Share

bab 105

Penulis: Ummi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
"Rama, kau meminta Fatta dan pasukan bayangan berpatrolikan?" tanya Jaya ketika pak Joko dan timnya pulang.

Rama mengangguk, "iya, apa sudah ada hasilnya?" tanya Rama.

"Sepertinya kau harus melihat langsung!!" kata Jaya lagi, membuat Rama menatapnya heran. Tapi Rama tetap menurut masuk ke dalam kereta kuda yang Fatta bawa. Ada Xiao Wang Li pula di dalam, ia dibawa untuk melihat apakah orang yang akan mereka datangi benar yang sudah merampok Xiao Wang Li sewaktu itu.

"Tuan Muda, apa perlu kita membawa pasukan bayangan sebagian?" tanya Fatta lagi lewat jendela kusir kuda.

Rama menggeleng, "tak perlu, aku bisa menggunakan senjata kok!" kata Rama, membuat indera pendengaran Xiao Wang Li menjadi peka. Apakah ia akan segera melihat senjata yang Rama gunakan? Apakah ia menyimpan senjata-senjata itu di dalam kereta kuda? karena dari awal Xiao Wang Li mencari ia tak pernah melihat keberadaan senjata selain ketapel dan samuray yang pasukan bayangan gunakan saat berlatih.

"Tapi di sana
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 106

    Xiao Wang Li sudah mulai tenang, ketika ia keluar Rama masuk kedalam kereta kuda, entah apa yang Rama lakukan. Yang pasti, begitu Xiao Wang Li keluar, ia langsung diserbu dengan ucapan terima kasih dari orang-orang yang merampoknya. "Tuan, kau orang yang baik, kami menyesal telah melakukan hal jahat kepadamu!!" kata jeje, salah satu orang yang ikut merampok Xiao Wang Li. "Tuan, maaf telah membuatmu kesulitan, saat itu kami hanya memikirkan diri kami sendiri, tanpa perduli kepadamu!!" kata Ucup yang juga ikut merampok. Xiao Wang Li akhirnya sadar, orang-orang dihadapannya ini sangat menderita, ia melihat kaki-kaki yang bahkan tidak mengenakan kaos kaki, tidak mengenakan sendal, baju yang lusuh dan tidak layak pakai, bahkan anak-anak mendominasi warga kampung tambang ini. "Ada berapa kepala keluarga disini?" tanya Rama, seseorang pria tua maju, ia adalah kepala desa di kampung tambang. "Ada 6 kepala keluarga Tuan," sahut Hadi, si kepala desa kampung tambang. Pria itu terlihat bu

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 107

    "Tuan Muda, bolehkah aku meminjam kudamu?" tanya Xiao Wang Li kepada Rama, Rama menoleh dan mengangguk. "Apa kau tidak akan bertanya aku mau kemana?" tanya Xiao Wang Li melihat Rama begitu santai dan tidak pernah mencurigainya, sangat berbeda dengan Jenderal Kris yang selalu bersikap waspada kepadanya. "Memangnya kau mau kemana?" tanya Rama kemudian. Xiao Wang Li malah serba salah ketika ditanyai, "aku mau ke desa Kuncup sebentar!" jelas Xiao Wang Li berbohong, ia akan ke tempat persinggahan burung Marph untuk melihat apakah burung tersebut ada, untuk mengirim pesan kepada Jenderal Kris. "Baiklah, kau boleh pergi!" kata Rama, ia kembali disibukkan dengan tatapannya kepada onshop. "Baiklah..." kata Xiao Wang Li pelan, tapi sebelum ia benar-benar pergi, Rama kembali bertanya. "Apa kau perlu seseorang untuk menemanimu?" tanya Rama lagi. Xiao Wang Li terlihat berpikir sejenak, ia kira Rama tidak tau mengenai burung Marph, jadi mungkin tak ada salahnya ditemani satu orang pasu

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 108

    Rama melihat Jami dan Komang yang baru datang dengan kereta kuda, mereka mengantarkan kasur ,selimut dan briket untuk warga kampung nelayan. Musim dingin ini sudah mulai sangat dingin. Rama berharap tak ada yang menderita ketika musim ini berlangsung. "Tuan Muda!!" Pandu keluar dari kereta kuda. Rama tentu terkejut sekaligus senang mendapati Pandu di desanya."Pandu, bagaimana kabarmu?"tanya Rama, namun wajah Pandu terlihat sendu dan serba salah. "Tuan Muda, kabarku kurang baik, aku kesini untuk meminta pertolonganmu!" kata Pandu dengan wajah yang memelas. Rama tentu akan menolong siapapun yang meminta tolong, selama ia mampu untuk menolong. "Sebaiknya kita masuk ke dalam rumah, lihatlah kau sudah kedinginan!!" kata Rama lagi, melihat situasi Pandu yang memang sangat memprihatinkan. "Terima kasih Tuan Muda!" kata Pandu lagi, Rama melirik Pandu, kemudian mengoreksi panggilan terhadapnya. "Panggil kak saja!!" kata Rama, Pandu terlihat terkejut. Bagaimana bisa ia bersikap tid

