Bab . 88
Setelah pikiran sedikit rileks Arkan keluar dari kamar kecil, menuju pintu utama kantor memanggil Sinta, dan meminta Sinta memanggil Ervan.Tak berapa lama Ervan datang. Dan mendaratkan tubuh di hadapan Arkan. " Ada apa, Bos?"" Apakah ini sudah fiks jalan satu-satu nya? " tanya Arkan." Yah... Seperti yang kamu ketahui Bos!! " ucap Ervan." Sudah kau lobi Pt Anugrah Bahagia? Bukan kah perusahaan itu juga tak kalah besar dari perusahaan Cahaya Terang? " Arkan masih mencoba mencari celah.Ervan tersenyum smirk. " Mungkin kau kurang fokus, Bos? Pt Anugrah Bahagia juga merupakan anak perusahaan milik Dad. Kapan waktu aku pernah memberitahu mu." Oke. Jadi posisi kita memang benar-benar terjepit untuk masalah ini? "" Yes, Bos. " Ervan menjawab mantap.Tanpa bicara lagi Arkan bangkit dari duduk meraihBab 89.Evellyn terbaring cukup lama, silih berganti kerabat menjenguk, mensuport agar jiwa Evellyn tergerak untuk bangun. Beberapa kali jari-jari tangan Evellyn bergerak tetapi sebatas itu, tak ada kemajuan dari kondisi Evellyn.Arkan masuk ke dalam ruang kamar perawatan Evellyn, di belakangnya mengikuti seorang gadis cantik berparas blasteran. Di tangan lelaki tampan ini menggantung beberapa paper bag dari salah satu butik terkenal."Assalamualaikum, Eve. " Arkan masuk, lalu mengecup kening wanitanya lembut.Azalea terpaku menatap lelaki yang beberapa hari lagi akan menghalal 'kannya. Terlihat sekali jika lelaki ini begitu merindu wanita di hadapannya. Lelaki maskulin itu terlihat sibuk mengusap - usap rambut Evellyn, membenarkan letak selimut yang tak pernah berubah berantakan. "Assalamualaikum, Kak Eve... Aku juga datang mengunjungi mu. " Azalea melirik lelaki tampan pujaan hati, sekedar
Bab 89. Lelaki tampan berkharisma sudah duduk berdampingan dengan wanita cantik bernetra biru. Untuk yang kedua kali Arkan melantunkan ikrar ijab qobul pada wanita berbeda dengan rasa yang sama seperti dia melantunkan ijab qobul pertama dulu.Ketika itu pun ia tak yakin akan bahtera yang akan dia lalui. Nyatanya bahtera yang dia lalui bersama Evellyn begitu indah, walau tak dipungkiri ada batu sandungan dalam kehidupan mereka.Kini pun Arkan memantapkan hati, akan mulai membuka hati, hidup berdampingan dengan Azalea. Juga akan terus merawat Evellyn. Azalea pun menerima, jika sementara waktu ini pernikahan mereka tak di publikasikan terlebih dulu.Beberapa kerabat dekat memberikan selamat, bahkan orang tua Evellyn datang mendoakan kebaikan untuk pernikahan Arkan yang ke dua.Ana dan Dani - kedua orang tua angkat Evellyn - mengizinkan Arkan untuk menikah
Bab 90.Dad menyentuh telapak tangan Mira lembut, dan tersenyum penuh makna. Sebagai lelaki berkuasa apapun bisa Arkan upayakan, apa lagi hanya sebuah tempat tinggal. Tak mungkin Arkan melalui hari indahnya di rumah otang tua Azalea. Dad mengerti maksud Arkan. " Bawalah, tapi harus kau ingat, jangan pernah sakiti putriku, aku selalu menjadi garda terdepan jika sampai aku mendengar kau menyakitinya. " Dad berkata dengan suara berat. Menekankan kata-kata untuk melindungi putrinya. Dad tau Arkan masih belum menerima Azalea sepenuhnya, walaupun Dad yakin lelaki maskulin ini tertarik pada putrinya. Tetapi hati siapa yang tau, terlebih mereka menikah karna ada kepentingan bisnis. " Aku yakin kau tau siapa aku, tak mungkin kau menyerahkan putrimu padaku jika kau tak tau siapa aku? " ucap Arkan menantang perkataan Dad. Air muka lelaki maskulin menyiratkan kepercayaan diri. Azal
Bab 91. "Lae kau sudah tidur?" Arkan mendekati keberadaan Azalea. "Lea aku haru ke rumah sakit saat. Ini Ada panggilan darurat dari Rumah Sakit," ujar Arkan di dekat telinga Azalea. Mendengar kata Rumah Sakit, Azalea menyingkab selimut yang menutupi tubuhnya. Terlihat tubuh indah Azalea terpampang di hadapan lelaki maskulin ini. Tetapi karna pikiran Arkan yang sudah melayang berada di Rumah Sakit, pria maskulin ini menghiraukan penampilan Azalea yang sungguh mengundang hasrat para lelaki. "Aku mau ke Rumah Sakit, tidur 'lah dulu. Nanti setelah beres aku kembali ke sini. Doakan agar Evellyn baik-baik saja. " Arkan mengecup singkat kening Azalea. Azalea terpana sesaat mendapati keningnya di kecup lelaki dambaannya ini. Setelah sadar dia berucap, " Aku ikut, Mas. " Gadis ini langsung menyingkap selimut dan turun dari ranjang. Semakin terlihat 'lah tubuh indah A
