Share

180. Menolak Tua

Malam dingin membeku. Binatang satu pun tidak ada yang keluar dari sarangnya. Keadaan sangat sunyi.

Enam pendekar golongan putih berkelebat laksana hantu di antara pepohonan. Mereka mengejar waktu untuk tiba di istana Curug Enam menjelang dini hari.

Wajah Ranggaslawi terlihat masam di sepanjang perjalanan, menambah sepet pemandangan.

"Aku benar-benar merasa jadi makhluk paling sial di muka bumi," gerutunya. "Mereka tidur nyenyak di malam dingin, aku gentayangan kayak roh penasaran."

"Penderitaan makin komplit dengan mukamu yang mirip mayat hidup," ejek Golok Santet. "Aku kuatir pelayan di istana Curug Enam bukan mengajak bercinta, tapi pasang dupa mengadakan acara ritual mengusir setan."

"Janganlah membicarakan perempuan di malam dingin begini," tegur Gagak Jantan. "Otak kalian akan semakin kacau."

Ia kebagian tugas menyerbu istana Curug Enam bersama mereka. Jendral Perang dan Fredy patroli di sepanjang kaki bukit, Cakra dan Mahameru menghabiskan malam di istana Curug Tujuh.

Pen
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status