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 109

    Sesampainya di perkemahan Rama dibuat takjub, warga perkemahan membuat tambahan kayu untuk melindungi tenda-tenda mereka. Selain berguna untuk melindungi dari dinginnya angin musim dingin, itu juga berfungsi untuk melindungi mereka dari binatang buas. Perkemahan itu bahkan ditata ulang, mereka membentuk lingkaran dan ditengahnya terdapat tempat pembakaran api unggun untuk menghangatkan badan dan memasak. "Komang dan Jami, keluarkan mantel-mantel bulu dan selimut kita dari kereta kuda!!" pinta Rama, ia juga turut membantu untuk menyerahkan mantel bulu dan tambahan selimut. "Ini sangat kreatif!!" kata Rama begitu sampai. "Tuan Muda, selamat datang!!"pak Mudi menyambut Rama. Rama tersenyum membalas sambutan pak Mudi dan warga perkemahan lainnya. "Kak Rama!!"begitu pula dengan Pahmi adik Pandu, ia langsung memeluk Rama dengan riang. "Bagaimana kabarmu Pahmi?" tanya Rama sembari mengelus kepala Pahmi, bocah itu bahkan terlihat tumbuh tinggi sekarang. "Baik kak Rama," kata Pahmi d

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 110

    "Tuan Muda, sedang apa kau di sini?" tanya Fatta, ia dan Xiao Wang Li datang dari arah perbatasan. "Aku hanya mengunjungi mereka, kenalkan ini Pandu," kata Rama kepada Xiao Wang Li." Dia adalah tamuku, Xiao Wang Li dan Fatta pengawal pribadiku, "kata Rama lagi kepada Pandu dan Pahmi. "Kakak Xiao, kakak Fatta!" Pandu dan Pahmi menangkupkan tangannya, diikuti oleh Xiao Wang Li dan Fatta. "Kalau begitu aku akan pulang, Pandu kau bisa langsung ikut!! Bersiaplah..." kata Rama, Pandu langsung tersenyum penuh semangat dan langsung berlari ke tendanya. "Kau akan pulang Tuan Muda?" tanya pak Rizal. "Iya, hari sudah sangat dingin, lagipula banyak urusan di desa yang perlu kupantau!" kata Rama lagi. "Kalau begitu ini untukmu Tuan Muda!" Pak Rizal memberikan sebuah gantungan dengan bentuk seperti rambut kuda. "Apa ini?" tanya Rama. "Ini adalah kepercayaan kami, bisa melindungi Tuan Muda dari... Naga!!" kata pak Rizal dengan setengah berbisik. "Apakah naga benar-benar ada?" tanya

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 111

    "Tidak bisa, harga 250 batang emas untuk satu senjata itu sangat mahal!!" Seru Amarta Handayani, kali ini dirinya yang berada di faksi kiri sedang berusaha melawan faksi kanan yang mengajukan pengeluaran untuk senjata. "Bagaimana bisa kau sebut itu mahal? Dengan senjata itu kita bisa melawan bangsa Bar-Bar maupun bangsa lainnya yang ingin menyerbu kerajaan kita!!" kata Raka Adipati dengan sengit, kali ini ia tidak mau kalah."dengan senjata itu, kita bahkan bisa menaklukkan bangsa lain!!" "Apakah senjata yang dimaksud memang sebagus itu?" tanya Pangeran Baskara, ia sedang duduk di kursi bawah Raja. "Yang Mulia, aku melihat langsung keadaan di lapangan, jika bukan Rama Adipati dan pasukannya yang datang menolong dengan senjata itu, maka pasukan kita takkan mampu melawan bangsa Bar-Bar dan sekutunya! Harga 250 batang emas per senjata itu sangat murah, Rama bahkan menjanjikan akan memberikan bonus bom dan pelatihan untuk senjata itu!!" jelas Raka lagi. "Apa mungkin ini hanya akal-ak

