Beranda / Romansa / Perjanjian Leluhur / 180. Menolak Tua

Share

180. Menolak Tua

Penulis: Enday Hidayat
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-27 09:13:35
Malam dingin membeku. Binatang satu pun tidak ada yang keluar dari sarangnya. Keadaan sangat sunyi.

Enam pendekar golongan putih berkelebat laksana hantu di antara pepohonan. Mereka mengejar waktu untuk tiba di istana Curug Enam menjelang dini hari.

Wajah Ranggaslawi terlihat masam di sepanjang perjalanan, menambah sepet pemandangan.

"Aku benar-benar merasa jadi makhluk paling sial di muka bumi," gerutunya. "Mereka tidur nyenyak di malam dingin, aku gentayangan kayak roh penasaran."

"Penderitaan makin komplit dengan mukamu yang mirip mayat hidup," ejek Golok Santet. "Aku kuatir pelayan di istana Curug Enam bukan mengajak bercinta, tapi pasang dupa mengadakan acara ritual mengusir setan."

"Janganlah membicarakan perempuan di malam dingin begini," tegur Gagak Jantan. "Otak kalian akan semakin kacau."

Ia kebagian tugas menyerbu istana Curug Enam bersama mereka. Jendral Perang dan Fredy patroli di sepanjang kaki bukit, Cakra dan Mahameru menghabiskan malam di istana Curug Tujuh.

Pen
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Leluhur   181. Berbagi Itu Indah

    Sepasang Burung Dara menyerang pendekar botuna disertai teriakan merobek udara. Gerakannya sangat cepat nyaris tak terlihat oleh mata. Tapi musuh yang dihadapi adalah tokoh sakti yang menguasai dunia perkelahian. Pertarungan berjalan seru dan sengit, jadi tontonan panas di malam dingin. Sementara itu Iblis Cinta dan Gagak Jantan membagikan makanan yang ada di warung kepada wisatawan ilegal yang berbaring kelaparan di bangunan darurat. "Kalian besok akan dipulangkan ke negeri kalian," kata Iblis Cinta. "Maka itu masuklah secara legal kalau ingin memperoleh pelayanan yang layak." "Kau tidak akan menangkap kami?" tanya wisatawan berperut buncit. "Rugi negara membiayai makanmu. Berapa bakul sehari?" Makanan di warung dalam sekejap ludes dibagikan. Pemilik warung sungguh tidak berperasaan, berjualan makanan di depan perut keroncongan, padahal apa salahnya dikasih gratis. "Brengsek!" geram pemuda berkumis tipis. "Kalian pikir aku membeli dagangan pakai daun?" "Berbagi itu indah," kat

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-27
  • Perjanjian Leluhur   182. Jadi Martir

    "Mustahil melumpuhkan prajurit begitu banyak tanpa ada yang terluka." Iblis Cinta berhenti di tempat gelap. Ia melihat ada puluhan rumah pohon, tapi tak berpenghuni, mungkin mereka beroperasi ke perkampungan. "Tapi mustahil juga menunggu Ranggaslawi dan gengnya." Iblis Cinta jadi serba salah. Rabi Samate dan sembilan pengawal pasti sudah menunggu di dalam istana. Mereka pasti kesulitan jika masuk berdua, meski istana tidak dipasangi jebakan. Ia kira hanya istana Curug Satu yang menyimpan banyak harta dan menggunakan pertahanan berlapis. Ratu Nusa Kencana sebenarnya tidak rugi memberikan bonus besar kepada mereka. Harta rampasan perang berlipat-lipat jumlahnya. "Kita pancing mereka ke tempat gelap," kata Iblis Cinta. "Kita lumpuhkan satu per satu." "Kalau mereka tidak terpancing bagaimana?" tanya Gagak Jantan. "Kita culik satu-satu." "Aku lebih suka menculik. Dengan begitu mereka akan terpancing." Iblis Cinta dan Gagak Jantan mulai beraksi. Mereka menculik prajurit terdekat. G

