Baik Keyna maupun William menoleh. Kini mereka berhadapan dengan seorang wanita muda yang berwajah manis. Tersenyum menatap Keyna.
“Bianca?” seru Keyna tampak heran melihat wanita itu di depannya.
Wanita itu mengangguk. Bibirnya tetap menyunggingkan senyum. Ia lalu menunduk ke depan William.
“Selamat sore, Tuan William,” sapanya.
Tidak ada balasan dari William. Ia hanya berdiri dan tetap menggenggam tangan istrinya. Bahkan tersenyum pada Bianca pun tidak.
“Kamu di sini, Bi?” tanya Keyna ramah.
“Iya. Em … aku sedang mengerjakan proyek dari Sacha,” jawab Bianca yang mulai kikuk karena William terlihat sangat acuh.
“Oh, kamu yang merancang kamar bayiku? Kamu sudah lulus jadi sarjana desain interior, ya?” terka Keyna.
“Hehe iya.”
“Ya Tuhan, kebetulan sekali.” Keyna lalu menoleh menatap sang suami. “Sayang, ini Bianca, sepupu Cedr
“Bianca siapa?” Frederix dan Louis serempak bertanya.Cerita singkat meluncur dari bibir Sacha. Keyna mengangguk saat Sacha mengingatkan bahwa ia pernah berkencan dengan Alex. Model cantik itu lalu melanjutkan kisah pengakuan Alex dan pertemuannya dengan Bianca yang secara kebetulan juga merupakan sepupu Cedric.“Jadi, aku meminta Alex dan Bianca mendekorasi ruang bayi sebelum aku mengetahui bahwa Bianca adalah sepupu Cedric,” pungkas Sacha.“Kebetulan sekali. Apa Bianca kaget melihat kamu, Key?”“Tidak juga. Mungkin karena Sacha sudah memberitahu tentang pernikahanku dengan William.” Keyna menjawab pertanyaan Frederix.“Daddy pasti kesal setelah tau Bianca adalah sepupu Cedric. Hayo, ngaku, Dad,” celoteh Louis jahil.William mendengus mendengar pernyataan putra bungsunya. Ia berterus-terang sempat terkejut dan sedikit kesal. Tetapi, setelah ditenangkan Keyna, ia jadi tidak mempermasalahkan lagi.“Apalagi setelah melihat desain kamar ini. Daddy sangat puas dengan hasilnya,” ungkap Wil
Keyna dan William memutuskan bersama. Setelah menimbang keadaan, akhirnya William dapat kembali bekerja ke kantor. Hampir dua bulan sudah ia tidak ke perusahaannya karena menemani Keyna.“Princess ternyata tidak serewel yang aku kira. Bayi ini malah cenderung sangat tenang, jadi kamu tidak perlu khawatir,” ucap Keyna saat William mengungkapkan kekhawatirannya.“Iya, sih. Princes tenang karena selalu berada di dekat pabrik susu,” balas William sambil mencium pelan kepala sang putri yang sedang menyusu.Sang bilioner akhirnya bersiap. Ia keluar dengan pakaian stelan jas rapi dan wangi. Keyna memperhatikan suaminya yang terlihat mempesona.Setelah meletakkan Princess di box bayinya, Keyna menghampiri William. Kedua tangannya melingkari pinggang sang suami dari belakang. William segera melapisi pelukan Keyna.William lalu membawa Keyna ke hadapannya. Mata jernih itu menatapnya dengan penuh cinta. Sang bilioner tersenyum lalu mengecup dahi istrinya lama dan dalam.“Apa apa?”Kepala Keyna m
Perlahan, William melongok ke dalam kamar utama. Keyna dan Princess sedang tidur bersisian. Sepertinya Keyna tertidur saat menyusui karena blus bagian dadanya masih terbuka.Mengelus pelan rambut Keyna, William menarik selimut menutupi tubuh sang istri. Setelah itu, William masuk ke dalam kamar mandi dan membilas tubuh serta berganti pakaian.Segar kembali, William menghampiri ranjang. Ia berputar ke sisi putrinya tidur. Tanpa menimbulkan suara, William berbaring miring menatap istri dan putrinya. Keyna terlihat membuka sedikit matanya."Hai, Mommy cantik," sapa William dengan senyum manis."Ya Tuhan." Keyna tersentak kaget. "Kamu sudah pulang. Maafkan aku.""Kenapa, Baby?""Aku ketiduran. Padahal kami ingin menyambutmu pulang."William tersenyum penuh pengertian. Tangannya meraih tangan sang istri dan meminta wanita itu berbaring di sisinya. Keyna menggeser tubuhnya merapat pada sang suami."Kamu wangi sekali. Sudah mandi, ya?" Keyna menciumi ceruk leher William."Aku langsung mandi
Esok paginya, Keyna membantu William bersiap. Wanita itu yang memilihkan pakaian dan memakaikan pada tubuh atletis sang suami. Membubuhkan pelembab serta tabir surya ke wajah lelaki tampan itu lalu menyisiri rambutnya.Keyna telah bertekad, meskipun telah memiliki bayi, ia akan berusaha untuk selalu melayani suaminya. William mengucapkan terima kasih atas perlakuan manis sang istri. Hidupnya terasa sempurna.“Aku ada kabar baik untukmu,” ucap William.“Tentang pertemuanmu pagi ini dengan Cedric?”Kepala William menggeleng. “Tidak, bukan itu. Semalam, aku berbincang dengan Hanson.”Dahi Keyna berkerut dalam. “Semalam? Aku tidak tau kamu terbangun.”“Aku memang berusaha agar kamu tidak terbangun.”“Apa yang kamu lakukan malam-malam di luar kamar?”“Aku tidak bisa tidur, jadi aku pergi ruang gymnastik dan bertemu Hanson di sana.”Secara singkat, William bercerita tentang pembicaraannya dengan Hanson semalam. Ekspresi Keyna terlihat senang mendengar kabar tersebut. Lalu, muncul keraguan d
