Ethan itu tidak tahu apa yang dimaksud dengan membantu di sawah. Ternyata sangat jauh dari dugaannya. Ia pikir hanya mengangkat rumput atau yang paling berat mengambil padi. Tapi ini, ia malah harus terjun ke tanah lembek. “Awh!” Ethan mengernyit jijik. Kakinya sudah berlumur dengan lumpur. Tapi ketika ia menoleh. Mataya bertatapan dengan ibu Aluna. Linda menatap Ethan datar. Ethan mengerjap. Ia tersenyum karir. “Hahhah..” tertawa dengan canggung. Ia menunduk—tugasnya hanya satu yaitu mencabut rumput liar di sekitar tanaman padi. Terik matahari yang begitu panas menyengat kepalanya. “Mas pake ini!” Andy melempar topi lebar yang terbuat dari anyaman. Enthan menatapnya heran. Topi apaan ini? Kok seperti piring? “Heh kamu!” Ethan menatap Andy yang duduk santai di gubuk sambil memainkan ponsel. “JANGAN IRI!” Teriak Andy sambil mengibaskan tangannya. Ia juga menampilkan senyum mengejek. “Bocah ingusan!” kesal Ethan. Ethan beralih menatap topi yang berada di tan
Setelah makan, semuanya berjalan untuk kembali pulang. “Aluna aku ingin berbicara!” ucap Ethan yang berada di belakang Aluna. Aluna menoleh. “Apa lagi Ethan?” “Di mana Gio? Aku tidak melihatnya seharian ini?” tanya Ethan. “Gio… Gio aku menyuruhnya untuk di rumah saja dulu. sampai keadaan benar-benar tenang. Aku akan menjelaskannya nanti padanya.” “Dia belum tahu aku ayahnya?” tanya Ethan. Aluna terdiam. “Aku tidak tahu, karena dia tidak bertanya apapun.” “Tapi kau belum memberitahunya jika aku adalah ayahnya?” Aluna menggeleng. “Aluna….” Ucap Ethan dengan frustasi. “Sampai kapan kau akan merahasiannya? Jika kau tidak bisa memberitahunya, biar aku saja.” “Tidak.” Aluna menolak. “Gio adalah anakku, aku akan memberitahunya nanti. Untuk sekarang aku tidak mengijinkannya bertemu denganmu dulu.” “Kenapa?” tanya Ethan dengan heran. Aluna menghela nafas. “Aku tidak membingungkannya. Aku akan menjelaskannya nanti dan aku akan mengijinkannya bertemu denganmu, tapi nanti.
Bagi Ethan, mendekap tubuh Aluna sudah membuatnya begitu bahagia. Namun, ternyata wanita itu tidak membalas pelukannya sama sekali. Kekecewaannya semakin dalam saat Aluna mendorong tubuhnya hingga pelukan mereka terlepas. “Ethan..” Aluna menatap kaki Ethan. “Kaki kamu berdarah!” Menunjuk jemari kaki Ethan yang mengeluarkan darah. Aluna melotot. “Coba angkat!” Ethan menuruti perkataan Aluna. Ia hanya merasa sedikit perih saja. “Kamu menginjak serpihan cankang keong!” Aluna mencabut serpihan di kaki Ethan. Aluna mendongak. justru keheran karena Ethan tidak mengeluh. “Sakit?” tanya Aluna. “Tidak.” Aluna merobek kain daster bawahnay dan membalut luka Ethan dengan kain tersebut. “Pakai ini dulu, sampai rumah aku akan mengobatimu.” Kaki Ethan yang terluka, tapi Aluna yang merasakan sakitnya. Aluna bergidik ngeri. “Benar tidak sakit?” “Tidak.” Ethan menggerakkan kakinya seperti biasa. “EH!” Aluna panik. “Jangan banyak gerak, darahnya belum berhenti keluar.” “
Aluna melebarkan mata dengan panik. Ia menatap Andy yang berada di ambang pintu dengan mulut yang terbuka. “Andy jangan berteriak!” ucap Aluna. “Budhe…” lirih Andy. Yang terjatuh adalah sebuah kotak obat-obatan yang di bawa dari rumah. Keluarga Andy takut Aluna tidak punya obat yang lengkap sehingga menyuruh Andy untuk mengantar obat itu. “Andy…” Aluna melotot panik. “Budhe…” lirih Andy kali ini lebih keras dari sebelumnya. “1 juta!” ucap Ethan. Andy menatap Ethan dengan mata duitan. “Budhe…” ucapnya lagi tapi dengan nada yang telah dikecilkan. “2 juta!” Andy menutup bibirnya rapat-rapat. Ia tersenyum dengan senang setelah mendapatkan uang. “Paman aku mau masuk minggir!” itu suara Gio. Aluna merosot ke bawah. “Eh!” Andy tidak bisa mencegah Gio yang ingin masuk ke dalam rumah. Setelah bocah itu masuk. Gio berdiri dan hanya diam menatap kedua orang tuanya yang berada di hadapannya. “Gio..” lirih Ethan. “Mama Papa!” ucap Gio. Ethan dan Aluna saling berpan