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-28
  • Perjanjian Leluhur   183. Macho Tapi Ngaco

    Penjaga tidak ada di pintu gerbang istana. Pemandangan ini terlihat aneh mengingat keadaan sangat rawan. Iblis Cinta dan kawan-kawan memasuki halaman. Pendekar bayaran tidak ada yang keluar menghadang. Mereka tidak mungkin ketiduran. Mereka mestinya berjaga-jaga sebagai benteng pertama. Malam yang sangat dingin bukan alasan untuk bermalas-malasan. "Aku curiga ini jebakan," kata Gagak Jantan. "Situasi sangat sunyi." Iblis Cinta mengedarkan pandang ke sekitar istana sambil mengingatkan, "Semua waspada, jangan sampai lengah." Rabi Samate seperti membiarkan mereka masuk untuk disergap di dalam. "Dugaanku istana Curug Enam seperti istana Curug Satu," ujar Ranggaslawi. "Banyak senjata rahasia di setiap ruangan." "Maka itu pasang mata dan telinga baik-baik." Iblis Cinta membuka pintu utama dengan waspada, lalu memimpin sahabatnya melintasi koridor. Mata elangnya menghunjam ke sekeliling. Kamuflase lubang senjata rahasia tidak ditemukan di lantai dan dinding, semua terlihat permanen.

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-29
  • Perjanjian Leluhur   184. Bukan Kamp Penyiksaan

    "Mereka keracunan!" Iblis Cinta segera memeriksa korban terdekat. Denyut nadi masih ada meski sangat lemah. Ia menotok di beberapa titik. Pendekar atletis itu langsung muntah-muntah, kemudian terkulai pingsan. Sementara ketiga sahabatnya sibuk menolong yang lain. Puluhan pendekar berhasil diselamatkan, sisanya menemui ajal, termasuk rabi Samate. Iblis Cinta memeriksa jus jeruk yang ada di depan salah satu korban, tidak berbau, entah racun apa yang digunakan, barangkali racun arsenik. "Siapa gerangan yang telah berbuat sekeji ini?" sesal Ranggaslawi. "Mereka mungkin bersalah, tapi bukan begini hukumannya." "Kita datang terlambat," keluh Iblis Cinta. "Hanya sedikit yang dapat diselamatkan." "Pelakunya pasti makhluk biadab yang menyamar jadi pelayan," kata Gagak Jantan. "Ia membubuhkan racun pada jus jeruk. Tapi apa maksudnya meracuni mereka semua?" "Entahlah." Telik sandi tidak mungkin berbuat sekeji ini, pikir Iblis Cinta. Kesalahan fatal kalau berani melanggar kode etik. Kepal

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-01
  • Perjanjian Leluhur   185. Perjuangan Butuh Pengorbanan

    "Seharusnya minta persetujuan dulu!" Dewi Anjani memandang ibunda ratu dengan berapi-api. Kemarahannya hampir meledak mendengar keputusan kontroversial itu. Memberi perintah langsung kepada Jendral Perang berarti mengambil alih komando peperangan. Padahal ia sudah menyerahkan wewenang penuh kepada C untuk mengambil keputusan taktis di medan laga. "Aku tahu ananda pasti tidak setuju," kata Ratu Purbasari. "Aku sudah menarik putera mahkota dari Bukit Penamburan kalau ananda tidak menghalangi." Dewi Anjani sama sekali tidak mengerti jalan pikiran ibundanya. Cakra telah berhasil menumpas pemberontak dalam waktu singkat, tapi hendak diganti dengan tokoh istana yang sudah terbukti gagal. Mereka datang ke Bukit Penamburan hanya mengantarkan nyawa, dan petaka itu akan terulang lagi. "Kadipaten Selatan sangat membutuhkan garwa ananda," dalih Ratu Purbasari. "Adipati sangat kewalahan mengatasi penyusup dari kerajaan Selatan." "Aku bingung dengan cara berpikir ibunda. Mengusir penjajah le