Seharian ini, William menjadi tidak fokus. Ia jadi merasa salah strategi menemui Cedric di pagi hari karena itu membuat sisa harinya di kantor menjadi terus memikirkan masalah Cedric dan Sacha.“Sebaiknya aku pulang, Eddie. Pikiranku kacau,” cetus William.“Baik, Tuan,” balas Eddie. “Anda mau saya emailkan berkas-berkas keuangan ini?”“Tidak perlu. Percuma. Di mansion, aku akan banyak menghabiskan waktu dengan istri dan putriku.”Eddie tersenyum penuh pengertian. William yang ia kenal telah berubah menjadi seorang suami dan ayah yang ideal.Sambil merapikan tas kerjanya, William bertanya, “Bagaimana menurutmu dengan Cedric?”“Saya melihat Dokter Cedric memang bersungguh-sungguh ingin menjalin hubungan serius dengan Nona Sacha, Tuan.”“Menurutmu begitu?”“Apa yang Tuan beratkan? Dokter Cedric sudah menyesali masa lalunya dan ingin memperbaiki diri, bukan?”William tidak menjawab. Bilioner itu sudah selesai berkemas. Ia lalu berjalan ke arah pintu.“Saya juga izin pulang cepat, Tuan Wil
"Yeayy ... Daddy sudah pulang," pekik Keyna yang datang menghampiri William sambil menggendong Princess.Senyum merekah di bibir William. Ini yang sering ia bayangkan sekarang saat berada jauh dari mansion. Istri dan putrinya yang tersenyum dan menyambutnya."Hallo kesayangan-kesayangan Daddy," balas William yang langsung mencium dan memeluk istrinya."Kamu tidak boleh menggendong Princess. Mandi dulu," ucap Keyna saat William ingin mengambil alih putrinya."Hari ini aku tidak bertemu banyak orang, Baby. Hanya di ruangan saja," kilah William.Merasa kasihan, Keyna akhirnya membentangkan selimut tipis dari bahu hingga bagian depan tubuh William. Kemudian meletakkan Princess di dada sang suami hingga Princess tidam terkontaminasi virus dari kemeja William."Kenapa kamu pulang cepat, sayang?" tanya Keyna saat mereka berjalan bersama ke ruang keluarga."Ada masalah di kantor. Jadi daripada pusing, aku pulang saja. Bertemu dengan istri dan putri kecilku ini merupakan obat paling manjur."
“Sacha.”Wanita cantik yang mendengar namanya dipanggil itu terpaku di tempat. Apa ia berhalusinasi? Telinganya menangkap suara seorang lelaki yang amat dikenalnya. Perlahan, Sacha membalik tubuh. Napasnya terhenti sesaat melihat penampakan sosok yang sedang memandangnya dengan senyum di wajah.“Cedric?”Keduanya saling mendekat. Memberi jarak satu sama lain untuk tidak terlalu rapat hingga bisa menatap wajah masing-masing.“Kamu tambah cantik, Cha,” puji Cedric.Panas. Itu yang Sacha rasakan di wajahnya. Wanita itu tersenyum malu.“Terima kasih. Kamu … tampak bugar.”“Aku rajin berolahraga untuk menghalau kebosanan dan … kerinduan.”Sacha menjawab dengan mengangguk. Menurutnya, Cedric pun tampak lebih tampan, maskulin dan terlihat sangat cerdas.“Dan sejak kapan kamu memakai kacamata?”“Sejak aku mulai kesulitan membaca tiga buku kedokteran dalam satu minggu.”Wajah Sacha masih terasa panas. Apalagi, Cedric menatapnya tanpa jeda. Dan senyum selalu permanen di wajahnya.“Apa kamu seda
Bergandengan tangan, Cedric dan Sacha keluar dari restoran. Raut bahagia terpatri di wajah masing-masing. Tuntas sudah proses menunggu, kini mereka telah maju ke tahap yang lebih penting dalam kehidupan."Sekarang kita mau ke mana?" tanya Sacha."Ke mana saja asal bersamamu," jawab Cedric sambil mengecup tangan Sacha yang digenggamnya."Ternyata kamu pintar menggombal.""Aku mempelajarinya saat rindu denganmu. Apakah berhasil?""Belum terlalu. Biasa saja.""Baiklah. Kalau begitu, aku akan berusaha lebih keras lagi."Sacha tergelak. Wajahnya semakin cantik saat tertawa lebar. Cedric menyadari ia sangat menyukai tawa renyah tersebut."Apakah kamu dulu benar-benar berkencan dengan Belinda?""Belinda? Kamu kenal dia?""Tidak. Aku melihat postingan Caroline, adikmu. Dia menyebut Belinda sebagai calon kakak ipar," cebik Sacha."Oh ya? Mana? Aku mau lihat," pinta Cedric.Sacha memberikan telepon genggamnya. Layar di sana terpampang media sosial Caroline. Cedric menatap dengan pandangan tak s