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 112

    "Tuan Muda, ada utusan Kerajaan datang!!" Fatta berlari masuk kedalam greenhouse, Rama yang sedang menikmati teh hangatnya di pagi hari agak terkejut mendengar berita itu, terlebih melihat wajah pucat Fatta, ia terlihat serius dengan perkataannya. "Baiklah, cobalah untuk tenang, dimana mereka sekarang?" tanya Rama. "Di depan Tuan Muda!!" kata Fatta, ia lalu berjalan menuju halaman rumah. Disana sudah ada banyak warga yang berlutut, bahkan bapak dan ibunya juga dalam posisi berlutut. Fatta laku ikut berlutut sementara Rama kebingungan, seseorang lalu turun dari kereta kuda kerajaan, ia adalah Pangeran Baskara, disusul Raka Adipati dan Amarta Handayani. "Berdirilah!!" Perintah Pangeran Baskara, semua orang berdiri ia kemudian menatap Rama. Rama lalu menangkupkan tangannya dengan sopan dengan kepala tertunduk. Semua orang berdiri dan melihat Pangeran Baskara yang begitu gagah. Para prajurit kerajaan langsung membentuk perlindungan di sekitar Pangeran. "Apa kau Rama?" tanya Pangeran

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 113

    "Nak... Kamu sedang apa?" tanya ibu Sri pada Rama yang sedang mengukur suhu udara malam. "Mengukur suhu bu, udara semakin dingin..." jelas Rama, ia mengambil pengukur suhu dan memasukkannya ke kotak penyimpanan. "Untuk apa nak pengukur suhu itu?" tanya ibu Sri lagi, ia terdengar khawatir dengan apa yang Rama lakukan, terlebih melihat wajah Rama yang serius saat mengukur suhu. "Besok mau berangkat bu ke pusat kerajaan, perjalanannya jauh, jadi aku harus melakukan beberapa persiapan," jelas Rama lagi, ia memberikan senyum terbaiknya saat melihat gurat kekhawatiran di wajah sang ibu. "Ibu khawatir nak, kalau Raja tidak menghargai bakatmu! Ibu khawatir kamu malah tidak disukai..." kata ibu Sri mengutarakan isi hatinya. Rama tersenyum dan merangkul ibunya, "hidup di dunia ini harus siap untuk tidak disukai bu, karena tidak semua orang punya pemikiran yang sama dengan kita, kita hanya perlu lakukan apa yang baik menurut kita dan bisa memberikan manfaat untuk orang lain bu, Do'akan Ra

Bab terbaru

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   Bab 149

    Andonesia, tahun 2075 Dunia hari ini mengalami kehancuran karena pengrusakan lingkungan oleh perusahaan maupun perorangan. Tapi, manusia tak peduli. Mereka justru berperang di bawah iklim yang berubah total dan tak sadar sebuah batuan besar dari langit menghantam bumi. Semua orang dalam keadaan panik, berlari tanpa tujuan. Bumi gelap seketika ketika kabut hitam aneh datang sementara listrik tengah padam. "Uuuhhh....!" Seorang pria tiba-tiba terbangun dengan tubuh yang terasa pegal, seolah-olah ia sudah tiduran terlalu lama. Pria itu menatap sekitarnya hingga akhirnya beradu pandang dengan perawat yang baru saja memasuki ruangannya dengan ekspresi terkejut. "Dokter Angel! Pasien nomor 10 akhirnya sadar." Perawat tersebut langsung mengabari seorang dokter cantik yang sedang menulis di ruangannya. Mendengar pasien dengan nomer 10 akhirnya sadar, Angel langsung mengikuti perawat yang tadi mengabarinya. "Klek!" Angel membuka pintu itu dan menatap pasien nomer 10 dan langsung

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 148

    "Dar!!" "Tuan Muda!" jerit Lilia. "Kau sangat berani!!" Baxia mengayunkan ekornya untuk menghantam Jenderal Kris, tubuh Jenderal Kris melayang jauh hingga menghantam badan kapal yang lain, ia mengeluarkan darah dan mati di tempat. 'Bagaimana dengan Tuan Muda?'tanya Lilia. 'Tenanglah baby, aku akan membawa Tuan kembali setelah memberi mereka pengajaran.' Baxia berbalik dan memperlihatkan aura yang sangat dominan serta mengerikan, seketika air laut di sekitar kapal Mamarika bergemuruh. "PULANGLAH DAN JANGAN KEMBALI!! ATAU AKU AKAN BUAT PERHITUNGAN DAN MENGHANCURKAN BANGSA KALIAN!" suara Baxia menggema hingga memekakkan telinga yang mendengarnya, sehingga mereka harus menutup telinga agar tidak terlalu sakit. Jenderal Sean mengangguk sembari menutup telinganya. Mendapatkan jawaban yang diinginkannya, Baxia berbalik membawa tubuh Rama ke kapal mereka. Pasukan bayangan sudah menunggu Baxia dengan perasaan khawatir. Rama tidak sadarkan diri, saat diperiksa tidak ada tanda-tand

