"Keretamu sangat hangat!" kata Park Bin begitu memasuki kereta kuda milik Rama, terlebih ketika ia duduk. Bantalan kursi kereta sangat empuk dan tebal, tidak membuat sakit pantat, bahkan sandarannya juga terdapat bantalan empuk, Park Bin senang mengikuti Rama untuk ikut di keretanya. "Paman, aku senang mendengar kau menyukai kereta kudaku, buatlah dirimu nyaman paman!!" kata Rama penuh hormat. "Bagaimana caramu membuat kereta senyaman ini, bahkan di musim yang sudah mulai dingin ini, kereta kudamu sangat hangat!" puji Park Bin lagi. Rama senang mendengar pujian itu, tidak sia-sia ia begadang dengan Fatta untuk memodifikasi kereta kuda mereka. Bahkan Rama juga sudah membeli kereta baru, untuk digunakan bapak dan ibunya jika ia tidak ada. Sehingga mereka tidak perlu berebut kereta kuda ketika akan bepergian. "Paman, kau sangat berlebihan, aku hanya menambahkan penghangat ruangan saja!" kata Rama lagi, membuat Park Bin kembali takjub."paman, buatlah dirimu senyaman mungkin, karena pe
"Bang Rama, ada orang tergeletak di tepi jalan!!" Alan membuka jendela kusir untuk memberitahukan Rama, Rama yang sedang membungkam mulut Fatta langsung melepaskannya dan memberi izin untuk berhenti. "Fatta, coba kau lihat apa orang itu masih hidup?" kata Rama kemudian, Fatta selalu sigap. Ia turun dari kereta kuda dan memastikan napas orang yang tergeletak itu. "Tuan Muda, ia sepertinya seorang warga asing, napasnya masih ada, ia masih hidup!" kata Fatta memberikan laporan. "Kalau begitu bawa ia kedalam kereta kuda!!" kata Rama kemudian, Fatta mengangguk dan membawa warga asing itu masuk kedalam kereta kuda. Rama memandangi warga asing itu, begitu pula dengan Fatta dan Alan. Warga asing tersebut terlihat berbeda dari caranya berpakaian, biasanya warga asing disini akan mengikuti cara berpakaian mereka, tp warga asing ini sepertinya memakai pakaian dari bangsa mereka, sepertinya begitu. "Menurut kalian dia dari bangsa mana?"tanya Rama, ia menoleh kepada Fatta dan Alan yang ma
Rama menatap langit dan merasa ada yang aneh dengan suhu udara di sekitarnya. 'Apa memang selalu sedingin ini?' pikirnya. Tapi karena musim gugur memang sudah berakhir maka wajar jika suhu udara sudah mulai dingin, hanya saja rasa dinginnya membuat Rama merasa ada yang salah. "Tuan Muda, maafkan kedatangan kami yang terlambat!" pas sekali pak Joko beserta 2 orang anaknya dan 5 orang anak buahnya yang membangun bunker datang. Rama langsung menyambut mereka dengan riang, "Tidak masalah paman!!" kata Rama, ia langsung memberikan gestur meminta pak Joko dan timnya masuk ke dalam rumah. Ketika sampai di dalam rumah, mereka selalu merasa dibuat takjub oleh Rama. Hawa dingin yang tadinya menyerang, bergantikan dengan hawa hangat ketika masuk ke dalam rumah. Sepertinya Rama kembali memodifikasi rumahnya. Pak Joko dan timnya lalu melepaskan mantel mereka dan menggantungnya di tempat yang sudah Rama siapkan. "Paman, bunker sudah selesai kau buat, di musim dingin ini apa kau bisa kembali
"Rama, kau meminta Fatta dan pasukan bayangan berpatrolikan?" tanya Jaya ketika pak Joko dan timnya pulang. Rama mengangguk, "iya, apa sudah ada hasilnya?" tanya Rama. "Sepertinya kau harus melihat langsung!!" kata Jaya lagi, membuat Rama menatapnya heran. Tapi Rama tetap menurut masuk ke dalam kereta kuda yang Fatta bawa. Ada Xiao Wang Li pula di dalam, ia dibawa untuk melihat apakah orang yang akan mereka datangi benar yang sudah merampok Xiao Wang Li sewaktu itu. "Tuan Muda, apa perlu kita membawa pasukan bayangan sebagian?" tanya Fatta lagi lewat jendela kusir kuda. Rama menggeleng, "tak perlu, aku bisa menggunakan senjata kok!" kata Rama, membuat indera pendengaran Xiao Wang Li menjadi peka. Apakah ia akan segera melihat senjata yang Rama gunakan? Apakah ia menyimpan senjata-senjata itu di dalam kereta kuda? karena dari awal Xiao Wang Li mencari ia tak pernah melihat keberadaan senjata selain ketapel dan samuray yang pasukan bayangan gunakan saat berlatih. "Tapi di sana
