Bab 22 . Permintaan.
"Pak, silahkan duduk," ucap Evellin mempersilahkan atasannya duduk."Miss, perusahaan sedang membutuhkan, Mu," ucap Pak Haris- Direktur ditempat dia bekerja dulu.Bahkan Direktur diperusahaan dia bekerja dulu turun tangan langsung untuk menarik Evellyn kembali ke perusahaan yang mereka naungi."Kau kenal dengan Pak Ferdinan?" tanya Pak Haris."Iya saya kenal," ucap Evellyn."Perusahaan kami, menang tender desainer interior. tower kembar yang sebentar lagi selesai pembangunanannya. Anda pasti sering melewati?" Pak Haris menjeda ucapan bertanya pada Evellyn yang hanya menyimak sejak tadi."Yang jadi kendala Pak Ferninan ini hanya menginginkan Miss Faiza yang menangani." Pak Haris menarik nafas kasar."Beberapa kali kami memberikannya jasa disainer lain setelah anda resain. Namun, tak ada satu pun yang cocok. " Evellyn masih mendengarkan Pak Haris menjabarkan masalahnya."UntBab 23. Perjalanan bulan madu. Perjalanan panjang di atas pesawat berakhir, Meekah tempat yang pertama mereka kunjungi. Karna lelah Arkan langsung menuju kamar Hotel, sebelumnya Tour Guide memberi jadwal untuk esok hari. "Masya allah," ucap Evellyn. Melihat pemandangan kota Meekah yang begitu indah dimalam hari dari kamar hotelnya. "Sayang mulai hari ini aku panggil kamu kakak saja ya?" ucap Evellyn, saat merebahkan tubuhnya dikasur empuk Hotel terbaik dikota itu. "Suka-suka kamu asal panggilan sayang hanya untukku," ucap Arkan. Sebelum berangkat kerja pagi tadi Arkan melihat Evellyn sedikit murung, menurut Ervan wanita harus sedikit digombali agar merasa tersanjung dan hatinya berbunga-bunga. Evellyn tersipu, "tidurlah besok kita melakukan ibadah, berdoalah doa yang terbaik untuk kita Eve." Evellyn menganguk. Pagi ini tour guide sudah menunggu di lobi hotel, terlihat sepasang kekasih menghampiri mereka.
Bab 24. Masih Bulan Madu. "Indah berkas-berkas sudah siap?" tanya Ervan dikantor. "Sudah Pak, mau saya temani tidak Pak? " tanya Indah. "Mmm. Boleh deh," ucap Ervan.Sepanjang perjalanan Indah melihat Ervan berbalas pesan Entah dengan siapa, kali ini Ervan lebih fokus pada handphonenya, membuat Indah merasa diabaikan. Sebenarnya Indah menaruh sedikit perasaan pada Ervan, selama ini dia mengenal bosnya dan asisten bosnya ini berperangai santun, sopan dan baik, tak pernah terlihat mereka bermain dengan Wanita-wanita selama Indah bekerja pada mereka."Pak, Pak... tempat tujuan terlewat," ucap Indah menepuk tangan Ervan. "Hah, kelewat ya Ndah," Ervan kaget ternyata dia tak fokus menyetir." Bapak senyum-senyum sendiri dari tadi, sampe gak fokus, hati-hati kalo lagi nyetir bisa bahaya Pak!!" ucap Indah sedikit kesal, biasanya jika pergi dengan Ervan hari akan terasa indah seindah namanya. "Iyaa, Indah
Bab. 25 Marah. Jemari panjang nan kokoh itu mengambil benda yang jatuh dari tas istrinya, lalu dengan seksama dia perhatikan setelahnya dia foto. Dia mengetik sesuatu di layar ponselnya, muncul artikel terkait pencarian. Tak sampai disitu ia kirimkan foto barang yang dia temukan dan dia kirimkan ke dokter pribadinya, tak lama jawaban pasti dia dapatkan. Arkan mematung tak percaya. Ada apa dengan istrinya? Kenapa dia melakukan ini?."Sayaanngg,, tolong ambilkan handuk aku terburu-buru tadi," ucap Evellyn berteriak dari dalam kamar mandi. Arkan memberikan handuk dan langsung menerobos masuk. "Sayang, mandi dulu, biar seger, memangnya kamu gak lelah," ucap Evellyn berusaha menghindar dari sentuhan Arkan."Aku tak akan lelah sebelum berhasil membuatmu hamil Eve...." Arkan menciumi ceruk leher istrinya. Seketika Evellyn mematung, hanya diam menerima segala perlakuan Arkan. Wanita cantik itu berada dalam pelukan
