membalas pesan dari Satria dan langsung memasukan ponsel kedalam tas nya. Tak lama kemudian, mobil yang membawa Sabrina tiba di sekolah memasak.Sabrina keluar dari mobil dan memasuki tempat tersebut, sementara supir pulang dan akan menjemput wanita itu jika sudah di minta."Hai Sabrina," ucap chef Reyhan."Oh hai, Chef Reyhan," jawab Sabrina terlihat canggung."Bolehkah aku minta nomor ponselmu?" tanya Reyhan."Nomor ponsel? maaf, tapi untuk apa, Chef?" tanya Sabrina."Aku di sini memang mentor mu, tapi aku ingin menjadi temanmu jika di luar. Apakah boleh?" tanya Reyhan.Janda cantik itu tersenyum kikuk, teringat dengan pesan Satria dan Athar jika ia tidak boleh sembarangan dekat dengan lelaki. Takut jika ada lelaki yang mendekatinya hanya karena mengincar harta yang dimiliki ke
Setelah selesai kelas memasak, Sabrina diantar oleh supirnya ke restoran. Sesampainya di sana ia langsung sibuk dengan apa yang telah di ajarkan sang mama, ia tak ingin mengecewakan keluarga kandung yang sudah sangat baik memberikan kemudahan padanya sehingga sungguh-sungguh saat mulai dipercaya mengelola restoran.Sabrina melupakan kartu nama yang Reyhan berikan, ia fokus pada layar laptop dan sesekali membaca laporan di meja kerjanya."Jam berapa ini, pantas saja perutku sudah lapar," ucap Sabrina.Wanita cantik itu berjalan keluar dari ruangannya menuju dapur, ia memperhatikan para koki dan asistennya sedang sibuk membuat menu yang di pesan pelanggan. Lalu Sabrina keluar dari dapur dan melihat para pelanggan yang ternyata sedang ramai."Mbak, tolong minta koki untuk buatkan 1 porsi menu best seller di sini sama minumannya ya, lalu antar ke ruangan saya!" ucap Sabrina kepada salah satu waiters."Baik, Nona Sabrina," jawab waiters itu.Sabrina kembali berjalan menuju ruangannya, sete
Setelah Sherly dan Yono puas melepas hasrat bersama, Yono pun memberi uang pada Sherly kemudian pergi melalui pintu belakang kembali. Sherly hanya tersenyum lalu merapihkan kamar dan mandi, setelah mandi wanita itu berjalan ke kamar sang mertua. "Kenapa mama menangis?" tanya Sherly melihat bekas air mata di pipi Dina. Wanita paruh baya itu gak menjawab pertanyaan Sherly, ia hanya melirik jam dinding yang ada di kamar berharap Ryan segera pulang. Entah bagaimana caranya ingin sekali ia menceritakan hal itu kepada anaknya, meski tak tahu Ryan akan mengerti atau tidak dengan ucapannya. "Hei mama mertua yang merepotkan, apa kamu menangis karena mendengar suara kenikmatan ku tadi?" tanya Sherly. Dina merasa seprai saat mendengar pertanyaan Sherly, rasanya sangat ingin mengumpat wanita yang ada di hadapannya. Namun, Dina sadar jika dia melakukan hal itu pun hanya membuang energi karena Sherly tak akan mengerti dan hanya berakhir dengan ejekan saja. Sherly tersenyum dan duduk di sam
"A-aku ... Mama muntah aku sedang membersihkannya, Mas!" ucap Sherly dengan suara terbata-bata karena hampir saja ketahuan oleh Ryan. "Mama muntah?" tanya Ryan khawatir. "I-iya, tapi hanya sedikit lihatlah wajahnya pucat mungkin badannya benar-benar merasa tidak enak dan harus segera di bawa ke rumah sakit," ucap Sherly melanjutkan mengarang. Ryan menatap wajah sang mama yang memang terlihat memerah, ia percaya dengan ucapan sang istri yang mengatakan Dina muntah dan tidak enak badan. Padahal wajah Dina pucat dan berangsur memerah karena di cekik oleh Sherly. Seketika air mata menetes di pipi wanita parah baya itu, entah apa yang terjadi bayangan masalalu tiba-tiba terlintas di kepalanya. Saat Syifa menjadi menantunya, kerena hal sepele Dina bertengkar dengan sang menantu dan dengan tega mencekik lehernya. Pada saat yang sama Ryan pulang kerja dan melihat apa yang di lakukan Dina, tetapi ia malah berbohong mengatakan jika sedang mencoba menolong Syifa yang tersedak makanan. "
(Sabrina, kalau sudah sampai rumah langsung mandi dan ganti baju ya. Orang butik akan segera datang mengantar gaun, nanti kamu pergi dengan supir menyusul mama dan papa makan malam dengan teman lama kami.)Begitulah pesan singkat yang dikirim Amalia kepada Sabrina, janda cantik itu hanya bisa menghilang nafas karena takut apa yang baru saja dikatakan oleh Vira mungkin akan terjadi.Sebagai anak yang baru bertemu dengan orang tua kandung dan diberi segala kemewahan dan kemudahan, tentu membuat Sabrina sungkan untuk menolak permintaan orang tuanya. Namun, jika sampai di jodohkan ia tidak mau dan akan berusaha menolak dengan lembut.(Iya, Mah. Aku baru saja sampai rumah nanti aku menyusul dengan supir.) Balas Sabrina.Tak lama kemudian seorang datang dan memberikan gaun yang sangat cantik untuk Sabrina, Vira dengan sigap dan sopan menerimanya dan mengantar Sabrina ke kamar untuk mandi."Tuh kah apa saya bilang, Nona. Pasti akan di kenalkan dengan anak pengusaha itu," ucap Vira."Kalau h