"Rama, Jaya... Bolehkah kita bicara diruanganku?" tanya Raka Adipati. Jaya menatap Rama dan Rama memberikan isyarat kalau mereka harus mendengarkan Raka Adipati. Jadi mereka mengikuti Raka masuk keruangannya. "Silahkan duduk senyaman kalian," kata Raka Adipati lagi, ia kemudian membuat teh hangat untuk Rama dan Jaya. "Paman tidak perlu repot-repot!! Apa yang paman ingin bicarakan?" tanya Rama langsung. "Haish, jangan begitu, biarkan paman ini menjamu kalian, lagipula ini hanya sekedar teh hangat!!" kata Raka lagi, ia masih sibuk dengan tehnya. Teh di jaman ini sama seperti teh tradisional yang Rama tau, bentuk daun kering tanpa buntalan penyaring. Hanya menggunakan teko penyaring. "Teh apa ini paman?" tanya Rama karena teh itu tidak memiliki wangi yang harum. "Ah, ini teh dari bangsa asia, kami membelinya dengan harga yang mahal!! Kualitas teh kita tidak bagus, kalau ini kualitasnya bagus, cobalah kalian pasti suka!!"kata Raka kemudian. Ia menyiapkan 3 cangkir teh untuk dinikmat
"Hmmm... Apa kau membeli daun teh baru?"tanya Jenderal Roni saat Raka menyeduhkan ia teh. "Bagaimana rasanya?" tanya Raka Adipati lagi, ia juga ikut menyesap teh buatannya itu. "Sangat nikmat dan harum!! Darimana kau membelinya?" tanya Jenderal Roni lagi, ia merasa harum teh ini membuat pikirannya terasa tenang dan nyaman. "Tebaklah...!!" kata Raka lagi, membuat Jenderal Roni heran dengan sikap Raka. Ia bahkan terlihat senang ketika membuat tebak-tebakkan ini. "Biasanya kau selalu membeli dari Asia, apa ini produk baru mereka?" tanya Jenderal Roni lagi, ia bahkan tidak terlalu tertarik dengan permainan Raka. Namun ketika Raka menyodorkan padanya kotak hadiah ia mulai penasaran. Raka tersenyum dan menggelengkan kepalanya,"Ini dari Rama dan ini punyamu," jelas Raka dengan senyum senangnya. Jenderal Roni terkejut dengan kualitas teh punya Rama, "Teh ini sangat nikmat dan harum, memberikan efek tenang ketika meminumnya, apa benar ini dari Rama?" tanyanya lagi. "Tentu saja ini dari
Penasehat Jordan memasang tempat bersinggah burung Marph, agar ia bisa leluasa mengirimkan laporan kepada Jessica maupun Jenderal Kris. Tempat itu dekat dengan tenda-tenda perbatasan prajurit Bamaraya, cukup beresiko, namun burung Marph sering mampir ditempat itu, sehingga penasehat Jordan mengambil keputusan yang besar saat membuat tempat bersinggah burung Marph. "Hei, siapa kamu?" tanya seorang Prada dengan tombak ditangannya. Penasehat Jordan mengangkat tangannya dan mengatakan, "Maaf, aku tersesat!" katanya, jelas ia tidak akan dicurigai, karena wajah asianya itu. "Kau tersesat? Kau mau kemana?" tanya Prada itu lagi, ia mulai mengendorkan penjagaannya karena salah satu temannya datang. "Aku mau melakukan perdagangan, aku belum mengenal tempat ini karena terpisah dari teman berdagangku," kata penasehat Jordan memberi alasan."Baiklah, kami akan mengantarmu ke desa Kuncup, biasanya disana banyak pedagang sepertimu!" kata Prada itu lagi, penasehat Jordan langsung menghela napas
"Nah akhirnya aku menemukanmu!! Aku sudha beberapa kali kesini untuk menemuimu," kata Park Bin, seorang mantan koki kerajaan yang dulu pernah membeli cabai dari Rama."Paman, kau masih mengingatku rupanya!!" kata Rama kemudian, ia memanen habis cabainya, begitu pula beberapa penduduk desa yang ikut bersamanya. Mendekati akhir musim gugur, semua orang memanen cabai mereka dan kembali membawanya ke desa Kuncup, karena musim dingin akan datang. Sekarang saja semua orang sudah memakai mantel bulu, Rama sudah membagikan mantel bulu kepada warga desa Mekarsari. "Tentu saja aku mengingatmu, lihatlah kualitas cabai yang kau miliki sangat bagus!! Aku sudah berkali-kali datang kesini, kalau bukan karena perang, tentu aku akan mengunjungi desa ini tiap hari untuk bertemu denganmu!!" seru Park Bin lagi, ia tertawa riang ketika berhasil menemui Rama. "Paman, kau sangat hebat dalam menilai, berapa banyak cabai yang akan kau perlukan?" tanya Rama kemudian, warga desa di belakang Rama kembali ikut
