Esok paginya, Keyna membantu William bersiap. Wanita itu yang memilihkan pakaian dan memakaikan pada tubuh atletis sang suami. Membubuhkan pelembab serta tabir surya ke wajah lelaki tampan itu lalu menyisiri rambutnya.Keyna telah bertekad, meskipun telah memiliki bayi, ia akan berusaha untuk selalu melayani suaminya. William mengucapkan terima kasih atas perlakuan manis sang istri. Hidupnya terasa sempurna.“Aku ada kabar baik untukmu,” ucap William.“Tentang pertemuanmu pagi ini dengan Cedric?”Kepala William menggeleng. “Tidak, bukan itu. Semalam, aku berbincang dengan Hanson.”Dahi Keyna berkerut dalam. “Semalam? Aku tidak tau kamu terbangun.”“Aku memang berusaha agar kamu tidak terbangun.”“Apa yang kamu lakukan malam-malam di luar kamar?”“Aku tidak bisa tidur, jadi aku pergi ruang gymnastik dan bertemu Hanson di sana.”Secara singkat, William bercerita tentang pembicaraannya dengan Hanson semalam. Ekspresi Keyna terlihat senang mendengar kabar tersebut. Lalu, muncul keraguan d
Seharian ini, William menjadi tidak fokus. Ia jadi merasa salah strategi menemui Cedric di pagi hari karena itu membuat sisa harinya di kantor menjadi terus memikirkan masalah Cedric dan Sacha.“Sebaiknya aku pulang, Eddie. Pikiranku kacau,” cetus William.“Baik, Tuan,” balas Eddie. “Anda mau saya emailkan berkas-berkas keuangan ini?”“Tidak perlu. Percuma. Di mansion, aku akan banyak menghabiskan waktu dengan istri dan putriku.”Eddie tersenyum penuh pengertian. William yang ia kenal telah berubah menjadi seorang suami dan ayah yang ideal.Sambil merapikan tas kerjanya, William bertanya, “Bagaimana menurutmu dengan Cedric?”“Saya melihat Dokter Cedric memang bersungguh-sungguh ingin menjalin hubungan serius dengan Nona Sacha, Tuan.”“Menurutmu begitu?”“Apa yang Tuan beratkan? Dokter Cedric sudah menyesali masa lalunya dan ingin memperbaiki diri, bukan?”William tidak menjawab. Bilioner itu sudah selesai berkemas. Ia lalu berjalan ke arah pintu.“Saya juga izin pulang cepat, Tuan Wil
"Yeayy ... Daddy sudah pulang," pekik Keyna yang datang menghampiri William sambil menggendong Princess.Senyum merekah di bibir William. Ini yang sering ia bayangkan sekarang saat berada jauh dari mansion. Istri dan putrinya yang tersenyum dan menyambutnya."Hallo kesayangan-kesayangan Daddy," balas William yang langsung mencium dan memeluk istrinya."Kamu tidak boleh menggendong Princess. Mandi dulu," ucap Keyna saat William ingin mengambil alih putrinya."Hari ini aku tidak bertemu banyak orang, Baby. Hanya di ruangan saja," kilah William.Merasa kasihan, Keyna akhirnya membentangkan selimut tipis dari bahu hingga bagian depan tubuh William. Kemudian meletakkan Princess di dada sang suami hingga Princess tidam terkontaminasi virus dari kemeja William."Kenapa kamu pulang cepat, sayang?" tanya Keyna saat mereka berjalan bersama ke ruang keluarga."Ada masalah di kantor. Jadi daripada pusing, aku pulang saja. Bertemu dengan istri dan putri kecilku ini merupakan obat paling manjur."
