Keyna masih saja memberengutkan wajah hingga pagi hari. Pembicaraan terakhir mereka menjelang tidur ternyata membawa pengaruh buruk bagi hatinya. William sampai ekstra perhatian untuk membuat Keyna tersenyum kembali."Baby, nanti duduknya jangan di atas, ya. Di bawah saja."Keyna hanya mengangguk tanpa menjawab."Kamu mau sarapan di kamar atau di ruang makan?"Keyna kembali tidak menjawab. Selesai berpakaian rapi, memoles wajahnya dengan skincare, ia merapikan barang-barangnya. Lalu, tanpa pamit pada William, wanita itu membuka pintu untuk keluar dari kamar."Baby!" panggil William. Dengan cepat, lelaki itu menahan lengan istrinya agar tidak melangkah lebih jauh darinya."Aku mau ke ruang makan.""OK. Tapi kita harus selesaikan masalah di sini dulu.""Masalah apa?""Masalah yang membuatmu cemberut sejak semalam.""Aku tidak apa-apa.""Kalau tidak apa-apa, wajah cantikmu tidak akan datar begitu, Baby."Keyna mengembuskan napas panjangnya. "Kamu yang salah!" tuduh Keyna."OK. Aku minta
"Tumben sekali kamu menanyakan masalah ranjang padaku. Apa beberapa hari terakhir ini kau dan Edith jarang bercinta?" tebak William."Jangankan bercinta, berbicara saja kami hampir tidak pernah." Jaslan mengaku.Mereka menghentikan percakapan sejenak. Panitia mengarahkan mereka pada kursi para petinggi universitas. Sekali lagi, William mendapat banyak uluran tangan yang menyambutnya.Acara akan segera dimulai. Gedung auditorium mewah dengan kursi bertingkat layaknya sebuah bioskop telah penuh terisi oleh para mahasiswa-mahasiswi. Seorang pembawa acara mengumumkan agenda acara hari ini.William tersenyum pada kursi bagian depan. Keyna menuruti kemauannya untuk duduk di bawah. Lelaki itu mengarahkan kameranya dan mengabadikan istrinya."Aku langsung menemukan sosokmu di antara sekian banyak orang." William menuliskan pesan itu pada istrinya.Bilioner itu melirik Keyna. Wanita itu tampak belum membaca pesan karena sibuk dengan lembaran kertas di depannya. Ia juga melihat Keyna bersalaman
Suara William menggelegar di dalam mobil. Pertanyaan sekaligus bentakan pelan namun tegas itu membuat Keyna terkejut. Sepertinya ia telah membuat kesal singa jantan yang sejak tadi tenang.Dengan senyum menggoda, Keyna merapatkan tubuhnya pada sang suami. “Jangan marah-marah terus. Aku cuma sebentar saja berinteraksi dengan Ken saat di auditorium. Kamu lihat, kok. Buktinya kamu mendelik galak padaku.”William mendengus kasar. Saat ia melihat Keyna berbincang dengan beberapa lelaki tadi ia memang sangat kesal. Sebenarnya ia sudah melupakan hal itu karena masalah Jaslan, tetapi karena kini Keyna mengungkitnya, ia jadi teringat kembali.“Apa yang ia ucapkan padamu sampai kamu tersipu begitu, heh?”Dengan jujur Keyna menjawab, “Ken tadi memperkenalkan diri sebagai masa depanku.”Kejujuran yang sungguh merusak suasana. William mengetatkan rahangnya mendengar pernyataan sang istri. Dengan tangan terlipat di perut ratanya, William kembali mendelik pada Keyna.“Itulah akibatnya jika orang-ora
Seketika Sacha dan Louis menundukkan kepala. Alis William terangkat tinggi mendengar rencana putra-putrinya. Sementara Keyna langsung menggigit bibir bawahnya.“Kalian meminta Keyna menjadi kekasih pura-pura Fred?” ulang William.Tidak ada jawaban dari Sacha dan Louis. Di bawah meja, kaki-kaki kedua putra-putri William saling menendang. Mereka langsung merasa menyesal.“Maaf, Dad. Nggak jadi, deh. Itu hanya rencana kok. Seperti kata Louis tadi, kami tidak menemukan kandidat yang tepat. Dan menurut kami, Keyna bisa diajak bekerja-sama,” sesal Sacha.“Iya, maaf, Dad, Key. Aku sampai mengencani banyak wanita agar mendapatkan kandidat yang sesuai tetapi sulit,” ungkap Louis.Tak disangka, tawa William meledak. Sacha, Louis dan Keyna menatap bilioner tersebut. Mereka saling memandang tak mengerti.Para pelayan datang membawakan pesanan makanan. Diskusi tersebut terhenti sejenak. William terlihat santai dan hanya menggeleng-geleng pelan.“Kita makan dulu.” William lalu menoleh pada istrinya