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 147

    "Fatta, apa kau berhasil menjalin kontrak dengan Naga?" tanya Rama ketika melihat Fatta dan Baxia datang setelah 2 hari berkelana dialam Hewan Spiritual. 2 hari berkelana di alam Hewan Spiritual sama dengan 2 minggu berlalu di alam manusia. Baxia dan Fatta tersenyum, seekor hewan seperti mahluk purba muncul di punggung belakang Fatta, bentuknya sepertinya dinosaurus dengan ukuran mini setinggi setengah meter. Melihat hewan Spiritual milik Fatta, spontan Jaya tertawa terbahak-bahak."Kau berburu Naga, tapi malah mendapatkan Saurus?hahaha...Hewanmu sangat lucu Fatta!" Melihat itu Fatta dengan wajah datarnya memberi perintah kepada Barats, nama yang ia berikan kepada Hewan Spiritualnya untuk menunjukkan bakat uniknya. "Barats, perlihatkan wujud aslimu!!" Barats melompat dari punggung Fatta, ia kemudian memperlihatkan bentuknya yang semakin membesar hingga sebesar Baxia, "RAAAAAOOOOWWWW!!!" Barats memperlihatkan aumannya yang keras di wajah Jaya, Jaya tak mampu berbuat apapun, ia h

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 146

    "Tuan Muda, apakah kau dari alam Hewan Spiritual?" tanya Fatta yang melihat Rama, Lilia dan Baxia datang bersamaan dari portal keluar alam Hewan spiritual. "Iya, ada apa? Apa ada masalah ketika aku pergi?" tanya Rama lagi, ia melihat ekspresi yang tidak biasa dari Fatta. "Tuan Muda, seharusnya kau mengajakku, aku juga ingin melakukan kontrak dengan Naga," sahut Fatta dengan ekspresi kecewa. Rama menghela napas lega, ia tak menyangka masalahnya seperti itu, ia bahkan sudah berpikiran yang tidak-tidak tadi. "Oho, aku bisa menemanimu!" kata Baxia, ia kemudian membuka kembali portal ke dunia alam Hewan Spiritual. Fatta kemudian menatap Rama dengan tatapan memohon untuk diizinkan pergi. "Baiklah, pergilah!" sahut Rama kemudian. "Terima kasih Tuan Muda," kata Fatta kemudian menghilang bersama Baxia di balik portal alam Hewan Spiritual. "Fatta itu termasuk manusia luar biasa, kekuatannya tidak seperti manusia biasa, apa mungkin dia manusia istimewa? Tapi tidak mudah menjalin kont

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 145

    Sesampainya mereka di alam Hewan Spiritual, Rama dan Lilia di sambut dengan hangat. Namun para Naga bingung dengan Naga mini yang mengikuti Rama dan Lilia. "Apa Lilia punya anak?""Setauku tidak, Lilia belum memasuki masa kawin,""Lalu kenapa ada bayi Naga?""Mungkin Lilia menemukannya dan kasihan padanya,""Kau benar, bisa jadi seperti itu, tapi bukankah kita para Naga tidak pernah menelantarkan bayinya?""Aaahh.... Kau benar juga, lalu bayi siapa itu?"Semua Naga mulai menebak siapa bayi Naga yang mengikuti Rama dan Lilia, bahkan Ketua Naga terlihat bingung dengan Naga kecil yang mereka bawa. Rama tersadar dengan tatapan aneh sedari tadi yang mereka terima. "Baxia, kau boleh mengubah wujudmu kalau di sini," kata Rama, sepertinya wujud Baxia yang menggemaskan membuat para Naga bertanya-tanya. Mendengar itu Baxia lalu berubah ke wujud asalnya, Naga yang tadinya lucu dan menggemaskan berubah menjadi Naga yang mendominasi, gagah dan sangat kuat. melihat tanda di wajahnya Ketua Naga l