Bab 26. Baik-Baik saja.Evellyn memejamkan matanya, hatinya berdoa, semoga semua baik-baik saja. Baru semalam dia membaca ayat yang mengatakan 'seorang hamba tidak akan dikataan beriman jika tidak diuji.'Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, "Kami telah beriman," sedangkan mereka tidak diuji? (QS Al-Ankabut: 2)Evellyn mengambil air wudhu, untuk menenangkan pikirannya, dia lakukan solat dua rakaat. Arkan telihat berdiri di depan loby Rumah Sakit. Evellyn menghampiri dan mengandeng tangan suaminya menuju ruang pemeriksaan. Pemeriksaan sudah dilakukan. Namun, hasilnya masih harus menunggu."kalau dilihat dari pemeriksaan luar istrimu sehat, kita lihat hasil labnya nanti, 2 atau 3 jam lagi sudah bisa diambil," ucap dokter Maura yang memeriksa Evellyn."Oke, kalo bisa bawa hasil pemeriksaan ke rumah, nanti aku di rumah Ibu, kau diundang makan malam juga 'kan?" tanya Arkan pada dokter cantik
Bab. 27. Oh... Ternyata. Evellyn menemani Lirna, yang tampil cantik dengan rok coklat sepanjang betis terdapat belahan samping dan dipadu kemeja broken white terlihat cantik. Evellyn pun memperkenalkan Lirna pada Mertuanya. "Bos, anak perusahaan yang bergerak di bidang disaner interior bisa mendapatkan tender dan selama ini Miss Faiza ikut membantu, walau hanya lewat virtual. wanita itu tak terjun langsung karna tak mendapat izin suaminya, yang jadi kendala client ingin bertemu langsung dan memaksa." Ervan menjelaskan pokok masalah yang terlihat sangat sepele."Ya Tuhan, masalah sepele, beri penawaran kontrak yang bagus untuk wanita itu, siapa yang tak mau uang jaman sekarang," ucap Arkan menggampangkan. "Memang sepele Bos, tapi wanita itu memiliki prinsip kuat, dia hanya taat pada perintah suaminya yang melarangnya bekerja, berapapun nilai uang yang dia dapat tak sebanding dengan taatnya pada suami, kewajibannya sekarang taat pada suaminya," ucap Ervan. "Beruntung sekali suaminya
Bab 28 . Persekongkolan. Arkan berdiri di dekat reruntuhan, banyak wartawan menunggu dirinya mengkonfirmasi terkait kejadian ini, Ervan sebagai juru bicara menerangkan jika kejadian ini adalah murni kecelakaan.Dia pun menjelaskan semua proses pembangunan, perencanaan teknis, dan pelaksanaan konstruksi sudah sesuai standar keamanan dan standar proyek. Menurut informasi tidak ada korban jiwa, namun dikabarkan ada 1 orang kritis. Mendengar kabar ini Arkan berdoa semoga diberi kesembuhan untuk semua para korabn, karna jika ada korban jiwa harus ada yang di jadikan tersangka karna menyangkut nyawa. Evellyn terlihat cerah setelah mengunjungi ayahnya, perusahaanya sudah kembali pulih, apalagi Aksara memiki kemampuan yang diturunkan ayahnya. Aksara sangat berhati-hati jika berurusan dengan klient, apalagi klient yang baru dia dapat. Ayahnya bergelut dibidang properti, sebenarnya ayahnya menginginkan Evellyn bergabung di kantornya s
Bab 29. Hidup Para Perempuan.Pintu kamar terbuka terlihat penampilan Arkan yang sudah fresh, tampan dan mempesona. Allena tak mungkin melewatkan kesempatan jika suaminya membuka hati untuknya lagi, pikir Evellyn. "Sudah siap?" tanya Arkan lagi. Evellyn tak menjawab dia fokus pada ponselnya setelah menatap damba ada lelaki yang sedang berdiri didekat sofa dia duduk. "Eve... " Arkan masih berdiri melihat ke arah istrinya dan barang-barang di atas meja. "Memberi kejutan untukku rupanya?" ucap Arkan, duduk disebelah istrinya. "Ini bukan aku yang membelikan," ucap Evellyn datar. Arkan mengernyitkan kedua alis matanya. "Ini dari mantan kekasihmu!!" ucap Evellyn dengan wajah murung. "Eve...." Arkan memegang dagu Evellyn dan mendongakkan wajahnya, kedua bola mata mereka saling menatap. "Kamu cemburu?" Arkan masih menatap mata istrinya, dan diangguki oleh Evellyn. Arkan tersenyum sumringah.
