"Rama, kau meminta Fatta dan pasukan bayangan berpatrolikan?" tanya Jaya ketika pak Joko dan timnya pulang. Rama mengangguk, "iya, apa sudah ada hasilnya?" tanya Rama. "Sepertinya kau harus melihat langsung!!" kata Jaya lagi, membuat Rama menatapnya heran. Tapi Rama tetap menurut masuk ke dalam kereta kuda yang Fatta bawa. Ada Xiao Wang Li pula di dalam, ia dibawa untuk melihat apakah orang yang akan mereka datangi benar yang sudah merampok Xiao Wang Li sewaktu itu. "Tuan Muda, apa perlu kita membawa pasukan bayangan sebagian?" tanya Fatta lagi lewat jendela kusir kuda. Rama menggeleng, "tak perlu, aku bisa menggunakan senjata kok!" kata Rama, membuat indera pendengaran Xiao Wang Li menjadi peka. Apakah ia akan segera melihat senjata yang Rama gunakan? Apakah ia menyimpan senjata-senjata itu di dalam kereta kuda? karena dari awal Xiao Wang Li mencari ia tak pernah melihat keberadaan senjata selain ketapel dan samuray yang pasukan bayangan gunakan saat berlatih. "Tapi di sana suda
Xiao Wang Li sudah mulai tenang, ketika ia keluar Rama masuk kedalam kereta kuda, entah apa yang Rama lakukan. Yang pasti, begitu Xiao Wang Li keluar, ia langsung diserbu dengan ucapan terima kasih dari orang-orang yang merampoknya. "Tuan, kau orang yang baik, kami menyesal telah melakukan hal jahat kepadamu!!" kata jeje, salah satu orang yang ikut merampok Xiao Wang Li. "Tuan, maaf telah membuatmu kesulitan, saat itu kami hanya memikirkan diri kami sendiri, tanpa perduli kepadamu!!" kata Ucup yang juga ikut merampok.Xiao Wang Li akhirnya sadar, orang-orang dihadapannya ini sangat menderita, ia melihat kaki-kaki yang bahkan tidak mengenakan kaos kaki, tidak mengenakan sendal, baju yang lusuh dan tidak layak pakai, bahkan anak-anak mendominasi warga kampung tambang ini. "Ada berapa kepala keluarga disini?" tanya Rama, seseorang pria tua maju, ia adalah kepala desa di kampung tambang. "Ada 6 kepala keluarga Tuan," sahut Hadi, si kepala desa kampung tambang. Pria itu terlihat bungku
"Tuan Muda, bolehkah aku meminjam kudamu?" tanya Xiao Wang Li kepada Rama, Rama menoleh dan mengangguk. "Apa kau tidak akan bertanya aku mau kemana?" tanya Xiao Wang Li melihat Rama begitu santai dan tidak pernah mencurigainya, sangat berbeda dengan Jenderal Kris yang selalu bersikap waspada kepadanya. "Memangnya kau mau kemana?" tanya Rama kemudian. Xiao Wang Li malah serba salah ketika ditanyai, "aku mau ke desa Kuncup sebentar!" jelas Xiao Wang Li berbohong, ia akan ke tempat persinggahan burung Marph untuk melihat apakah burung tersebut ada, untuk mengirim pesan kepada Jenderal Kris. "Baiklah, kau boleh pergi!" kata Rama, ia kembali disibukkan dengan tatapannya kepada onshop. "Baiklah..." kata Xiao Wang Li pelan, tapi sebelum ia benar-benar pergi, Rama kembali bertanya. "Apa kau perlu seseorang untuk menemanimu?" tanya Rama lagi. Xiao Wang Li terlihat berpikir sejenak, ia kira Rama tidak tau mengenai burung Marph, jadi mungkin tak ada salahnya ditemani satu orang pasukan ba
