“Kalian dengar?” teriak Louis. “Itu suara bayinya.”Spontan, Louis membuka pintu. Namun, ternyata pintu itu terkunci dari dalam. Pemuda itu memberengutkan wajah.“Kenapa pintunya pakai dikunci segala?”“Agar tim medis yang di dalam bisa fokus membantu Keyna, Lou. Lagipula aku yakin kamu tidak akan mau melihat keadaan di dalam,” cetus Hanson.“Kenapa? Aku kan hanya ingin melihat adikku.”“Saat ini Keyna pasti masih berdarah-darah pada bagian vitalnya. Demikian juga dengan sang bayi.”“Iya, benar juga, Lou. Kita tetap tunggu di sini,” balas Frederix yang kemudian menyeret adiknya menjauh dari pintu ruang bersalin dan duduk tenang.Di dalam ruang bersalin, Keyna dan William terisak berbarengan. Sang bilioner berkali-kali meminta maaf dan mengucapkan terima kasih pada sang istri. Lalu, keduanya saling mengucapkan rasa syukur pada Tuhan.“Selam
Will!" panggil Jaslan.William yang masih memakai piyama memicingkan mata menatap sahabatnya. Sejenak ia ragu apa benar itu Jaslan? Apa yang lelaki itu lakukan di mansionnya?"Jaslan?""Apa saking shocknya kau melihat persalinan Keyna hingga lupa padaku?" Jaslan mengangkat alisnya."Kau gila! Apa yang kau lakukan di sini? Istrimu baru saja melahirkan dua orang bayi dan kau sudah berkeliaran? Dasar suami laknat!" umpat William masih setengah kaget."Jangan khawatir. Aku datang dengan seizin Edith.""Kau benar-benar ke mari untuk menjenguk?""Yes. Aku mau melihat calon menantuku. Mana dia?""Ck ... padahal aku sengaja tidak mengabarimu.""Dan aku memang berniat tidak bertanya padamu. Aku mendapat informasi dari Hanson.""Dasar adik pengkhianat!"Jaslan terkekeh. Lengannya melingkari bahu William. Mereka berjalan ke ruang bersalin di mana Keyna dan bayinya berada.Seperti biasa, kedua sahabat itu saling memaki satu sama lain. Kemudian terkekeh dan berangkulan. William menceritakan proses
“Kamu benar juga, Baby,” bisik William sambil mengelus dahi tengah sang putri yang kini mulai memejamkan mata.Princess kemudian diserahkan pada suster. Keyna membersihkan dirinya dibantu William.“Kamu diam saja, Baby. Biar aku yang menyabuni dan membilas tubuhmu,” ucap William.“Kamu yakin mau melihat tubuhku?”William mengernyit tak suka mendengar pernyataan sang istri. Sekali lagi ia menegaskan bahwa dirinya sama sekali tidak keberatan dengan perubahan tubuh Keyna.“Apa jahitan luka jalan lahirnya masih sakit?” tanya William prihatin saat Keyna membersihkan bagian tersebut.Anggukan kepala diterima William sebagai jawaban. Lelaki itu mengembuskan napas beratnya. Selesai mandi, William juga membantu istrinya berpakaian.“Aku bantu mengeringkan rambutmu,” ujar William yang kemudian mengambil alih hair dryer dari tangan Keyna.“Katanya ibu menyusui terkadang rambutnya akan banyak rontok. Apa aku potong rambut saja ya, sayang?” tanya Keyna.“Boleh juga. Asal jangan pendek sekali. Aku
Semua kembali tergelak mendengar ucapan Louis. Pemuda itu menatap penuh sayang pada adiknya. Sesekali menggerak-geraknya jari yang digenggam Princess.“Nggak jadi ngambek lagi karena adiknya perempuan?” canda Hanson.Louis menggeleng keras. “Kalau cantik begini, yaa … masa aku protes. Tapi, tetap aku ingin adik laki-laki, sih.”Keyna menepuk dahinya mendengar pernyataan Louis. “Jahitanku belum kering, Lou, kamu sudah minta adik laki-laki.”“Asal kau tau, Lou. Daddymu trauma membuat istrinya hamil,” kekeh Jaslan.“Yaaa … jangan, Dad," protes Louis. William akhirnya harus menjelaskan maksud ucapan Jaslan. Bahwa ia sangat tidak tega melihat Keyna hamil apalagi melahirkan. Belum lagi masa-masa setelah melahirkan pun masih sangat berat. Mendengar penjelasan suaminya, Keyna tersenyum menatap William.“Tapi, kodrat wanita memang seperti itu, sayang. Hamil, melahirkan dan menyusui. Proses yang tidak mungkin dilakukan seorang laki-laki,” ungkap Keyna.“Betul. Bahkan saya pernah mengatakan di
