Bab 17. Hanya Masa Lalu "Brengsek." Bram mengebrak meja."Kalian semua bodoh." Bram meninju satu persatu anak buahnya yang gagal dalam tugas kemarin. Dia menelfon seseorang. Setelah menelfon dia sedikit tenang, karna Untuk saat ini ia masih bisa melenggang bebas. Jika dia sampai tertangkap dia bisa dideportasi dan akan sulit untuk kembali ke sini. Dia berjanji tak akan lagi menginjakkan kaki di Indonesia jika dendamnya telah terbalas. Bram mengingat awal kehancurannya, ketika saat dia bersaing tender proyek bernilai fantastis, Bram yakin jika dia akan mendapatkan proyek ini dan mengalahkan Arkan.Namun semua di luar perkiraannya dia kalah puluhan milyaran bahkan rumah yang ditinggalinya ikut tersita.Hanya iatrinya yang selalu mensuport dan menyemangati hingga bisnisnya kembali berkembang. Walaupun Bram tak bisa memiliki keturunan, karna sperma Bram bermasalah tetapi istrinya tetap setia disampingnya.
Bab 18. Pencarian. Evellyn memandang suaminya yang berdiri melihat ke arah mereka, satu tangannya dimasukkan ke dalam kantong celana. Arkan membalikkan tubuh meraih ponselnya lalu menelpon Ervin. Beberapa saat Ervin tiba, mereka berembug mencari solusi yang terbaik."Nat ada tugas untukmu sekarang juga." Ervin meenghubungi Nathan. Mereka berembug lewat vidiocall. Mereka mencari lewat sambungan Gps namun telponselular alisa jatuh tak jauh dari sekolah. Nathan menyebar anak buahnya, pun sudah mencari di rumah Allena dan Bram. Namun, mereka tak menemukannya. Mereka pun mengamankan bandara dan pelabuhan. Akan tetapi belum juga membuahkan hasil. Allena pulang dengan harapan Bram mau menemuinya. Nyawa akan dia berikan asal adiknya selamat. Penyemangat hidupnya adalah adiknya. Orang tua? Jika bisa memilih Allena tidak ingin terlahir dari orang tuanya.Allena masuk rumah, beberapa orang suruhan Arkan mengintai d
Bab 19. Penyelamatan.Beberapa orang memindik mengamankan tempat yang diduga terdapat seorang wanita dibawa ketempat ini. Beberapa orang berperawakan besar diringkus dan dibawa ketempat aman. Seorang lelaki membuka pintu dengan perlahan. Terdengar teriakan seorang perempuan yang diduga sedang mengalami kekerasan. "Angkat tangan!" Seorang tentara berpakaian preman menodongkan pistol tepat di kepala belakang Dad. Dad yang sedang kesulitan mencumbu gadis dalam kungkungannya menghentikan aksinya. Dengan perlahan lelaki bertubuh besar itu mengangkat badannya, tangannya dia angkat ke atas. Nafasnya masih memburu antara kesal dan bernafsu. "Borgol." teriak seorang tentara yang menodongkan pistol, pada team yang berada dibelakangnya. Arkan masuk dan mengerudungi rambut Evellyn yang acak-acakkan dengan kemejanya. Hijabnya entah berada di mana, pakaiannya masih utuh melekat ditubuh, Allah masih menjaganya.