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-02
  • Perjanjian Leluhur   186. Di Ujung Tanduk

    "Gusti pangeran tidak bersama rombongan." Abimanyu baru tiba di istana dan ia melapor pada puteri mahkota. Tapi ia tidak menyampaikan perihal janji suci mereka atas perintah Nyi Ratu Suri. Dewi Anjani terdiam di kursinya. Penolakan putera mahkota memimpin rombongan ke Curug Empat adalah protes keras terhadap keputusan ibunda ratu. Cakra bisa dicopot gelar kebangsawanannya karena tidak patuh pada perintah istana. Jika hal itu terjadi, maka ia tidak berhak tinggal di istana. "Jangan sampai ibunda ratu tahu," kata Dewi Anjani. "Ia pasti murka, dan kau tahu apa risiko dari kemurkaannya, pencopotan gelar pangeran." "Baik, gusti puteri." Kepala Dewi Anjani berdenyut pusing. Ia tahu Cakra kecewa karena ibunda ratu telah turut campur, tapi ia tak mengira reaksinya sekeras itu. Nasib putera mahkota di ujung tanduk. Tak ada yang mampu menyelamatkan selain kemurahan hati ibunda ratu. Hanya ada dua pilihan bagi Dewi Anjani; melepas gelar kebangsawanan dan hidup sebagai rakyat biasa bersama

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-03
  • Perjanjian Leluhur   187. Babad Nyeleneh

    Puteri Rinjani sangat berat melepas kepergian Cakra, namun tanggung jawab besar menantinya. "Aku minta kau pulang ke istana Sihir," kata Pendekar Lembah Cemara. "Bukit Penamburan bukan persinggahan yang aman buat puteri mahkota." "Aku ingin menunggumu di sini," sahut Puteri Rinjani. "Aku tak bisa jauh darimu." Cakra tersenyum kecut. "Itu kata Slank. Tidak apa jauh di mata tapi dekat di hati." "Itu empedu. Kau ingin memberikan kepahitan hidup bagiku?" "Itu kata Ernie Djohan." "Terus kata kanda tersayang apa?" "Segeralah pulang ke istana Sihir. Di bukit ini banyak tokoh sakti yang mengincar dirimu karena kini kau adalah garwaku." Puteri Rinjani sebenarnya ingin memadu kasih sampai titik di dahi hilang, pertanda kehamilan tiba. Ia sudah membuka pintu rahim setiap kali berhubungan intim, namun titik itu belum lenyap juga. Satu kehinaan bagi puteri mahkota kalau sampai majir, dan menjadi bencana. Siapa yang meneruskan dinasti kelak? Ia muak kepulangan dirinya disambut pertanyaan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-04
  • Perjanjian Leluhur   188. Seperti Ulat Serit

    "Kenapa gusti ratu selalu terlambat mengambil keputusan?" Cakra tak henti menggerundel di sepanjang jalan setapak dan berliku itu. Ia sengaja melewati jalan sulit untuk menghindari pertemuan dengan antek-antek rabi Sakila. Satu nyawa prajurit pemberontak melayang di tiang gantungan jika ketahuan ada pendekar golongan putih mendekati istana Curug Lima. Cakra meningkatkan kewaspadaan saat instingnya merasakan ada makhluk roh mengikuti. Ia mengerahkan ilmu Tembus Pandang Paripurna dan Selubung Khayali untuk melihat ke sekitar. "Berada di mana makhluk itu?" gumam Cakra. "Ia tak bisa bersembunyi dariku meski hanya sebesar kutu." Tidak mungkin Tuan Agung. Ia berkunjung ke bukit ini setiap purnama ke tujuh. Apakah ada makhluk lain berkeliaran? Makhluk roh itu bergerak laksana kilat untuk menghindari pandangannya. Cakra berniat menggunakan ilmu Seberkas Sinar untuk mengejar, tapi kemudian diurungkan. "Buat apa aku cape-cape mengeluarkan ilmu roh? Ia sepertinya tidak bermaksud jahat, han