Sejak malam itu, Keyna dan Fred terlihat lebih akrab. Mereka mulai sering berbincang saat makan malam ataupun saat sedang bersantai. Bahkan keduanya pun mulai berbalas pesan meski Keyna mengirimkan pesannya melalui telepon genggam William.“Bagaimana?” tanya William yang memperhatikan isrinya sedang mengetikkan pesan pada Fred.“Lancar. Malam ini Fred akan ke club mengantar wanita itu. Aku bilang akan menyusul dengan Sacha dan Louis.”“Fred OK?”“OK aja tuh. Malah bertanya kenapa kamu tidak ikut.”“Kamu jawab apa?”“Aku jawab kamu ada rapat online.”“Iya. Daripada aku melihat istriku berpura-pura naksir dengan putra sulungku. Lebih baik aku bekerja saja.” William mencebikkan mulutnya.Keyna tergelak. “Itu kan pura-pura, sayang.”“Apa? Kamu panggil aku apa, Baby?”“Sayang,” jawab Keyna. “Karena kamu akan selalu jadi kesayangan aku.”Jawaban Keyna menyulut hasrat William. Segera saja lelaki itu membopong tubuh Keyna ke ranjang. Belaian tangan William yang tidak terburu-buru menyusuri le
Keyna lalu memanggil Sacha dan Louis. Sambil menunggu kedua adik Fred datang, mereka mengobrol akrab kembali. Sesekali Fred melirik Ana yang terlihat tidak perduli. Namun begitu, kedua teman Ana memperhatikan apa yang dilakukan Keyna. Sambil menunggu Sacha dan Louis datang, Keyna mengambil telepon genggamnya. Ia mengarahkan kamera depan pada dirinya dan Fred. Sengaja mengabadikan foto kebersamaan mereka. Dari sudut pandang teman-teman Fred di meja lain, Keyna dan Fred terlihat berfoto-foto mesra.“Aku mau kirim ke William.” Keyna beralasan.Fred mengangguk setuju. Ia tidak pernah tau rencana yang disusun Keyna dan adik-adiknya. Bahkan rencana tersebut direstui Daddynya.“Apa Daddy membalas?”“Iya, dong.” Keyna memperlihatkan balasan dari William.Fred terkekeh geli. “Jadi, Daddy masih saja membalas dengan ikon jempol, hati atau kata singkat, OK?”“Tidak juga. Tetapi, jika William menjawab seperti itu artinya ia masih meeting. Paling tidak, William membaca dan membalas pesanku.”Anak
“Aku belum tes. Rencananya besok pagi bersama William.”Fred mengangguk. Lelaki itu kemudian kembali melajukan kendaraannya hingga sampai di depan mansion. Begitu mereka masuk, William sudah menunggu di foyer.“Will, sayang,” sapa Keyna.William tersenyum dan langsung memeluk istrinya. Fred mengangguk pada sang Daddy. Lelaki muda itu membiarkan pasangan suami-istri itu saling berpelukan.“Mana Sacha dan Louis?”“Sebentar lagi, mereka juga datang.”“OK. Istirahatlah, Fred. Terima kasih sudah mengantar Keyna,” ucap William.Frederic tersenyum dan mengangguk. Sejak Menikah dengan Keyna, sikap William lebih manis. Bilioner itu sekarang tidak segan mengucapkan terima kasih. Kata-kata yang jarang sekali keluar dari mulutnya dulu.“Aku pikir kamu selesai rapat dini hari, sayang,” ujar Keyna.“Aku tidak fokus karena memikirkanmu terus.”“Aku tidak apa-apa, Will. Aku kan pergi bersama Fred, Sacha dan Louis.”“Bukan itu masalahnya.”“Lalu kenapa?”“Karena kemungkinan kamu sedang hamil.”Keyna t
Spontan, Fred menoleh dan menatap Keyna yang berdiri di sampingnya. Keyna menutup matanya dan terlihat berusaha agar tidak terjatuh. Wanita itu berpegangan pada pagar pembatas.Setelah mematikan telepon genggam canggihnya dan memasukkan ke dalam saku, Fred menuntun Keyna. Mereka duduk di kursi terdekat. Fred mengusap-usap punggung Keyna bahkan mengipas istri Daddynya tersebut dengan sebuah brosur yang ia temukan di kursi penonton.Seorang pengawal yang selalu mengikuti Keyna, memberikan satu botol air mineral. Fred membuka botol tersebut dan meminta Keyna untuk segera minum. Wanita cantik itu mengatur napasnya dengan mengeluarkan hembusan panjang dari mulutnya.“Bagaimana? Sudah lebih baik?”“Belum.”“Kamu harus memeriksakan diri, Key. Daddy pasti akan marah besar kamu menyembunyikan sakitmu ini.”Keyna tidak membalas pernyataan Frederix. Tetesan keringat mengalir di kulit punggungnya. Setelah beberapa saat, wanita itu akhirnya merasa lebih baik.Tanpa mereka sadari, ada sebuah kamera