Di dalam ruang kamar perawatan Evellyn, beberapa Dokter masuk ke dalam kamar. Arkan mengabarkan ada pergerakan dari jari-jari tangan wanitanya, tetapi alat pendeteksi jantung bergerak lambat dan bersuara nyaring menandakan ada perubahan dari kondisi tubuh Evellyn saat ini.
Beberapa dokter specialis yang bertanggung jawab terhadap perawatan Evellyn mulai memeriksa, di awali dari pengecekan tensi, pengambilan sample darah hingga kondisi kesehatan jantung dan organ dalam lainnya.Setelah beberapa saat, hasil pengecekan kesehatan keluar, belum ada perubahan yang signifikan dari kesehatan Evellyn saat ini. Tetapi juga tidak makin memburuk." Terus ajak bicara pasien ya, Pak!! Ingat kan memori-memori indah pada pasien, agar ada keinginan utuk kembali sehat." Dokter menyarankan terapi pada otak Evellyn, dengan mengingat memori indah di harapkan jiwa Evellyn akan bangkit dan kembali sehat."Baik Dok, " jawab si lelaBab 85.Seorang perawat masuk ke dalam ruang rawat Evellyn membawa bayi mungil yang tampan. " Pak ini baby boynya! " seru perawat berpakaian serba putih ini." Boleh saya gendong, Sus? " tanya Arkan lelaki tampan yang sudah siap berangkat ke kantor pagi ini." Boleh dong, silahkan." Perawat menggambil bayi El dari Box lalu menyodorkan bayi kecil pada Arkan. Dengan ragu Arkan mencoba menggendong bayi yang sudah terlihat montok.Setelah beberapa saat lelaki maskulin ini dapat menggendong junior dengan baik. " Eve... Ini anak kita sudah sehat dan tampan, bibirnya sama seperti kamu, ayo bangun gendong dia." Arkan berbicara sambil menelisik netra bening bayi di gendongannya." Pak, saya keluar sebentar, " ucap si perawat, yang di angguki oleh Arkan.Arkan terus berbicara pada anak dan juga istrinya yang masih betah memejamkan mata. Tangan Evellyn di sentuhkan pada pipi baby El. " Eve... Bayi mu
Bab 86" Permisi Tuan. " Sinta masuk membawa secangkir kopi dan setoples camilan.Lelaki maskulin ini masih terus berkutat dengan aktivitas tak merespon kedatangan sekretaris yang seperti selalu menggoda dengan tampilan tubuh seksinya yang di balut dengan pakaian minim."Tuan, makan siang ini anda mau makan di luar atau saya pesankan? " tanya Sinta."Makan di luar saja, " jawab Arkan tanpa mengalihkan pandangan dari kertas-kertas di atas meja." Baik, Tuan. Saya undur diri. " Pamit sinta, melangkah meninggalkan ruang kantor Arkan menuju meja kerjanya.Tak lama Sinta menutup pintu, pintu kembali terbuka wajah Eevan muncul dengan begitu segar dan terlihat bahagia. "Apa kabar, Bos." Arkan mendongak menatap asal suara. " Kau sudah kembali? " tanya Arkan." Aku memangkas jadwal bulan maduku, Bos. Aku selalu teringat dirimu!! " Sede
Bab 87.Baby El sudah dalam gedongan baby sitter, bersiap pulang. " Eve... Ibu sama El pulang ya. Cepat bangun, kasihan suami mu, sudah menunggu mu terlalu lama, " ucap Amelia.Baru kali ini Arkan diam seribu bahasa saat ibunya mengatakan hal ini pada wanitanya, karna memang kenyataannya benar. Arkan masih sangat membutuhkan kehadiran Evellyn sebagai suport sistem dalam kehidupannya.Apa lagi sekarang ada El yang sangat membutuhkannya, bayi mungil yang sudah semakin besar. Arkan masih diam di dekat brangkar Evellyn berada, jari-jarinya meraba pipi tirus Evellyn. Dia angkat tubuh dari kursi dan di dekatkan wajahnya pada wajah Evellyn. Nafas nya berhembus menerpa pipi tirus Evellyn, perlahan dia cium pipi wanitanya, selanjutnya dia Arahkan pada bibir Evellyn yang terlihat sedikit kering karna lamanya tak tersentuh apapun. Dengan lembut dia kecup dan lumat bibir dingin milik wanitanya.