Bab 92 Pagi menyapa, sang surya menampakkan sinar cerah, matahari masuk lewat celah-celah jendela. Arkan menyibak tirai penutup jendela. Seketika ruang rawat di penuhi cahaya mentari, menambah kehangatan jiwa yang sempat mati. Evellyn sudah duduk di ranjang Rs yang di seting terangkat bagian kepala. Wajah pucat masih mondominasi paras cantiknya. Setelah Arkan malaksanakan sholat subuh tadi, Evellyn melakukan pergerakan memanggil nama lelakinya. Setelah itu kelopak mata beriris coklat itu mengerjap membuat Arkan terkesiap memanggil tim medis yang selalu berjaga didekat ruang rawat.Setelah pemeriksaan Evellyn di nyatakan sadar dari koma, sebuah keajaiban, setelah sekian lama terbaring akhirnya Evellyn kembali. Dan masih mengingat semua detail kejadian sebelum dia mengalami kecelakaan.Alat-alat yang menempel pada tubuh Evellyn sudah di copot. Tinggal infus yang masih menempel di lengan wanita yang terlihat
Bab 93Ponsel di genggamannya diputar-putar. Dibaca lagi pesan yang dikirim kan Arkan, barusan. Ingin rasanya dia menelpon Arkan dan menyuruhnya pulang, ingin mengatakan ada dia yang menunggu. Tapi gengsi melanda rasa. Azalea pun menelpon Mira, tetapi dia tak mengatakan jika Arkan mengabaikannya dua hari ini. Semua pun bukan hanya salah lelaki tampan ini. Kini entah siapa yang harus di salahkan? Atau kah keadaan yang harus di dipersalahkan?Setelah menelpon Mira, Azalea memasuki kamar yang penampakannya masih seperti semalam. Bunga-bunga masih berada di atas bedcover hanya sudah tak beraturan bentuk. Gadis blasteran ini meraup bunga mawar, dihirupnya aroma bunga mawar. ' Wangi' batin Azalea. Pikiran mesum mendominasi, bibir wanita ini menyungging. " Masih ada lelaki di kasih daging segar menolak. Bener-bener, pria limited edition. " Monolog Azalea lagi. Azalea berusaha berbesar hati, ini lah fakta hidupnya menjadi yang kedua, konsekwensi yang harus dia jalani. Toh ini pilihannya. L
Bab. 94" Eemmm... Lea sejak kapan kamu panggil suamiku seperti itu? " tanya Evellyn. Sebenarnya sudah dari awal dia ingin bertanya ketika mendengar panggilan Azalea kepada Arkan, tetapi saat itu dia masih lemah. Arkan menengok pada Azalea mendapati pertanyaan istrinya. " Itu!! Kak. Emmm... Ibu yang suruh, katanya aneh saya panggil tuan waktu itu. " Arkan menghembuskan nafas tenang saat Azalea bisa menjawab pertanyaan Evellyn dengan tepat. " Ya sudah, lagian panggilan itu kan umum. Tau gak, Mas. Aku bangun dari koma waktu itu, lihat kalian menikah. Aku lari memanggil-manggil nama kamu, tapi kamu gak denger. " Wajah Evellyn berubah sendu. Azalea dan Arkan saling pandang. Jantung mereka berdua seolah berhenti sesaat,p ketika mendengar penuturan wanita yang sudah duduk di kursi roda. Azalea memilin-milin ujung jilbab, mencari kosakata yang tepat untuk menenangkan peras
Bab 95Pagi ini tidak seperti pagi-pagi yang lalu, tangisan El menghiasi pagi yang terasa indah bagi Evellyn. "Sri, biasanya El makan dulu atau mandi dulu? " tanya Evellyn."Sesudah minum susu, mandi Nyoya," jawab Sri."Iihhh... Kamu jangan panggil Nyonya, emang aku tua banget ya? " Evellyn menghampiri cermin. Memang wajahnya terlihat kusam dan tirus. "Maaf, Non. " Sri meralat panggilan. Evellyn tersenyum, " gak apa-apa sih, emang udah keliatan tua." "Nanti kalo udah sehat juga cantik lagi. " Arkan yang baru masuk ke kamar El, menyahuti ucapan Evellyn. " Aku mau ke salon deh ntar siang, " Evellyn masih mengamati wajahnya di cermin, rambutnya juga terlihat kusut. "Panggil ke sini aja. " Arkan melingkarkan tangan ke pinggang Evellyn. "Ya udah. El ayo mommy mandiin, " ajak Evel