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 144

    "Jadi apa nama untukku?" tanya Naga jantan yang telah menjalin kontrak dengan Rama itu, bahkan Lilia menatap dengan tidak percaya, bagaimana bisa 2 Naga menjalin kontrak dengan Tuan yang sama, bukan kah Tuan itu tidak akan mampu, tapi yang terjadi Rama terlihat mampu dan tidak kenapa-kenapa. "Kita sudah menjalin kontrak?" tanya Rama memastikan, ia memang merasa ada yang berbeda pada dirinya ketika menjalin kontrak dengan Naga jantan, tidak seperti ketika ia menjalin kontrak dengan Lilia. Bahkan Lilia tersadar, ada perubahan pada bulu putih di bagian wajah Naga jantan, bulu putih itu berkilau keemasan, di bagian sayap juga begitu, Namun ia masih berwarna biru muda, selain itu dan cahaya tadi tidak terjadi apapun kepada Naga jantan. "Apa yang kau lakukan kepada Tuanku?" tanya Lilia, ia khawatir Rama yang malah mendapat imbasnya. "Aku membagi kekuatanku padanya, aku tidak mungkin mencelakainya my love, jika dia mati kau dan aku akan mati juga," sahut Naga jantan, Lilia bersyukur atur

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 143

    "Maksudmu ada Naga lain selain dirimu saat ini?" tanya Rama, ia melihat Lilia menggeram marah dan mencoba mencari sumber bau itu. "Tuan Muda, aku akan pergi sebentar!" pamit Lilia, ia kemudian menjauh dari desa Mekarsari menuju bukit. 'Lilia, berhati-hatilah dan tetap pertahankan komunikasi kita."pinta Rama, ia terlihat khawatir melihat Lilia yang pergi begitu saja. 'Tentu Tuan Muda, aku adalah Naga penjaga sekaligus Naga petarung, jangan khawatir aku akan segera kembali,' Sesampainya di bukit kembaran, Lilia berdesis, tanda ia sedang marah, "Tunjukan dirimu, aku tau kau ada di dekatku!" seru Lilia, ia terlihat sangat marah. Kemudian seekor Naga yang lebih tinggi dari Lilia muncul, Naga itu memiliki warna biru muda dengan warna putih sayap di bagian mata. Matanya berwarna hitam pekat, sudah bisa ditebak Naga ini adalah Naga jantan. "Aku tak menyangka kau akan menyadari kehadiranku, "Naga itu terlihat sangat mendominasi, berbeda dengan Naga jantan yang biasa Lilia temui. Lili

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 142

    'Lilia, apa yang terjadi?'tanya Rama. Lilia menatap ke arah bangungan Houston yang tak jauh dari dirinya, Xiao Wang Li dan Jessica berada. 'Tuan Muda, bangsa Mamarika sepertinya membuat senjata baru untuk memerangi kita,' 'Senjata baru, Seperti apa?'tanya Rama kembali. 'Senjata itu memiliki pelontar, berbentuk bulat berduri, diberi api dan ketika meluncur serta mengenai target, maka akan meledak di waktu tertentu, "jelas Lilia, ia menggeram marah. Ingin rasanya Lilia menghancurkan bangsa Mamarika sekarang juga, kalau saja bukan Rama yang melarang maka Lilia sudah membumihanguskan bangsa itu. 'Lilia tenanglah, bawa Xiao Wang Li dan adiknya kembali terlebih dahulu ke Mekarsari,' pinta Rama. "Xiao, Tuan Muda meminta kita untuk kembali terlebih dahulu ke Mekarsari," jelas Lilia setelah selesai berkomunikasi dengan Rama. Xiao Wang Li dan Jessica terlihat kebingungan sebelum akhirnya Lilia kembali bersuara. "Aku dan Tuan Muda terjalin kontrak, karena itu kami bisa berkomunikasi sec

  • Perjalanan Waktu sang Penguasa Desa   bab 141

    "Lilia!!" Kali ini Xiao Wang Li sangat senang bertemu Lilia, ia tak menyangka kalau Lilia selama ini bersamanya. "Rrrrrgggghhhh... Rrrrrgggghhhh... " Lilia mulai berdesis, ia siap mengeluarkan laharnya kapanpun ia mau, jika ada yang berani mendekat siap-siap saja dibakar sampai hangus. "Prajurit!!" Jenderal Kris berteriak memanggil prajurit bersenjata api. Para prajurit mulai mengepung Lilia dan Xiao Wang Li, mereka juga mulai siaga dengan mengompa senjata api. "Jangan mendekat atau kalian aku bakar!!" ancam Lilia lagi, pasukan Mamarika mulai gentar, terlebih dengan apa yang baru mereka lihat. Naga benar-benar nyata!! Bukannya takut, Jenderal Kris menjadi berambisi untuk menjinakkan Lilia dan menjadikannya hewan milik mereka, mereka tidak tau jika hewan spiritual yang menjalin kontrak tidak bisa dijinakkan. "Tangkap Naga itu!!" perintah Jenderal Kris, pasukan Mamarika agak kebingungan, dengan apa mereka harus menangkap Naga yang memiliki tinggi 2 kali lipat lebih dari manusia.

DMCA.com Protection Status