Beranda / Romansa / Perjanjian Cinta CEO Misterius / Terpaksa Menerima Tawaran

Share

Perjanjian Cinta CEO Misterius
Perjanjian Cinta CEO Misterius
Penulis: PanduVi

Terpaksa Menerima Tawaran

"Gak, Tante! Alice gak mau!" teriak seorang gadis terhadap wanita yang lebih tua darinya.

Suasana rumah itu menjadi kacau tatkala gadis tersebut menolak tawaran dari tantenya. Sementara, wanita yang disebut sebagai tante itu pun mulai naik pitam.

"Kamu itu anak bandel, ya! Sudah untung aku kasih kamu makan. Sekarang, malah melawan pula! Kamu harus cari uang dengan menerima tawaran ini!"

Perkataan tersebut menjadi tamparan bagi gadis bernama Alice. Ia disuruh untuk menjadi wanita kontrak semenjak terdapat seorang lelaki yang berkunjung di rumah beberapa jam lalu. Lelaki tersebut sangat terpesona dengan kecantikan Alice sehingga mengusulkannya menjadi wanita kontrak dan melayani dengan penuh hasrat.

Alice tetap saja menolak tawaran tersebut. Selama ini, ia tidak ingin melakukan pekerjaan itu. Karena sudah melewati batas kesabaran, akhirnya tantenya pun menampar dengan keras.

"Tante Mona, hentikan!" rintih perempuan berambut panjang terurai itu dengan deraian air mata yang semakin deras.

"Kamu ini gak tahu malu, ya! Kalau kamu menerima tawaran dia, sudah pasti kita akan kaya raya. Terus, sekarang kamu malah gak mau uang yang banyak itu?" Tante Mona dengan keras mencengkeram dagu keponakannya sekeras mungkin, membuat Alice kesakitan dan merintih.

Tanpa pikir panjang, Tante Mona pergi ke luar kamar dan langsung menelepon lelaki yang baru saja bertamu ke rumah. Ia akan memintanya untuk segera menjemput Alice yang pada saat itu benar-benar belum siap. Entah, mengapa cobaan besar itu terjadi padanya tanpa kenal waktu.

Setelah beberapa saat menelepon, akhirnya wanita paruh baya itu tersenyum. Sudah dipastikan bahwa lelaki tersebut setuju untuk menjemput Alice ke rumah. Dengan perasaan girang, ia langsung menghampiri Alice yang masih berada di dalam kamar.

"Sekarang, lelaki itu akan menjemput kamu. Kamu harus cari uang sebanyak-banyaknya dari dia. Anggap saja itu upah untuk saya karena sudah memberi kau makan dan tempat tinggal!"

Bagai petir di siang bolong, Alice menjadi terguncang. Ia tidak dapat berkata apa-apa lagi setelah itu. Semenjak orang tuanya tiada, entah mengapa ujian datang silih berganti.

Tanpa pikir panjang, Tante Mona menyuruh gadis berkulit putih itu untuk berganti baju. Ia mengambil baju dalam lemari dan menyiapkannya dengan sebaik mungkin. Alice merasa terkejut ketika sang tante mengeluarkan berbagai baju yang kurang bahan.

"Tante, kenapa aku harus pakai baju seperti ini? Aku gak mau, Tante! Aku gak mau!"

Tante Mona berpaling terbelalak. Ia mulai marah dan berkata jika baju tersebut adalah pemberian dari lelaki misterius itu. Ia tidak ingin Alice berbicara lagi mengenai apa pun dan harus menerima apa yang menjadi takdir. Namun, sungguh Alice tidak ingin hal itu terjadi.

Setelah beberapa saat Tante Mona menyuruh Alice untuk berganti pakaian, akhirnya ia membantunya berdandan dengan cantik. Air mata yang masih mengalir deras pun langsung dihapus dengan keras menggunakan kain. Alice memandangi dirinya di dalam cermin sebagai gadis yang rapuh.

"Sekarang, kamu gak boleh nangis di hadapan dia. Nanti, turuti saja apa yang dia mau. Yang penting, kamu harus pulang dengan uang yang banyak," bisik wanita itu dengan penuh tegas.

Alice masih tidak percaya dengan semua ini. Ia tidak berdaya, semuanya terjadi begitu cepat. Antara mimpi atau nyata, dirinya ingin jika semua ini hanyalah mimpi. Namun, tentu hal itu tidak akan terjadi.

