Bab 79. Kepulangan.
Sudah dua hari Bram tak keluar dari kamar hotel yang dia tempati, pikirannya masih kacau, otaknya terus berputar mencari manufer elok agar rencana dapat berhasil di laksanakan.saat pikirannya di penuhi dengan rencana-rencana kurang matang, ponsel miliknya berdering, setelah menerima panggilan tersebut wajahnya merah padam. Benar prasangka Bram selama ini, Lea - anak Dad - yang menolong Evellyn wanita sekapannya.Lelaki yang sedang di landa gundah itu kembali mengambil gawai dan menghubungi orang-orang suruhannya. " Kabari jika ada pergerakan dari mereka, " ucap Bram marah."Jika mereka terliahat keluar rumah lekas kabari, aku sendiri yang akan menghabisi mereka, " ucap Bram geram.Kilatan kemarahan terlihat jelas di bola mata lelaki tampan ini. Kali ini kemarahan Bram sudah sampai puncak. Entah apa lagi rencana yang akan dia lakukan, dendam menutup semua akaBab 80. Celaka." Udah siap Kak?" tanya Azalea si gadis blasteran pada wanita hamil di hadapannya yang terlihat jelas, jika dia sangat bahagia saat ini.Evelyn mengangguk, senyum terukir sejak siang tadi, ia pun berpamitan pada Wati, berterimakasih sudah melayani dengan baik selama ia di sini."Nanti sering-sering main ke sini, Non. Biar Non Lea ada temannya." Wati mengelus tangan Evellyn lembut."Insha Allah, Bibi yang sehat ya, semoga kita bisa bertemu kembali, " Evellyn berucap, wanita hamil itu memperhatikan Azalea entah sedang berbincang apa dengan seorang lelaki bule."Kak ayo, " Lea si gadis blasteran menggandeng wanita hamil yang terlihat aura cantiknya.Dengan perlahan Evellyn masuk ke dalam mobil hitam mengkilap yang terlihat mahal ini. Azalea membantu memasangkan sabuk pengaman. " Sesak gak, Kak? " tanya Lea."Udah pas, Lea,"
Bab 81. Allena terciduk bekerja sama.Mereka sampai pada sebuah ruangan, tertulis di situ ruang operasi. "Pak siapa di antara kalian suami si wanita hamil? " tanya wanita berpakaian serba putih."Mana berkas-berkas yang harus di tanda tangani?" ucap Ervan tegang.Suster menyodorkan map berisi kertas-kertas. " Bos, tanda tangan dulu nanti aku jelaskan." Setelah Ervan menerima berkas yang di berikan perawat lalu Ervan memberikannya pada Arkan yang masih belum seratus persen mencerna ada apa ini. "Cepat Bos, istrimu harus cepat-cepat mendapatkan pertolongan." Ervan menatap dengan tegas pada lelaki di hadapannya.Arkan menangkup wajahnya dengan telapak tangan, duduk di bangku yang tersedia di depan ruang operasi, Ervan berdiri menyandarkan tubuh dan kepala pada dinding rumah sakit yang terasa dingin dan mencekam.Setelah Ervan menjelaskan kejadian yang menimpa istrinya, luruh tubu
Bab 82. Berusaha Lagi.Dad sedang berbincang hangat dengan Arkan. Dia menyayangkan atas keteledorannya mengawasi Putrinya, lelaki berjanggut putih ini tak menyangka Bram akan nekat melakukan hal ini."Jangan khawatir, semua yang bersangkutan dengan kasus ini sudah aku tindak lanjuti, tak ada lagi orang yang akan berani mencelakai keluargamu." terang Dad meyakinkan Arkan.Walau Dad berusaha berbincang hangat tetapi Arkan masih waspada terhadap lelaki tua yang memiliki kharisma memikat ini, Arkan pun tak menanggapi ucapan terakhir Dad."Aku turut bersedih dengan keadaan istri mu. Semoga dia cepet kembali pulih, " Dad memberikan suport semangat pada lelaki yang di gadang-gadang menjadi menantunya."Terimaksih." Hanya itu yang keluar dari mulut Arkan, dia belum bisa mempercayai kebaikan Dad seratus persen.Mira menemani Azzalea yang sudah dalam keadaan baik,
Bab 83.Azzalea menatap punggung tegap yang semakin menjauh dari pandangan mata. Mira mengusap pundak putrinya yang duduk di kursi roda menatap lelaki tampan yang berjalan menjauh semakin tak terlihat."Kamu masih menginginkannya?" tanya mira pada putri semata wayangnya. matanya menelisik dalam ke dalam bola mata indah milik Azalea.Azalea hanya menatap wajah ibunya, tak ada keinginan menjawab pertanyaan Mira, wanita yang sudah merawat dan membesarkannya dengan begitu baik." Bang Ivan lagi apa, Bu? Aku ingin menjenguk," ucap Azalea, mengalihkan pembicaraan." Memang kamu gak lelah, nanti sore saja jenguk Ivan, " usul Mira, khawatir Azalea lelah sebab kondisi tubuhya yang belum pulih.Gadis ini menarik nafas lemah, kepalanya dianggukkan, memang sejak tadi kakinya sudah sedikit keram. Dad mengangkat tubuh putrinya kembali berbaring, dia kecup kening putrinya yang sangat d