"Bos kita ada sedikit masalah." Ervan mendaratkan bokong pada kursi di hadapan Arkan."Kendala apa?" kedua alis mata Arkan mengernyit, Netranya seketika menatap Ervan yang duduk di hadapannya." Bisnis barub kita terkendala pengadaan bahan. Selama ini perusahaan Cahaya Terang yang menguasai. Mereka sudah menguasai dari hulu ke hilir. Kita tidak bisa melobi para bandar-bandar pemasok bahan pangan dari hulu. Karna mereka sudah terikat kerjasama dengan Cahaya Terang. " Ervan menjeda ucapannya sesaat."Jalan satu-satunya untuk melancarkan bisnis ini adalah melobi Perusahaan Cahaya Terang untuk menjalin kerjasama dengan kita. " Lagi Ervan menjeda ucapan, menarik nafas dalam menghembuskan teratur.Arkan masih setia menunggu lanjutan penjabaran yang Ervan berikan. " Dan yang menjadi problem lanjutan adalah, mau kah mereka menjalin kerjasama dengan kita, setelah kau tolak mereka mentah-mentah saat itu. " Kedua
Bab . 88Setelah pikiran sedikit rileks Arkan keluar dari kamar kecil, menuju pintu utama kantor memanggil Sinta, dan meminta Sinta memanggil Ervan.Tak berapa lama Ervan datang. Dan mendaratkan tubuh di hadapan Arkan. " Ada apa, Bos?" " Apakah ini sudah fiks jalan satu-satu nya? " tanya Arkan." Yah... Seperti yang kamu ketahui Bos!! " ucap Ervan." Sudah kau lobi Pt Anugrah Bahagia? Bukan kah perusahaan itu juga tak kalah besar dari perusahaan Cahaya Terang? " Arkan masih mencoba mencari celah.Ervan tersenyum smirk. " Mungkin kau kurang fokus, Bos? Pt Anugrah Bahagia juga merupakan anak perusahaan milik Dad. Kapan waktu aku pernah memberitahu mu." Oke. Jadi posisi kita memang benar-benar terjepit untuk masalah ini? " " Yes, Bos. " Ervan menjawab mantap.Tanpa bicara lagi Arkan bangkit dari duduk meraih
Bab 89.Evellyn terbaring cukup lama, silih berganti kerabat menjenguk, mensuport agar jiwa Evellyn tergerak untuk bangun. Beberapa kali jari-jari tangan Evellyn bergerak tetapi sebatas itu, tak ada kemajuan dari kondisi Evellyn.Arkan masuk ke dalam ruang kamar perawatan Evellyn, di belakangnya mengikuti seorang gadis cantik berparas blasteran. Di tangan lelaki tampan ini menggantung beberapa paper bag dari salah satu butik terkenal."Assalamualaikum, Eve. " Arkan masuk, lalu mengecup kening wanitanya lembut.Azalea terpaku menatap lelaki yang beberapa hari lagi akan menghalal 'kannya. Terlihat sekali jika lelaki ini begitu merindu wanita di hadapannya. Lelaki maskulin itu terlihat sibuk mengusap - usap rambut Evellyn, membenarkan letak selimut yang tak pernah berubah berantakan. "Assalamualaikum, Kak Eve... Aku juga datang mengunjungi mu. " Azalea melirik lelaki tampan pujaan hati, sekedar
Bab 89. Lelaki tampan berkharisma sudah duduk berdampingan dengan wanita cantik bernetra biru. Untuk yang kedua kali Arkan melantunkan ikrar ijab qobul pada wanita berbeda dengan rasa yang sama seperti dia melantunkan ijab qobul pertama dulu.Ketika itu pun ia tak yakin akan bahtera yang akan dia lalui. Nyatanya bahtera yang dia lalui bersama Evellyn begitu indah, walau tak dipungkiri ada batu sandungan dalam kehidupan mereka.Kini pun Arkan memantapkan hati, akan mulai membuka hati, hidup berdampingan dengan Azalea. Juga akan terus merawat Evellyn. Azalea pun menerima, jika sementara waktu ini pernikahan mereka tak di publikasikan terlebih dulu.Beberapa kerabat dekat memberikan selamat, bahkan orang tua Evellyn datang mendoakan kebaikan untuk pernikahan Arkan yang ke dua.Ana dan Dani - kedua orang tua angkat Evellyn - mengizinkan Arkan untuk menikah
Bab 90.Dad menyentuh telapak tangan Mira lembut, dan tersenyum penuh makna. Sebagai lelaki berkuasa apapun bisa Arkan upayakan, apa lagi hanya sebuah tempat tinggal. Tak mungkin Arkan melalui hari indahnya di rumah otang tua Azalea. Dad mengerti maksud Arkan. " Bawalah, tapi harus kau ingat, jangan pernah sakiti putriku, aku selalu menjadi garda terdepan jika sampai aku mendengar kau menyakitinya. " Dad berkata dengan suara berat. Menekankan kata-kata untuk melindungi putrinya. Dad tau Arkan masih belum menerima Azalea sepenuhnya, walaupun Dad yakin lelaki maskulin ini tertarik pada putrinya. Tetapi hati siapa yang tau, terlebih mereka menikah karna ada kepentingan bisnis. " Aku yakin kau tau siapa aku, tak mungkin kau menyerahkan putrimu padaku jika kau tak tau siapa aku? " ucap Arkan menantang perkataan Dad. Air muka lelaki maskulin menyiratkan kepercayaan diri. Azal