    Terakhir Diperbarui : 2024-03-05

Bab terbaru

  • Perjanjian Leluhur   375. Permaisuri Kesebelas

    "Kau bukan tandinganku...!" Cakra mengingatkan Chu Phang Yu yang hendak menyerangnya. "Aku tidak mau kau mati sia-sia...!"Chu Phang Yu adalah tokoh muda sakti mandraguna yang sangat ditakuti di Hutan Utara, sehingga ia memperoleh gelar Ratu Hutan Utara.Tiada pendekar berani berbuat konyol di Hutan Utara, kecuali ingin mengantarkan nyawa.Betapa nekatnya Cakra memandang remeh Chu Phang Yu."Kau sungguh tidak menghormati diriku!" geram Ratu Hutan Utara. "Apakah kau masih memiliki kehormatan?""Bedebah...! Aku ingin tahu seberapa pantas kau merendahkan diriku!""Sangat pantas...!"Cakra melayani serbuan Chu Phang Yu dengan jurus Hati Di Ranting Cemara.Ia berkata, "Aku juga ingin tahu seberapa pantas kau jadi calon permaisuri Raja Agung!""Aku belum memberi jawaban kepada Anjani! Aku berpikir ulang menjadi permaisuri kesebelas melihat kesombongan dirimu!"Dewi Anjani menetapkan lima belas calon permaisuri untuk Pangeran Nusa Kencana, namun hanya sepuluh yang diumumkan dalam testimoni,

  • Perjanjian Leluhur   374. Ratu Hutan Utara

    Chu Phang Yu mengintip lewat rumpun bunga tulip, rumpun bunga itu terletak di tepi telaga kecil.Chu Phang Yu tersenyum saat kuda coklat mendatangi kuda betina yang lagi makan rumput di seberang telaga."Jebakanku berhasil...!" gumam Chu Phang Yu. "Daging kuda itu pasti sangat lezat.""Kau sedang apa?"Sebuah pertanyaan dari belakang mengejutkan Chu Phang Yu.Ia menoleh dan menemukan bangsawan muda sangat tampan tengah tersenyum.Bagaimana dirinya sampai tidak mengetahui kedatangan pemuda itu?"Aku kira lagi mpup," kata Cakra. "Kok tidak buka cawat? Apa mpup di celana?""Kurang ajar...!" geram Chu Phang Yu. "Makhluk apa kau tidak ketahuan datangnya olehku?""Kau terlalu khusyuk melihat kelamin kudaku, sehingga tidak tahu kedatangan diriku.""Rupanya kau bangsawan cabul...! Kau tidak tahu berhadapan dengan siapa!""Aku sedang berhadapan dengan perempuan cantik jelita yang mempunyai kegemaran mengintip binatang kawin.""Aku adalah Chu Phang Yu! Penguasa Hutan Utara yang akan menghukum p

  • Perjanjian Leluhur   373. Kuda Betina

    "Bersiaplah...!"Cakra menempelkan ujung tongkat pada kening topeng lalu mengalirkan energi roh, asap berbau busuk mengepul dari sela topeng. Ratu Utara mengerahkan energi inti untuk membantu proses pengobatan, dan menutup jalur pernafasan, mencegah terhirupnya aroma busuk dan beracun.Ratu Utara membuka topeng ketika dirasa wajahnya sudah kembali seperti sediakala, dan mengenakan pakaian."Aku kagum denganmu," puji Ratu Utara. "Kau mampu berkonsentrasi melakukan pengobatan dengan pesonaku terpampang jelas di matamu.""Ada saatnya aku menikmati keindahan perempuan, ada saatnya menutup mata," sahut Cakra. "Aku minta kau memenuhi janji untuk menemui Ratu Purbasari. Permusuhan kalian mesti diakhiri di atas traktat.""Tiada alasan bagiku untuk mengingkari janji. Kutukan akan kembali menimpa diriku jika aku ingkar."Cakra tersenyum miris. Ratu Utara sudi berdamai bukan atas kesadaran diri sendiri, tapi takut kena karma.Kiranya sulit melupakan masa lalu, padahal Pangeran Wikudara mengikat