Baik Keyna maupun William menoleh. Kini mereka berhadapan dengan seorang wanita muda yang berwajah manis. Tersenyum menatap Keyna.“Bianca?” seru Keyna tampak heran melihat wanita itu di depannya.Wanita itu mengangguk. Bibirnya tetap menyunggingkan senyum. Ia lalu menunduk ke depan William.“Selamat sore, Tuan William,” sapanya.Tidak ada balasan dari William. Ia hanya berdiri dan tetap menggenggam tangan istrinya. Bahkan tersenyum pada Bianca pun tidak.“Kamu di sini, Bi?” tanya Keyna ramah.“Iya. Em … aku sedang mengerjakan proyek dari Sacha,” jawab Bianca yang mulai kikuk karena William terlihat sangat acuh.“Oh, kamu yang merancang kamar bayiku? Kamu sudah lulus jadi sarjana desain interior, ya?” terka Keyna.“Hehe iya.”“Ya Tuhan, kebetulan sekali.” Keyna lalu menoleh menatap sang suami. “Sayang, ini Bianca, sepupu Cedr
“Bianca siapa?” Frederix dan Louis serempak bertanya.Cerita singkat meluncur dari bibir Sacha. Keyna mengangguk saat Sacha mengingatkan bahwa ia pernah berkencan dengan Alex. Model cantik itu lalu melanjutkan kisah pengakuan Alex dan pertemuannya dengan Bianca yang secara kebetulan juga merupakan sepupu Cedric.“Jadi, aku meminta Alex dan Bianca mendekorasi ruang bayi sebelum aku mengetahui bahwa Bianca adalah sepupu Cedric,” pungkas Sacha.“Kebetulan sekali. Apa Bianca kaget melihat kamu, Key?”“Tidak juga. Mungkin karena Sacha sudah memberitahu tentang pernikahanku dengan William.” Keyna menjawab pertanyaan Frederix.“Daddy pasti kesal setelah tau Bianca adalah sepupu Cedric. Hayo, ngaku, Dad,” celoteh Louis jahil.William mendengus mendengar pernyataan putra bungsunya. Ia berterus-terang sempat terkejut dan sedikit kesal. Tetapi, setelah ditenangkan Keyna, ia jadi tidak mempermasalahkan lagi.“Apalagi setelah melihat desain kamar ini. Daddy sangat puas dengan hasilnya,” ungkap Wil
Keyna dan William memutuskan bersama. Setelah menimbang keadaan, akhirnya William dapat kembali bekerja ke kantor. Hampir dua bulan sudah ia tidak ke perusahaannya karena menemani Keyna.“Princess ternyata tidak serewel yang aku kira. Bayi ini malah cenderung sangat tenang, jadi kamu tidak perlu khawatir,” ucap Keyna saat William mengungkapkan kekhawatirannya.“Iya, sih. Princes tenang karena selalu berada di dekat pabrik susu,” balas William sambil mencium pelan kepala sang putri yang sedang menyusu.Sang bilioner akhirnya bersiap. Ia keluar dengan pakaian stelan jas rapi dan wangi. Keyna memperhatikan suaminya yang terlihat mempesona.Setelah meletakkan Princess di box bayinya, Keyna menghampiri William. Kedua tangannya melingkari pinggang sang suami dari belakang. William segera melapisi pelukan Keyna.William lalu membawa Keyna ke hadapannya. Mata jernih itu menatapnya dengan penuh cinta. Sang bilioner tersenyum lalu mengecup dahi istrinya lama dan dalam.“Apa apa?”Kepala Keyna m
Perlahan, William melongok ke dalam kamar utama. Keyna dan Princess sedang tidur bersisian. Sepertinya Keyna tertidur saat menyusui karena blus bagian dadanya masih terbuka.Mengelus pelan rambut Keyna, William menarik selimut menutupi tubuh sang istri. Setelah itu, William masuk ke dalam kamar mandi dan membilas tubuh serta berganti pakaian.Segar kembali, William menghampiri ranjang. Ia berputar ke sisi putrinya tidur. Tanpa menimbulkan suara, William berbaring miring menatap istri dan putrinya. Keyna terlihat membuka sedikit matanya."Hai, Mommy cantik," sapa William dengan senyum manis."Ya Tuhan." Keyna tersentak kaget. "Kamu sudah pulang. Maafkan aku.""Kenapa, Baby?""Aku ketiduran. Padahal kami ingin menyambutmu pulang."William tersenyum penuh pengertian. Tangannya meraih tangan sang istri dan meminta wanita itu berbaring di sisinya. Keyna menggeser tubuhnya merapat pada sang suami."Kamu wangi sekali. Sudah mandi, ya?" Keyna menciumi ceruk leher William."Aku langsung mandi