Xiao Wang Li sudah mulai tenang, ketika ia keluar Rama masuk kedalam kereta kuda, entah apa yang Rama lakukan. Yang pasti, begitu Xiao Wang Li keluar, ia langsung diserbu dengan ucapan terima kasih dari orang-orang yang merampoknya. "Tuan, kau orang yang baik, kami menyesal telah melakukan hal jahat kepadamu!!" kata jeje, salah satu orang yang ikut merampok Xiao Wang Li. "Tuan, maaf telah membuatmu kesulitan, saat itu kami hanya memikirkan diri kami sendiri, tanpa perduli kepadamu!!" kata Ucup yang juga ikut merampok. Xiao Wang Li akhirnya sadar, orang-orang dihadapannya ini sangat menderita, ia melihat kaki-kaki yang bahkan tidak mengenakan kaos kaki, tidak mengenakan sendal, baju yang lusuh dan tidak layak pakai, bahkan anak-anak mendominasi warga kampung tambang ini. "Ada berapa kepala keluarga disini?" tanya Rama, seseorang pria tua maju, ia adalah kepala desa di kampung tambang. "Ada 6 kepala keluarga Tuan," sahut Hadi, si kepala desa kampung tambang. Pria itu terlihat bu
"Tuan Muda, bolehkah aku meminjam kudamu?" tanya Xiao Wang Li kepada Rama, Rama menoleh dan mengangguk. "Apa kau tidak akan bertanya aku mau kemana?" tanya Xiao Wang Li melihat Rama begitu santai dan tidak pernah mencurigainya, sangat berbeda dengan Jenderal Kris yang selalu bersikap waspada kepadanya. "Memangnya kau mau kemana?" tanya Rama kemudian. Xiao Wang Li malah serba salah ketika ditanyai, "aku mau ke desa Kuncup sebentar!" jelas Xiao Wang Li berbohong, ia akan ke tempat persinggahan burung Marph untuk melihat apakah burung tersebut ada, untuk mengirim pesan kepada Jenderal Kris. "Baiklah, kau boleh pergi!" kata Rama, ia kembali disibukkan dengan tatapannya kepada onshop. "Baiklah..." kata Xiao Wang Li pelan, tapi sebelum ia benar-benar pergi, Rama kembali bertanya. "Apa kau perlu seseorang untuk menemanimu?" tanya Rama lagi. Xiao Wang Li terlihat berpikir sejenak, ia kira Rama tidak tau mengenai burung Marph, jadi mungkin tak ada salahnya ditemani satu orang pasu
Rama melihat Jami dan Komang yang baru datang dengan kereta kuda, mereka mengantarkan kasur ,selimut dan briket untuk warga kampung nelayan. Musim dingin ini sudah mulai sangat dingin. Rama berharap tak ada yang menderita ketika musim ini berlangsung. "Tuan Muda!!" Pandu keluar dari kereta kuda. Rama tentu terkejut sekaligus senang mendapati Pandu di desanya."Pandu, bagaimana kabarmu?"tanya Rama, namun wajah Pandu terlihat sendu dan serba salah. "Tuan Muda, kabarku kurang baik, aku kesini untuk meminta pertolonganmu!" kata Pandu dengan wajah yang memelas. Rama tentu akan menolong siapapun yang meminta tolong, selama ia mampu untuk menolong. "Sebaiknya kita masuk ke dalam rumah, lihatlah kau sudah kedinginan!!" kata Rama lagi, melihat situasi Pandu yang memang sangat memprihatinkan. "Terima kasih Tuan Muda!" kata Pandu lagi, Rama melirik Pandu, kemudian mengoreksi panggilan terhadapnya. "Panggil kak saja!!" kata Rama, Pandu terlihat terkejut. Bagaimana bisa ia bersikap tid
Sesampainya di perkemahan Rama dibuat takjub, warga perkemahan membuat tambahan kayu untuk melindungi tenda-tenda mereka. Selain berguna untuk melindungi dari dinginnya angin musim dingin, itu juga berfungsi untuk melindungi mereka dari binatang buas. Perkemahan itu bahkan ditata ulang, mereka membentuk lingkaran dan ditengahnya terdapat tempat pembakaran api unggun untuk menghangatkan badan dan memasak. "Komang dan Jami, keluarkan mantel-mantel bulu dan selimut kita dari kereta kuda!!" pinta Rama, ia juga turut membantu untuk menyerahkan mantel bulu dan tambahan selimut. "Ini sangat kreatif!!" kata Rama begitu sampai. "Tuan Muda, selamat datang!!"pak Mudi menyambut Rama. Rama tersenyum membalas sambutan pak Mudi dan warga perkemahan lainnya. "Kak Rama!!"begitu pula dengan Pahmi adik Pandu, ia langsung memeluk Rama dengan riang. "Bagaimana kabarmu Pahmi?" tanya Rama sembari mengelus kepala Pahmi, bocah itu bahkan terlihat tumbuh tinggi sekarang. "Baik kak Rama," kata Pahmi d