  • Perjanjian Leluhur   372. Kebohongan Terbongkar

    Cakra senang mendengar kehamilan permaisuri ketiga. Pantas saja Maharini tidak pernah sambung kalbu, ia sudah kehilangan ilmu itu secara sendirinya.Ilmu Sambung Kalbu dan Sambung Rasa akan muncul kembali setelah ia melewati masa lahiran."Puteri mahkota akan tinggal di istana Miring sampai masa lahiran selesai," kata Ratu Utara. "Ia mesti dijaga dari segala pengaruh pria jahat.""Aku heran bagaimana puteri mahkota mempunyai banyak musuh sehingga banyak pria yang ingin mencelakai dirinya," ujar Cakra. "Apakah ia banyak memberi harapan kepada mereka sewaktu masih lajang?""Maharini senang pengembara, kehidupannya banyak dihabiskan di luar istana, ia mempunyai beberapa teman dekat yang sakit hati karena pernikahannya dengan pangeran Nusa Kencana begitu mendadak.""Aku kira mereka salah mengartikan kebaikan puteri mahkota, mereka seharusnya tahu bahwa sejak awal ia sudah menentukan pilihan hidupnya, yaitu Pendekar Lembah Cemara.""Mereka tahu kalau aku tidak setuju puteriku mengikat jan

  • Perjanjian Leluhur   371. Topeng Srikandi

    "Maksudmu ingin menyumpal mulutku dengan bibir topeng?" Cakra memandang Ratu Topeng dengan kurang ajar. "Mendingan disumpal dengan mulut kuda sekalian!""Kau sangat menyinggung harga diriku!" geram Ratu Topeng marah. "Padahal belum pernah ada bangsawan Bunian yang berani menghinaku!""Aku tersanjung menjadi yang pertama."Cakra meminta si Gemblung untuk berjalan lewat gili-gili karena perempuan bertopeng tidak bergeser dari tengah jalan."Aku bertanya sekali lagi...!" tegas Ratu Topeng. "Ada kepentingan apa kau datang malam-malam ke wilayah Utara?""Aku kemalaman, aku kurang nyaman menginap di wilayah Barat, perempuannya bau asem seperti dirimu.""Aku kira ada masalah dengan hidungmu!""Hey, ratu ronggeng...! Kau tidak dapat mencium bau dirimu karena memakai topeng! Maka itu buka dulu topengmu agar bisa menikmati bau asem tubuhmu!"Padahal perempuan bertopeng beraroma mirabilis, wanginya sangat menyegarkan pernafasan.Cakra sampai berfantasi dengan body goal-nya. Wangi mirabilis adal

  • Perjanjian Leluhur   370. Perempuan Bertopeng

    Cakra pergi meninggalkan prajurit kerajaan, kembali ke dangau di perkebunan jeruk di mana si Gemblung menunggu.Kemudian Cakra berangkat ke perbatasan dengan berkendara kuda coklat itu."Kau benar, Gemblung," kata Cakra. "Kita mestinya melanjutkan perjalanan ke wilayah Utara. Sepasang Pengemis Gila akan menjadi tanggung jawab tokoh istana untuk melumpuhkannya.""Bagaimana kita melewati pintu gerbang, Yang Mulia?" tanya si Gemblung. "Apakah penjaga perbatasan sudi membuka gerbang tengah malam buta begini?""Bagiku tidak ada rintangan yang tak dapat dilewati," sahut Cakra. "Aku adalah calon Raja Agung, aku harus mampu membuktikan ketangguhan diriku."Cakra dapat menggunakan ilmu Selubung Khayali untuk mempengaruhi mereka agar menuruti keinginannya. Ia bahkan dapat berbuat apa saja.Cakra biasa menggunakan ilmu itu dalam situasi darurat, karena cukup menguras energi, terutama untuk makhluk yang berotak jernih.Cakra cukup menggerakkan kepala kepada penjaga perbatasan untuk membuka pintu

