Aira mencoba mendekati Lidya, ia ingin meminta nomor Sabrina agar bisa mendapat informasi wanita seperti apa yang di sukai Athar. Namun, Lidya tidak berani memberikan nomor Sabrina pada sembarang orang apalagi orang seperti Aira."Maaf Mbak, aku gak bisa sembarangan memberi nomor Nona Sabrina. Aku harus izin dulu," ucap Lidya."Ish ... Aku yakin dia gak akan marah, masalah kemarin aja dia maafin aku," ucap Aira."Ya, saya tahu Nona Sabrina memang orang baik, tetapi saya hanya menjaga etika saja. Memberikan informasi pribadi termasuk nomor handphone seseorang tanpa izin itu tidak benar," ucap Lidya."Aku kasih kamu uang deh, kamu mau berapa nanti aku transfer," ucap Aira masih berusaha membujuk.Lidya tetap pada pendiriannya, menggelengkan kepala tak mau memberikan nomor Sabrina. Aira kesal, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa, ia pun akhirnya pergi dari ruangan Lidya dan terpaksa menunggu wanita itu meminta izin kepada Sabrina terlebih dahulu."Dasar gak tahu diri, munafik. Kemarin wakt
"Coba angkat dulu, siapa tahu penting," ucap Amalia.Sabrina menganggukan kepala, ia mengangkat panggilan telepon dari nomor tak dikenal tersebut. Setelah berbicara terdengar suara wanita yang menghubungi nya, Sabrina pun bertanya siapa yang menelponnya."Hallo, ini siapa?" tanya Sabrina."Ini Aira, Nona Sabrina," jawaban dari sebrang membuat Sabrina menghela nafas."Oh kamu, ada perlu apa sampai menelpon ku?" tanya Sabrina."Ada hal yang ingin aku tanyakan tentang Athar, apa Nona ada waktu untuk ngobrol denganku?" tanya Aira."Sekarang aku agak sibuk, kalau mau nanti setelah pulang kerja kamu datang saja ke restoran SS kitchen," jawab Sabrina."Baik, Nona. Saya akan sempatkan waktu untuk datang ke restoran itu," ucap Aira.Setelah itu Sabrina mematikan sambungan teleponnya, ia pun kini kembali fokus mendengar penjelasan Amalia soal restoran. Wanita paruh baya itu menjelaskan pada Sabrina apa saja yang ia lakukan sebagai pemilik restoran selama ini, laporan apa yang ia periksa dan ia
Setelah mendapat jawaban dari Sabrina, Aira pun pamit untuk pulang. Ia sadar makanan di restoran itu harganya mahal-mahal sehingga ia hanya bisa membeli minuman saja, karena tanggal gajian masih lama. Sabrina pun pulang dan mereka berjalan bersama hingga ke depan restoran, ternyata sopir Sabrina sudah menunggu dan wanita cantik itu pun langsung pamit kepada Aira. "Duluan ya sopir Aku udah nunggu," ucap Sabrina."Iya terima kasih atas waktunya, Nona Sabrina."Sabrina menganggukan kepala lalu berjalan menuju mobil dan langsung memasuki mobil mewah tersebut, Aira hanya bisa memandang nya dari kejauhan. "Beruntung banget dia, kemarin masih office sekarang sudah jadi princess," ucap Aira dengan suara pelan.Di sepanjang perjalanan pulang Aira memikirkan bagaimana bisa menjadi wanita idaman Athar, sementara kriteria yang disebutkan Sabrina tadi sama sekali tidak ada pada dirinya. "Astaga, apa aku harus pakai kerudung sama seperti Nona Sabrina?" gumam Aira.Wanita itu menggelengkan kepal
"Kenapa tanya aku?" ucap Sabrina."Kau sahabat Athar sejak kecil, jadi aku rasa sangat tepat kalau bertanya padamu," ucap Satria.Sabrina meminum air putih yang ada di hadapannya, entah mengapa hari ini sudah ada dua orang yang berbicara dengannya tentang Athar. Menanyakan padanya hal-hal yang berhubungan dengan Athar."Itu ... Terserah Athar. Jika dia mau di jodohkan aku akan mendukungnya," ucap Sabrina."Oh baiklah kalau kau setuju, aku akan buat Athar banyak berbicara dengan klien besok. Namun, kau harus ingat jika Athar dekat dengan seorang wanita dan akhirnya menikah, maka persahabatanmu dengan dia tidak akan sama lagi seperti dulu," ucap Satria."Maksudnya?" tanya Sabrina tak. Mengerti."Jika Athar sudah menikah, maka prioritasnya adalah istrinya bukan kamu lagi. Akan ada jarak diantara kamu dan dia, sebab jika kalian masih bersahabat baik dan Athar selalu ada di samping kamu, pasti istrinya akan cemburu," ucap Satria."Hmm ..."Sabrina hanya menjawab ucapan Satria dengan dehema