Di dalam ruang kamar perawatan Evellyn, beberapa Dokter masuk ke dalam kamar. Arkan mengabarkan ada pergerakan dari jari-jari tangan wanitanya, tetapi alat pendeteksi jantung bergerak lambat dan bersuara nyaring menandakan ada perubahan dari kondisi tubuh Evellyn saat ini.Beberapa dokter specialis yang bertanggung jawab terhadap perawatan Evellyn mulai memeriksa, di awali dari pengecekan tensi, pengambilan sample darah hingga kondisi kesehatan jantung dan organ dalam lainnya.Setelah beberapa saat, hasil pengecekan kesehatan keluar, belum ada perubahan yang signifikan dari kesehatan Evellyn saat ini. Tetapi juga tidak makin memburuk." Terus ajak bicara pasien ya, Pak!! Ingat kan memori-memori indah pada pasien, agar ada keinginan utuk kembali sehat." Dokter menyarankan terapi pada otak Evellyn, dengan mengingat memori indah di harapkan jiwa Evellyn akan bangkit dan kembali sehat."Baik Dok, " jawab si lela
Bab 85.Seorang perawat masuk ke dalam ruang rawat Evellyn membawa bayi mungil yang tampan. " Pak ini baby boynya! " seru perawat berpakaian serba putih ini." Boleh saya gendong, Sus? " tanya Arkan lelaki tampan yang sudah siap berangkat ke kantor pagi ini." Boleh dong, silahkan." Perawat menggambil bayi El dari Box lalu menyodorkan bayi kecil pada Arkan. Dengan ragu Arkan mencoba menggendong bayi yang sudah terlihat montok.Setelah beberapa saat lelaki maskulin ini dapat menggendong junior dengan baik. " Eve... Ini anak kita sudah sehat dan tampan, bibirnya sama seperti kamu, ayo bangun gendong dia." Arkan berbicara sambil menelisik netra bening bayi di gendongannya." Pak, saya keluar sebentar, " ucap si perawat, yang di angguki oleh Arkan.Arkan terus berbicara pada anak dan juga istrinya yang masih betah memejamkan mata. Tangan Evellyn di sentuhkan pada pipi baby El. " Eve... Bayi mu
Bab 86" Permisi Tuan. " Sinta masuk membawa secangkir kopi dan setoples camilan.Lelaki maskulin ini masih terus berkutat dengan aktivitas tak merespon kedatangan sekretaris yang seperti selalu menggoda dengan tampilan tubuh seksinya yang di balut dengan pakaian minim."Tuan, makan siang ini anda mau makan di luar atau saya pesankan? " tanya Sinta."Makan di luar saja, " jawab Arkan tanpa mengalihkan pandangan dari kertas-kertas di atas meja." Baik, Tuan. Saya undur diri. " Pamit sinta, melangkah meninggalkan ruang kantor Arkan menuju meja kerjanya.Tak lama Sinta menutup pintu, pintu kembali terbuka wajah Eevan muncul dengan begitu segar dan terlihat bahagia. "Apa kabar, Bos." Arkan mendongak menatap asal suara. " Kau sudah kembali? " tanya Arkan." Aku memangkas jadwal bulan maduku, Bos. Aku selalu teringat dirimu!! " Sede
Bab 87.Baby El sudah dalam gedongan baby sitter, bersiap pulang. " Eve... Ibu sama El pulang ya. Cepat bangun, kasihan suami mu, sudah menunggu mu terlalu lama, " ucap Amelia.Baru kali ini Arkan diam seribu bahasa saat ibunya mengatakan hal ini pada wanitanya, karna memang kenyataannya benar. Arkan masih sangat membutuhkan kehadiran Evellyn sebagai suport sistem dalam kehidupannya.Apa lagi sekarang ada El yang sangat membutuhkannya, bayi mungil yang sudah semakin besar. Arkan masih diam di dekat brangkar Evellyn berada, jari-jarinya meraba pipi tirus Evellyn. Dia angkat tubuh dari kursi dan di dekatkan wajahnya pada wajah Evellyn. Nafas nya berhembus menerpa pipi tirus Evellyn, perlahan dia cium pipi wanitanya, selanjutnya dia Arahkan pada bibir Evellyn yang terlihat sedikit kering karna lamanya tak tersentuh apapun. Dengan lembut dia kecup dan lumat bibir dingin milik wanitanya.