  • Perjanjian Leluhur   369. Sepasang Pengemis Gila

    "Terima kasih atas informasinya, tuan...!" Kepala prajurit istana dan anak buahnya pergi ke perkebunan apel menyusul Sepasang Pengemis Gila. "Mereka tak percaya dengan penjelasan Yang Mulia," kata si Gemblung. "Mereka pikir Yang Mulia adalah bangsawan edan." "Kau kurang ajar sekali kepada majikanmu...!" gerutu Cakra. "Bangsawan edan mana mungkin mempunyai 5.000 keping emas dan perak?" Cakra bangkit dari balai kayu, berjalan mondar-mandir seperti orang bingung."Ada apa Yang Mulia bolak-balik kayak gergaji mesin?" tanya si Gemblung. "Sepasang Pengemis Gila adalah tokoh sakti mandraguna yang malang-melintang di kerajaan Dublek, kemampuan mereka setingkat sahabatku, pasti cukup merepotkan." Istana Dublek mempunyai tokoh sakti sangat banyak, sehingga cukup disegani meski kerajaan kecil. "Lalu Yang Mulia akan menyusul mereka?" "Ya. Kau tunggu di sini." Cakra merasa bertanggung jawab karena puteri Marina adalah calon permaisuri. "Aku pasti terlambat menyelamatkan puteri mahkota ka

  • Perjanjian Leluhur   368. Bukan Aku Yang Bilang

    "Kita terpaksa menempuh jalan setapak."Cakra meminta si Gemblung untuk memasuki jalan kecil berkerikil di antara pohon apel yang berderet rapi."Puteri Marina pasti mengenali diriku jika kita lewat jalan umum.""Bagaimana ia mengenali Yang Mulia padahal belum pernah bertemu?""Ratu Barat pasti sudah memberi gambaran secara virtual."Cakra sulit menolak jika puteri Marina mengundang untuk menghadiri pesta. Perjalanan menuju kerajaan Utara jadi terhambat.Cakra hanya mempunyai waktu tiga pekan untuk menyambangi permaisuri, pada saat itu sayembara di kota Dublek sudah memasuki babak akhir.Kesempatan terbaik bagi Cakra untuk mengambil alih istana, tanpa perlu melumpuhkan prajurit."Yang Mulia mestinya senang bertemu puteri Marina. Yang Mulia pasti diminta menginap di rumah singgah, dan bisa test drive.""Kau itu kendaraan calon Raja Agung, pikiran kotormu mestinya dihilangkan.""Barangkali aku ketularan."Cakra mendelik. "Ketularan aku maksudnya?""Bukan aku yang bilang."Hari sudah mal

  • Perjanjian Leluhur   367. Sayangnya Bukan Ksatria

    Cakra segera mengadakan ikatan janji suci dengan puteri mahkota begitu tiba di istana Bunian.Cakra tinggal selama dua hari di istana megah itu. Setelah muncul titik hitam di kening Bidasari, pertanda datang masa kehamilan, ia pergi ke istana Utara untuk menyambangi Maharini.Bidasari melepas kepergian sang ksatria dengan berat."Aku akan selalu merindukan kedatangan dirimu," kata puteri mahkota Bunian. "Jadikanlah aku pengisi bilik hatimu di antara permaisuri lain." Cakra senang Bidasari sudah memasuki masa kehamilan, sehingga tanggung jawabnya untuk mencetak penerus dinasti sudah tertunaikan.Cakra menempuh perjalanan lewat kerajaan Barat, ia belum pernah berkunjung ke negeri kecil yang makmur itu."Aku heran dengan leluhur Nusa Kencana," kata Cakra sambil menunggang kuda coklat dengan santai. "Ia tidak menjodohkan diriku dengan puteri Marina, padahal negeri ini perlu menjadi anggota persemakmuran.""Puteri Marina masih di bawah umur, Yang Mulia," sahut si Gemblung. "Barangkali itu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status