Bab 30. Playboy Cap Kadal.Di area Apartmen Ervan memberi penjagaan tiga orang. Satu berada di bagian luar Apartmen, satu di dalam gedung dan satu lagi di area parkir. Mereka menyamar menjadi petugas parkir, claning service dan tukang asongan. "Eve... Mulai hari ini jika ingin bepergian selalu bersamaku, jangan buka pintu siapapun itu kecuali sudah ada janji." Arkan memperingatkan istri saat Evellyn membawakan kopi keruang kerjanya. "Kali ini aku sedang bersaing tender besar, untuk berjaga-jaga saja." ucap Arkan lagi saat dilihat istrinya mengernyitkan dahi. Lelaki tampan itu tak ingin memberi tahu kenyataan yang Sebenarnya khawatir istinya gelisah. "Iya... Sayang...." Evellyn duduk di pangkuan lelakinya mengecup pipi suaminya. Setelahnya bergegas melarikan diri keluar. Arkan tersenyum melihat istrinya berkelit dan terbirit lari. Rumah Tangga ibadah terlama, sebab itu banyak kesenangan juga ujian yang harus dilewati dalam me
"Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.
Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem
"Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali
"Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil
Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g
"Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala
Azalea terbelalalak mendengar penuturan Carla. "Utang apa?" Azalea mengajak Carla masuk ke dalam ruangan Ivander bekerja. Carla menjelaskan semua janji Ivan, selama ini dia menunggu. Tetapi yang di tunggu tak kunjung datang. "Jangan marah pada Mr Ivan, kami hanya partner ranjang, dia tak memiliki perasaan apapun padaku." Bola mata Azalea terbelalak, Carla berkata begitu nyaman, bahwa dia hanya partner ranjang. Tak memikirkan perasaan Azalea kah pelacur satu ini pikir Azalea. "Oke, nanti akan saya sampaikan pada partner ranjang Anda, bahwa Anda mencari Mr Ivan. Sebaiknya Anda pergi sekarang dari ruangan ini!" suara Azalea di tekan, berusaha meredam emosi. "Maaf, tapi itu dulu, sudah lama dia tak menjumpaiku. Maaf 'kan aku jika salah ucap." Carla merasa tak enak dengan reaksi Azalea. "It's oke," ujar Azale, " silahkan pintu ada disebelah sana." Tangan Azalea menjulur menunjuk arah pintu. "Mba, jangan marah, selama ini saya pikir Mr Ivan menyukai saya, karna dia hanya mengg
"Lalu?" "Bos Nathan mau melamar aku, kalo aku gak mau ngawal kakak." Dina berkata pelan. "Emang Nathan belum punya istri?" tanya Evellyn. "Belum kak, tapi dia pria flamboyan," ujar Dina. "Ya siapa tau, kamu perempuan terakhirnya, buktinya dia mau nikahin kamu," ujar Evellyn. "Aku belum yakin kak," ujar Dina lagi. Mereka berbincang selama perjalanan, Evellyn memang tipe orang yang tidak memandang status, asal enak di ajak bicara maka dia akan terus mengorek berita, hitung-hitung olah raga mulut, dari pada bergaul dengan teman-teman istri dari kolega suaminya yang dibicarakan hanya jabatan, kekayaan hingga arisan yang diluar nalar Evellyn. Evellyn terperangah kaget, ketika berkumpul dan mereka melakukan arisan berondog, padahal suami-suami mereka tak kalah tampan dan berwibawa, kenapa mau dengan lelaki yang hanya tampang dan juga entah apa yang di mau para wanita itu. "Din, kita mampir ke superma
Bima masih terus bermain pada tubuh Aryanti, dan berkali-kali pula Aryanti mendapatkan kenikmatan luar biasa. Ingin rasanya mengumpat, tetapi itu terjadi pada tubuhnya. Bima menyeringai penuh kemenangan. Hingga dia menuntaskan hasrat terkutuknya. Bima mengejang panjang. "Ar, rasamu tak pernah berubah, tak salah aku merindukanmu." Bima mengecup pucak kepala Aryanti, masih berada di atas tubuh tergolek tak berdaya. Lelaki ini bangun lalu mengambil pakaian yang tercecer dan memakainya lagi. Melepas sabuk yang mengikat tangan lalu melepas ikatan di mulut Aryanti. Wanita ini tergugu mengerat selimut, kepalanya berputar. "Jangan menagis Ar, tak ada yang tau selain kita berdua, asalkan kamu selalu siap saat aku mau, kamu akan aman." Bima mengecup pundak Aryanti, berbisik ditelinga mengancam."Maksu kamu?" Aryanti menatap Bima sendu matanya bengkak. Bima menunjukkan vidio panas yang barusan dia rekam, ini akan aku edit, seoalah-olah kita melakukan atas dasar suka sama-sama suka." Bima ber