“Sacha.”Wanita cantik yang mendengar namanya dipanggil itu terpaku di tempat. Apa ia berhalusinasi? Telinganya menangkap suara seorang lelaki yang amat dikenalnya. Perlahan, Sacha membalik tubuh. Napasnya terhenti sesaat melihat penampakan sosok yang sedang memandangnya dengan senyum di wajah.“Cedric?”Keduanya saling mendekat. Memberi jarak satu sama lain untuk tidak terlalu rapat hingga bisa menatap wajah masing-masing.“Kamu tambah cantik, Cha,” puji Cedric.Panas. Itu yang Sacha rasakan di wajahnya. Wanita itu tersenyum malu.“Terima kasih. Kamu … tampak bugar.”“Aku rajin berolahraga untuk menghalau kebosanan dan … kerinduan.”Sacha menjawab dengan mengangguk. Menurutnya, Cedric pun tampak lebih tampan, maskulin dan terlihat sangat cerdas.“Dan sejak kapan kamu memakai kacamata?”“Sejak aku mulai kesulitan membaca tiga buku kedokteran dalam satu minggu.”Wajah Sacha masih terasa panas. Apalagi, Cedric menatapnya tanpa jeda. Dan senyum selalu permanen di wajahnya.“Apa kamu seda
Bergandengan tangan, Cedric dan Sacha keluar dari restoran. Raut bahagia terpatri di wajah masing-masing. Tuntas sudah proses menunggu, kini mereka telah maju ke tahap yang lebih penting dalam kehidupan."Sekarang kita mau ke mana?" tanya Sacha."Ke mana saja asal bersamamu," jawab Cedric sambil mengecup tangan Sacha yang digenggamnya."Ternyata kamu pintar menggombal.""Aku mempelajarinya saat rindu denganmu. Apakah berhasil?""Belum terlalu. Biasa saja.""Baiklah. Kalau begitu, aku akan berusaha lebih keras lagi."Sacha tergelak. Wajahnya semakin cantik saat tertawa lebar. Cedric menyadari ia sangat menyukai tawa renyah tersebut."Apakah kamu dulu benar-benar berkencan dengan Belinda?""Belinda? Kamu kenal dia?""Tidak. Aku melihat postingan Caroline, adikmu. Dia menyebut Belinda sebagai calon kakak ipar," cebik Sacha."Oh ya? Mana? Aku mau lihat," pinta Cedric.Sacha memberikan telepon genggamnya. Layar di sana terpampang media sosial Caroline. Cedric menatap dengan pandangan tak s
Keluarga Dalton, tak terkecuali si kecil Princess duduk bersama di ruang keluarga. Semua mata menatap Sacha. Hanya Princess saja yang asyik bermain dengan mainan berbahan karet di tangannya.“Kenapa Kak Cha mengumpulkan kami semua di sini?” tanya Louis dengan tidak sabar.“Ehm.” Sacha berusaha menjernihkan tenggorokannya.“Kenapa sih, Cha?” Frederix ikut-ikutan penasaran.“Ini … Cha ingin memberitahu Daddy, Keyna, Kak Fred, Louis dan Princess bahwa semalam Cedric melamar Sacha.”Sacha memperlihatkan jari manisnya dan menambahkan, “Cha menerima lamaran Cedric.”Hening. Tidak ada yang berani lebih dulu memberi komentar. Bahkan Louis terang-terangan menatap Daddy-nya untuk melihat ekspresi William.William mengembuskan napas panjang. “Ok. Terima kasih telah memberitahu kami. Terus-terang, Daddy belum bisa memberimu ucapan selamat.”Tentu saja pernyataan itu membuat Keyna, Frederix dan Louis pun urung mengucapkan selamat pada Sacha.“Cha mengerti, Dad.” Sacha menunduk dalam-dalam. Ia haru
"Kenapa kamu berdandan cantik sekali?" William mengamati istrinya yang masih memoles make up di wajah."Karena kamu tampil sangat tampan, jadi aku harus mengimbanginya," sahut Keyna.William mendengus geli. Dipikir-pikir, semakin lama, Keyna semakin pintar berkelit. Ada saja jawabannya yang membuat William tidak berkutik."Bagaimana kalau Princess menangis mencarimu? Kasihan Princess. Apa kita batal ikut saja?""Suster yang kita pekerjakan adalah tenaga berpengalaman. Jangan khawatir.""Kalau Princess mau menyusu?""Banyak cadangan ASI di frezzer.""Aku rasa Princess lebih nyaman menyusu langsung dibanding menggunakan botol, Baby."Keyna mengabaikan pernyataan William. Ia berdiri dari kursi meja rias. Menghampiri dan merapikan pakaian sang suami. Lalu, dengan gerakan sensual mencium leher William dengan sedikit isapan lembut di sana.William meremang. Kepalanya mulai pening kembali."Kamu mau membunuhku pelan-pelan, Baby?" desah William."Tidak, dong. Jangan mati dulu, Will. Kita ada
Keyna memandangi wajah tampan sang suami. Mereka baru saja kembali dari makan malam bersama. Saat ini, William sedang mendongeng untuk putri mereka.Agaknya Princess paham bahwa orang tuanya sedang ada acara. Bayi cantik itu telah tidur sesaat setelah Keyna dan William pergi. Lalu, terbangun ketika William menggendongnya untuk dipindahkan ke kamar utama."Kamu tambah pintar mendongeng," puji Keyna."Aku memang bisa belajar dengan cepat."Keyna terkekeh. "Kuakui itu benar. Meskipun ceritamu masih saja tentang bisnis yang menghasilkan jutaan dolar.""Princess menyukai cerita itu.""Bagaimana kamu mendapat banyak cerita tentang bisnis dalam versi anak-anak?""Aku mengarangnya sendiri. Khusus untuk Princess."William meletakkan hati-hati sang putri di boxnya. Menyelimutinya dengan benar, mengecup pipi dan mengucapkan selamat tidur."Sekarang giliranku didongengi," ucap Keyna sambil menepuk sisi tempat tidur.Lelaki itu membuka kimono tidurnya. Ia lalu naik ke ranjang dan menyelipkan lenga