Seperti yang di katakan Satria, hari ini dia dan Athar pergi keluar kota untuk melakukan kesepakatan bisnis. Pagi-pagi mobil Athar sudah berada di kediaman mewah milik Banyu Pramudya untuk pergi bersama Satria."Semangat sekali pagi-pagi sudah datang, gak sabar ketemu klien yang cantik ya!" ucap Satria."Ah ... Bukan begitu, Tuan. Saya hanya ...."Belum sempat Athar menyelesaikan ucapannya Satria sudah memotong dengan ucapannya, ia pun tersenyum kearah Sabrina."Ya, kau hanya tak ingin kita telat naik pesawat pasti. Karena kalau kita telat gak akan ketemu klien cantik ini, dia sangat sibuk takutnya tidak ada kesempatan untuk bertemu lagi," ucap Satria.Athar hanya tersenyum getir, tak mengerti mengapa Satria terus membahas masalah klien cantik yang akan mereka temui. Padahal selain masalah kerja sama perusahaan mereka tidak ada niat untuk hal lain.Sementara Sabrina hanya diam dan memainkan jarinya, ucapan Satria sukses membuatnya cemas memikirkan bagaimana jika Athar dekat dengan seo
(Apa tidak terlalu buru-buru, baru kenal langsung dinner romantis?) balas Sabrina.(Ah iya ya. Mungkin di pertemuan selanjutnya, tapi menurutmu apa mereka cocok?) tanya Satria.Sabrina menghela nafas, ia tak membalas pesan dari Satria dan langsung memasukan ponsel kedalam tas nya. Tak lama kemudian, mobil yang membawa Sabrina tiba di sekolah memasak.Sabrina keluar dari mobil dan memasuki tempat tersebut, sementara supir pulang dan akan menjemput wanita itu jika sudah di minta."Hai Sabrina," ucap chef Reyhan."Oh hai, Chef Reyhan," jawab Sabrina terlihat canggung."Bolehkah aku minta nomor ponselmu?" tanya Reyhan."Nomor ponsel? maaf, tapi untuk apa, Chef?" tanya Sabrina."Aku di sini memang mentor mu, tapi aku ingin menjadi temanmu jika di luar. Apakah boleh?" tanya Reyhan.Janda cantik itu tersenyum kikuk, teringat dengan pesan Satria dan Athar jika ia tidak boleh sembarangan dekat dengan lelaki. Takut jika ada lelaki yang mendekatinya hanya karena mengincar harta yang dimiliki ke
Setelah selesai kelas memasak, Sabrina diantar oleh supirnya ke restoran. Sesampainya di sana ia langsung sibuk dengan apa yang telah di ajarkan sang mama, ia tak ingin mengecewakan keluarga kandung yang sudah sangat baik memberikan kemudahan padanya sehingga sungguh-sungguh saat mulai dipercaya mengelola restoran.Sabrina melupakan kartu nama yang Reyhan berikan, ia fokus pada layar laptop dan sesekali membaca laporan di meja kerjanya."Jam berapa ini, pantas saja perutku sudah lapar," ucap Sabrina.Wanita cantik itu berjalan keluar dari ruangannya menuju dapur, ia memperhatikan para koki dan asistennya sedang sibuk membuat menu yang di pesan pelanggan. Lalu Sabrina keluar dari dapur dan melihat para pelanggan yang ternyata sedang ramai."Mbak, tolong minta koki untuk buatkan 1 porsi menu best seller di sini sama minumannya ya, lalu antar ke ruangan saya!" ucap Sabrina kepada salah satu waiters."Baik, Nona Sabrina," jawab waiters itu.Sabrina kembali berjalan menuju ruangannya, sete
Setelah Sherly dan Yono puas melepas hasrat bersama, Yono pun memberi uang pada Sherly kemudian pergi melalui pintu belakang kembali. Sherly hanya tersenyum lalu merapihkan kamar dan mandi, setelah mandi wanita itu berjalan ke kamar sang mertua. "Kenapa mama menangis?" tanya Sherly melihat bekas air mata di pipi Dina. Wanita paruh baya itu gak menjawab pertanyaan Sherly, ia hanya melirik jam dinding yang ada di kamar berharap Ryan segera pulang. Entah bagaimana caranya ingin sekali ia menceritakan hal itu kepada anaknya, meski tak tahu Ryan akan mengerti atau tidak dengan ucapannya. "Hei mama mertua yang merepotkan, apa kamu menangis karena mendengar suara kenikmatan ku tadi?" tanya Sherly. Dina merasa seprai saat mendengar pertanyaan Sherly, rasanya sangat ingin mengumpat wanita yang ada di hadapannya. Namun, Dina sadar jika dia melakukan hal itu pun hanya membuang energi karena Sherly tak akan mengerti dan hanya berakhir dengan ejekan saja. Sherly tersenyum dan duduk di sam
"Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal
"Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta
"Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis
"Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo
"Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam
"Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d
Sabrina begitu terkejut saat masuk ke dalam ruangan Athar, lelaki itu sedang tidak memakai baju dan memeriksa bekas lukanya. Ia berjalan cepat dan duduk di samping Athar, meringis melihat bekas luka yang di tutup perban itu."Apa jahitannya bermasalah?" tanya Sabrina."Enggak, cuma sedikit gatal aja," ucap Athar seraya menarik kemeja berusaha untuk memakai nya kembali."Jangan bohong, sini aku lihat! Mungkin perbannya harus di ganti," ucap Sabrina."Memang iya, nanti setelah pulang kerja aku akan ke rumah sakit untuk ganti perban," ucap Athar."Kalau masih sakit harusnya gak masuk dulu, kamu bandel sih!" ucap Sabrina.Athar tersenyum mendengar ocehan wanita cantik tersebut, ia sama sekali tidak marah justru senang karena ocehan itu menandakan jika Sabrina mengkhawatirkan dirinya."Besok gak usah kerja dulu, aku akan bilang ke kak Satria," ucap Sabrina."Tapi banyak file penting yang harus aku bereskan, Syifa!" ucap Athar."Bisa di kerjakan di rumah kan! Nanti berkasnya juga bisa di ki
Sabrina memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Lidya, sementara Lidya yang tidak tahu jika Sabrina sedang membicarakan diri sendiri masih merasa santai."Saya yah kalau belum punya suami, terus pak Athar melamar saya. Gak akan banyak pikir saya pasti terima," ucap Lidya."Alasannya?" tanya Sabrina."Kenapa tanya alasan lagi, bukannya udah jelas terlihat pak Athar itu udah perfect banget, dia itu lelaki idaman semua wanita. Ganteng, punya jabatan yang oke, gak genit sama perempuan, gak sombong, Soleh, kalau jadi suami pasti bisa bikin bahagia," ucap Lidya."Sesempurna itu Athar di mata kalian, dia itu manusia biasa yang punya kekurangan," ucap Sabrina."Ya semua manusia gak ada yang sempurna dan punya kekurangan juga kelebihan, tapi kekurangan pak Athar sedikit dan hampir tak terlihat, sementara kelebihannya banyak dan membuat para wanita dengan mudah terpesona padanya," ucap Lidya.Telinga Sabrina merasa panas saat Lidya terus memuji orang yang kini selalu ada dalam pikirannya, Sabrina
Keesokan harinya, Athar sudah diperbolehkan untuk pulang karena sebenarnya ia tidak terlalu luka terlalu parah, lelaki itu masih diberi kesempatan untuk istirahat oleh Satria. Namun, karena tidak terbiasa berdiam diri di rumah akhirnya ia pun masuk kerja. "Kamu ini gimana sih, bukannya istirahat malah kerja. Apa kak Satria yang masak kamu buat kerja?!" tanya Sabrina.Wanita cantik itu langsung datang ke perusahaan saat tahu Athar bekerja, ia khawatir jika kondisi Athar masih lemah. Namun, dipaksa untuk bekerja oleh kakaknya. "Aku udah baik-baik aja, Syifa. Bukan Satria yang maksa, dia justru memberikan aku kesempatan untuk istirahat. Akan tetapi, aku nggak betah di rumah nggak ngapa-ngapain jadi lebih baik kerja," ucap Athar."Tapi kan kamu habis dioperasi, Athar! Gimana nanti kalau sakit lagi," ucap Sabrina."Kan yang dioperasi cuma bagian perut yang ditusuk, yang lainnya nggak sakit. Lagi pula aku bawa obat dari dokter kok, jadi nggak usah khawatir ya, Sayang!" ucap Athar.Sabrin