"Keretamu sangat hangat!!" kata Park Bin begitu memasuki kereta kuda milik Rama, terlebih ketika ia duduk. Bantalan kursi kereta sangat empuk dan tebal, tidak membuat sakit pantat, bahkan sandarannya juga terdapat bantalan empuk, Park Bin senang mengikuti Rama untuk ikut di keretanya."Paman, aku senang mendengar kau menyukai kereta kudaku, buatlah dirimu nyaman paman!!" kata Rama penuh hormat. "Bagaimana caramu membuat kereta senyaman ini, bahkan di musim yang sudah mulai dingin ini, kereta kudamu sangat hangat!" puji Park Bin lagi. Rama senang mendengar pujian itu, tidak sia-sia ia begadang dengan Fatta untuk memodifikasi kereta kuda mereka. Bahkan Rama juga sudha membeli kereta baru, untuk digunakan bapak dan ibunya jika ia tidak ada. Sehingga mereka tidak perlu berebut kereta kuda ketika akan bepergian. "Paman, kau sangat berlebihan, aku hanya menambahkan penghangat ruangan saja!" kata Rama lagi, membuat Park Bin kembali takjub."paman, buatlah dirimu senyaman mungkin, karena per
"Bang Rama, ada orang tergeletak di tepi jalan!!" Alan membuka jendela kusir untuk memberitahukan Rama, Rama yang sedang membungkam mulut Fatta langsung melepaskannya dan memberi izin untuk berhenti. "Fatta, coba kau lihat apa orang itu masih hidup?" kata Rama kemudian, Fatta selalu sigap. Ia turun dari kereta kuda dan memastikan napas orang yang tergeletak itu. "Tuan Muda, ia sepertinya seorang warga asing, napasnya masih ada, ia masih hidup!" kata Fatta memberikan laporan. "Kalau begitu bawa ia kedalam kereta kuda!!" kata Rama kemudian, Fatta mengangguk dan membawa warga asing itu masuk kedalam kereta kuda. Rama memandangi warga asing itu, begitu pula dengan Fatta dan Alan. Warga asing tersebut terlihat berbeda dari caranya berpakaian, biasanya warga asing disini akan mengikuti cara berpakaian mereka, tp warga asing ini sepertinya memakai pakaian dari bangsa mereka, sepertinya begitu. "Menurut kalian dia dari bangsa mana?"tanya Rama, ia menoleh kepada Fatta dan Alan yang masih
Rama menatap langit dan merasa ada yang aneh dengan suhu udara di sekitarnya. 'Apa memang selalu sedingin ini?' pikirnya. Tapi karena musim gugur memang sudah berakhir maka wajar jika suhu udara sudah mulai dingin, hanya saja rasa dinginnya membuat Rama merasa ada yang salah."Tuan Muda, maafkan kedatangan kami yang terlambat!" pas sekali pak Joko beserta 2 orang anaknya dan 5 orang anak buahnya yang membangun bunker datang. Rama langsung menyambut mereka dengan riang, "Tidak masalah paman!!"kata Rama, ia langsung memberikan gestur meminta pak Joko dan timnya masuk ke dalam rumah.Ketika sampai di dalam rumah, mereka selalu merasa dibuat takjub oleh Rama. Hawa dingin yang tadinya menyerang, bergantikan dengan hawa hangat ketika masuk ke dalam rumah. Sepertinya Rama kembali memodifikasi rumahnya. Pak Joko dan timnya lalu melepaskan mantel mereka dan menggantungnya di tempat yang sudah Rama siapkan. "Paman, bunker sudah selesai kau buat, di musim dingin ini apa kau bisa kembali memba
"Rama, kau meminta Fatta dan pasukan bayangan berpatrolikan?" tanya Jaya ketika pak Joko dan timnya pulang. Rama mengangguk, "iya, apa sudah ada hasilnya?" tanya Rama. "Sepertinya kau harus melihat langsung!!" kata Jaya lagi, membuat Rama menatapnya heran. Tapi Rama tetap menurut masuk ke dalam kereta kuda yang Fatta bawa. Ada Xiao Wang Li pula di dalam, ia dibawa untuk melihat apakah orang yang akan mereka datangi benar yang sudah merampok Xiao Wang Li sewaktu itu. "Tuan Muda, apa perlu kita membawa pasukan bayangan sebagian?" tanya Fatta lagi lewat jendela kusir kuda. Rama menggeleng, "tak perlu, aku bisa menggunakan senjata kok!" kata Rama, membuat indera pendengaran Xiao Wang Li menjadi peka. Apakah ia akan segera melihat senjata yang Rama gunakan? Apakah ia menyimpan senjata-senjata itu di dalam kereta kuda? karena dari awal Xiao Wang Li mencari ia tak pernah melihat keberadaan senjata selain ketapel dan samuray yang pasukan bayangan gunakan saat berlatih. "Tapi di sana suda