Dengan balutan gaun merah marun disertai rambut yang begitu panjang terurai, Alice masih tidak percaya bahwa dirinya akan berpakaian seperti itu. Wajahnya yang begitu cantik terlihat tidak begitu surut walau menampakkan wajah murung.

Tak beberapa lama kemudian, terdengar suara klakson mobil di luar rumah berlantai dua itu. Tante Mona pun menyunggingkan senyum tatkala dirinya tahu jika itu adalah lelaki yang akan menjadi pundi-pundi uang baginya.

"Sekarang, dia sudah di luar. Cepat! Kamu harus keluar dan ingat! Kamu gak boleh nangis atau bikin malu sama dia!"

Alice yang tertekan hanya mengangguk. Mereka berdua langsung keluar dari kamar dan menghampiri pintu utama. Setelah dibuka, rupanya lelaki itu sudah berada di depan. Tampilannya yang memakai kemeja berkerah terbuka dengan jas hitam membuat semua orang pasti terpukau melihatnya.

"Eh, Cavin. Kamu datang cepat sekali rupanya. Ini, gadis yang sudah lama kamu tunggu-tunggu, bukan?" Tante Mona mendorong tangan Alice dengan genggaman yang begitu kuat.

Lelaki yang bernama Cavin menatap Alice dengan begitu kuat dan lama. Ia terpesona dengan kecantikannya yang begitu natural. Sementara, gadis itu tetap saja menunduk seolah-olah tak tertarik dengan sosok yang berada tepat di depan.

"Kamu anggun sekali memakai gaun merah itu," ucap lelaki bertubuh tinggi tersebut dengan memuji.

Alice merasa jijik mendengarnya. Ia menatapnya sekilas, terlihat bahwa lelaki tersebut pasti kaya raya dan sering digandrungi banyak wanita di luar sana.

Setelah beberapa saat memandang kecantikan Alice, Cavin langsung mengajaknya sembari bergenggaman tangan. Tante Mona hanya tersenyum sambil melambai. Akhirnya, rencana yang telah disusun pun berhasil.

Alice dipersilakan duduk di depan mobil. Sebelum itu, Cavin membuka pintu mobil dengan begitu pelan dan menyuruh Alice duduk layaknya seorang ratu. Gadis itu pun masuk dengan perasaan yang kecewa dan terpaksa. Entah, apa yang akan terjadi selanjutnya.

Akhirnya, mereka berdua telah berada di dalam mobil hitam itu. Tak lama kemudian, mobil tersebut melaju dan meninggalkan Tante Mona yang masih berdiri.

"Kalau dia berhasil dapat uang banyak, dia harus terima lagi tawaran dari lelaki itu," ucapnya sembari menyunggingkan senyum yang begitu puas.

Di perjalanan, Alice hanya berfokus di satu arah. Pandangannya tertuju pada kaca pintu mobil yang berada di samping. Hal itu berbanding terbalik dengan Cavin yang sering menoleh ke arahnya dengan mata yang tak puas memandang kecantikan Alice di malam hari.

"Oh, ya. Nama kamu siapa?" tanya lelaki berjenggot tipis itu.

"Alice."

Mendengar jawaban singkat itu, Cavin hanya tersenyum kecil saja. Sementara, Alice masih khawatir. Entah akan ke mana dirinya akan dibawa saat itu. Jantung berdegup dengan kencang, air mata seolah-olah ingin tumpah kembali meski terus ditahan.

"Kamu cantik sekali malam ini, Sayang."

Alice terbelalak mendengarnya. Ia merasa tidak nyaman ketika lelaki tampan tersebut memanggilnya sayang. Namun, gadis dengan bibir tipis itu mencoba untuk menjaga penampilan supaya tidak terlihat takut.

Setelah itu, Cavin mencoba untuk menyentuh tangan Alice. Dengan perlahan, tangannya bergerak dan meraih tangan Alice yang begitu lembut. Ketika merasakan hal tersebut, gadis berumur dua puluh tahun itu terkejut. Ia mencoba untuk menarik kembali tangan yang sempat dipegang oleh Cavin. Dirinya mulai menunjukkan amarahnya.

"Jangan coba-coba sentuh aku!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status