Bab 20. Rencana.Dua pasang sejoli ini turun dari mobil. Mereka bergandengan tangan saat memasuki lobi kantor. "Tuan Arkan," seseorang memanggil Arkan. Mendengar ada yang memanggil namanya Arkan memalingkan wajah pada asal suara.Seseorang berjalan lebar menghampirinya. Mereka saling berjabat tangan Arkan pun memperkenalkan Evellyn. "Bisa kita bicara Tuan," tanya lelaki bertubuh sedikit gemuk berperawakan besar. "Mari ke kantor Mr, " ucap Arkan. "Maaf Tuan saya sedang terburu-buru tapi saya harus menyampaikan masalah ini," ucap mr frans. "Oke kita bicara di sana." Arkan menuju kursi tunggu. "Eve ayo." Arkan menarik tangan Evellyn namun wanita itu menepis gengaman tangan suaminya. "Aku tunggu di sana saja," ucap Evellyn dia menunjuk sofa tunggu. ia merasa tak enak jika ikut mendengarkan urusan pekerjaan suaminya. Untuk mengurangi jenuh wanita berparas cantik itu mengambil majalah dari
Bab 21. Kejutan. "Terimakasih." Evellyn mematiakn panggilannya pada sekretaris Arkan. Netranya melihat pada jam dinding yang tertempel di atas televisi. Wanita berkulit putih itu segera menyiapkan makanan.Setelah itu dia mandi dan merias diri, dia gunakan pakaian terbaiknya.Pintu terdengar sedikit terbuka Evellyn bersiap menyambut suaminya.Dia rapikan rambutnya lalu disandarkan tubuhnya ditembok, satu telapak kakinya dia tempelkan pada dinding. Dia berdiri dengan posisi menantang.Ceklek... Pintu terbuka. Arkan terbelalak mendapati Evellyn menunggunya dengan pakaian kurang bahan dan dengan pose menantang juga senyum yang selalu menggoda. Dengan sembarang Arkan melempar tasnya tak perduli jika isi didalamnya mengalami kerusakan. Lelaki itu langsung menyambar tubuh istrinya dan membopongnya menuju kamar. "Ha ha haaaa... Evellyn tertawa terbahak-bahak melihat reaksi suaminya. Tanpa banyak
Bab 22 . Permintaan. "Pak, silahkan duduk," ucap Evellin mempersilahkan atasannya duduk."Miss, perusahaan sedang membutuhkan, Mu," ucap Pak Haris- Direktur ditempat dia bekerja dulu. Bahkan Direktur diperusahaan dia bekerja dulu turun tangan langsung untuk menarik Evellyn kembali ke perusahaan yang mereka naungi. "Kau kenal dengan Pak Ferdinan?" tanya Pak Haris."Iya saya kenal," ucap Evellyn. "Perusahaan kami, menang tender desainer interior. tower kembar yang sebentar lagi selesai pembangunanannya. Anda pasti sering melewati?" Pak Haris menjeda ucapan bertanya pada Evellyn yang hanya menyimak sejak tadi. "Yang jadi kendala Pak Ferninan ini hanya menginginkan Miss Faiza yang menangani." Pak Haris menarik nafas kasar."Beberapa kali kami memberikannya jasa disainer lain setelah anda resain. Namun, tak ada satu pun yang cocok. " Evellyn masih mendengarkan Pak Haris menjabarkan masalahnya."Unt
Bab 23. Perjalanan bulan madu. Perjalanan panjang di atas pesawat berakhir, Meekah tempat yang pertama mereka kunjungi. Karna lelah Arkan langsung menuju kamar Hotel, sebelumnya Tour Guide memberi jadwal untuk esok hari. "Masya allah," ucap Evellyn. Melihat pemandangan kota Meekah yang begitu indah dimalam hari dari kamar hotelnya. "Sayang mulai hari ini aku panggil kamu kakak saja ya?" ucap Evellyn, saat merebahkan tubuhnya dikasur empuk Hotel terbaik dikota itu. "Suka-suka kamu asal panggilan sayang hanya untukku," ucap Arkan. Sebelum berangkat kerja pagi tadi Arkan melihat Evellyn sedikit murung, menurut Ervan wanita harus sedikit digombali agar merasa tersanjung dan hatinya berbunga-bunga. Evellyn tersipu, "tidurlah besok kita melakukan ibadah, berdoalah doa yang terbaik untuk kita Eve." Evellyn menganguk. Pagi ini tour guide sudah menunggu di lobi hotel, terlihat sepasang kekasih menghampiri mereka.
Bab 24. Masih Bulan Madu. "Indah berkas-berkas sudah siap?" tanya Ervan dikantor. "Sudah Pak, mau saya temani tidak Pak? " tanya Indah. "Mmm. Boleh deh," ucap Ervan.Sepanjang perjalanan Indah melihat Ervan berbalas pesan Entah dengan siapa, kali ini Ervan lebih fokus pada handphonenya, membuat Indah merasa diabaikan. Sebenarnya Indah menaruh sedikit perasaan pada Ervan, selama ini dia mengenal bosnya dan asisten bosnya ini berperangai santun, sopan dan baik, tak pernah terlihat mereka bermain dengan Wanita-wanita selama Indah bekerja pada mereka."Pak, Pak... tempat tujuan terlewat," ucap Indah menepuk tangan Ervan. "Hah, kelewat ya Ndah," Ervan kaget ternyata dia tak fokus menyetir." Bapak senyum-senyum sendiri dari tadi, sampe gak fokus, hati-hati kalo lagi nyetir bisa bahaya Pak!!" ucap Indah sedikit kesal, biasanya jika pergi dengan Ervan hari akan terasa indah seindah namanya. "Iyaa, Indah