Kesungguhan dan keseriusan Ethan diterima oleh nenek Aluna Namun, sebelum itu Ethan diajak ke sebuah tempat. Demi apapun, Ethan tidak bisa menebak ia akan dibawa ke mana. Ia tidak bisa menebak keluarga Aluna. Ethan mendesah lelah saat harus menyebrangi sebuah sungai kecil. Namun ia segera menutup mulutnya rapat setelah mendapat tatapan dari nenek Aluna. “Laki-laki itu harus kuat…” lirih Nenek Aluna yang berjalan lebih dulu. Wanita tua yang benar-benar kuat dengan tubuh yang mulai renta. Ethan tidak tahu apa rahasianya. Padahal ia sendiri sering gym. Tapi kenapa tubuhnya masih kalah kuat dengan nenek Aluna. “Iya, nek..” balas Ethan pasrah. “Aluna itu cucu satu-satunya nenek. Nenek sangat sedih waktu dulu Aluna pulang dalam keadaan hamil.” “Apalagi Aluna tidak mau memberitahu siapa laki-laki itu. Aluna memohon untuk bisa merawat anaknya sendiri….” Ethan baru saja ingin membantu nenek Aluna untuk berjalan ke jalan yang menanjak. Tapi nyatanya nenek Aluna memang
21++Aluna tertawa. “Tidak ada yang menyukaiku di sini.” “Kenapa?” tanya Ethan sembari merengkuh pinggang Aluna. “Karena aku punya anak.. dan imageku di desa ini tidak bagus.” Ethan mendesis. “Sial…” umpatnya. “Orang di sini banyak menghinamu.” “Tapi..” Ethan mengusap dahi Aluna. “Tapi orang-orang tidak berani mendekatimu. Aku bersyukur tentang hal itu.” Aluna menatap wajah Ethan. “Wajah kamu semakin kusam,” ujarnya. Bagaimana tidak kusam. Sudah beberapa hari di sini pekerjaannya di bawah sinar matahari. Sekarang punya kesibukan lagi, berlatih seharian penuh. “Bukankah aku semakin terlihat manly?” Ethan memerkan kulit tangannya yang mulai menggelap. “Kulitku terlihat lebih gelap.” Aluna tertawa pelan. “Aku tahu. Tapi itu tidak akan berlangsung lama. Kulit tubuhmu akan kembali memutih..” “Aku tidak peduli Aluna.” Ethan menatap Aluna. Mengusap bibir bawah Aluna yang begitu menggoda. “Aku akan melakukan semuanya asal kalian bisa bersamaku.” Mengusap pipi Aluna pelan
Hampir dua minggu Ethan berada di kampung Aluna. Untung sja ia gampang menyerap ilmu bela diri. Ditambah ia juga pernah mengikuti kelas taekwondo untuk waktu yang lama. Nenek Aluna sendiri yang mengetes kemampuan Ethan. Walaupun, hampir seluruh tubuh Ethan terkena pukulan nenek Aluna. Tapi ternyata Ethan lolos juga. “Kalian boleh menikah asalkan mendapatkan restu keluarga Ethan.” itu pesan dari Linda pada Ethan dan Aluna. Untuk itu mereka harus mendapatkan restu orang tua Ethan dahulu. Ethan dan Aluna akan ke ke kota untuk bertemu orang tua Ethan. Ethan sedang mengemasi barang-barang pentingnya. Ia tidak akan membawa apapun untuk kembali. “Baju-bajumu, Mas? Kau tidak membawanya?” tanya Andy mengamati Ethan yang hanya memasukkan dompet ke dalam tas slempang. “Tidak, kau bisa mengambilnya,” balas Ethan. Andy menganga. Padahal baju-baju itu baru dibeli di pasar. Dan jumlahnya banyak karena Ethan langsung membeli saja tidak melihat harganya. “Orang kaya memang tidak d
Setidaknya membutuhkan waktu 7 jam untuk sampai di kota. Setelah sampai, Ethan menggendong Gio yang sedang tertidur. Ia sudah menyiapkan kamar khusus anaknya di rumahnya. Aluna juga sangat mengantuk. Ia langsung pergi ke kamar Ethan. Langsung merebahkan dirinya di atas kasur Ethan yang empuk. Aluna memejamkan mata—baru saja akan terlelap dalam mimpinya. Tubuhnya di seret ke samping dan dipeluk. Puncak kepalanya di cium beberapa kali. “Aku mengantuk Ethan..” lirih Aluna sudah memejamkan mata. Ethan mengangguk. “Aku tahu..” Tapi bukannya membiarkan Aluna tidur, Ethan malah mengusap wajahnya di leher Aluna. Mencium dengan gemas leher Aluna. “Ethan..” geram Aluna. Bagaimana bisa tidur jika lehernya terus dicium dan dihisap sesuka hati. Aluna membuka mata dan mendongak. “Kapan bertemu dengan keluargamu?” “Nanti, aku belum memberitahu mereka.” Aluna mengangguk. Masuk ke dalam pelukan Ethan. Ia menyandarkan kepalanya di dada Ethan. “Selama ini Gio masih suka kambu