Rama melihat Jami dan Komang yang baru datang dengan kereta kuda, mereka mengantarkan kasur ,selimut dan briket untuk warga kampung nelayan. Musim dingin ini sudah mulai sangat dingin. Rama berharap tak ada yang menderita ketika musim ini berlangsung. "Tuan Muda!!" Pandu keluar dari kereta kuda. Rama tentu terkejut sekaligus senang mendapati Pandu di desanya."Pandu, bagaimana kabarmu?"tanya Rama, namun wajah Pandu terlihat sendu dan serba salah. "Tuan Muda, kabarku kurang baik, aku kesini untuk meminta pertolonganmu!" kata Pandu dengan wajah yang memelas. Rama tentu akan menolong siapapun yang meminta tolong, selama ia mampu untuk menolong. "Sebaiknya kita masuk ke dalam rumah, lihatlah kau sudah kedinginan!!" kata Rama lagi, melihat situasi Pandu yang memang sangat memprihatinkan. "Terima kasih Tuan Muda!" kata Pandu lagi, Rama melirik Pandu, kemudian mengoreksi panggilan terhadapnya. "Panggil abang atau kak saja!!" kata Rama, Pandu terlihat terkejut. Bagaimana bisa ia bersika
Sesampainya di perkemahan Rama dibuat takjub, warga perkemahan membuat tambahan kayu untuk melindungi tenda-tenda mereka. Selain berguna untuk melindungi dari dinginnya angin musim dingin, itu juga berfungsi untuk melindungi mereka dari binatang buas. Perkemahan itu bahkan ditata ulang, mereka membentuk lingkaran dan ditengahnya terdapat tempat pembakaran api unggun untuk menghangatkan badan dan memasak. "Komang dan Jami, keluarkan mantel-mantel bulu dan selimut kita dari kereta kuda!!" pinta Rama, ia juga turut membantu untuk menyerahkan mantel bulu dan tambahan selimut. "Ini sangat kreatif!!" kata Rama begitu sampai."Tuan Muda, selamat datang!!"pak Mudi menyambut Rama. Rama tersenyum membalas sambutan pak Mudi dan warga perkemahan lainnya. "Kak Rama!!"begitu pula dengan Pahmi adik Pandu, ia langsung memeluk Rama dengan riang. "Bagaimana kabarmu Pahmi?" tanya Rama sembari mengelus kepala Pahmi, bocah itu bahkan terlihat tumbuh tinggi sekarang. "Baik kak Rama," kata Pahmi dan ia
"Tuan Muda, sedang apa kau di sini?" tanya Fatta, ia dan Xiao Wang Li datang dari arah perbatasan. "Aku hanya mengunjungi mereka, kenalkan ini Pandu," kata Rama kepada Xiao Wang Li." Dia adalah tamuku, Xiao Wang Li dan Fatta pengawal pribadiku, "kata Rama lagi kepada Pandu dan Pahmi. "Kakak Xiao, kakak Fatta!" Pandu dan Pahmi menangkupkan tangannya, diikuti oleh Xiao Wang Li dan Fatta. "Kalau begitu aku akan pulang, Pandu kau bisa langsung ikut!! Bersiaplah..." kata Rama, Pandu langsung tersenyum penuh semangat dan langsung berlari ke tendanya. "Kau akan pulang Tuan Muda?" tanya pak Rizal. "Iya, hari sudah sangat dingin, lagipula banyak urusan di desa yang perlu kupantau!" kata Rama lagi. "Kalau begitu ini untukmu Tuan Muda!" Pak Rizal memberikan sebuah tapi dengan bentuk seperti rambut kuda. "Apa ini?" tanya Rama. "Ini adalah kepercayaan kami, bisa melindungi Tuan Muda dari... Naga!!" kata pak Rizal dengan setengah berbisik. "Apakah naga benar-benar ada?" tanya Rama lagi. P
"Tidak bisa, harga 250 batang emas untuk satu senjata itu sangat mahal!!" Seru Amarta Handayani, kali ini dirinya yang berada di faksi kiri sedang berusaha melawan faksi kanan yang mengajukan pengeluaran untuk senjata. "Bagaimana bisa kau sebut itu mahal? Dengan senjata itu kita bisa melawan bangsa Bar-Bar maupun bangsa lainnya yang ingin menyerbu kerajaan kita!!" kata Raka Adipati dengan sengit, kali ini ia tidak mau kalah."dengan senjata itu, kita bahkan bisa menaklukkan bangsa lain!!""Apakah senjata yang dimaksud memang sebagus itu?" tanya Pangeran Baskara, ia sedang duduk di kursi bawah Raja. "Yang Mulia, aku melihat langsung keadaan di lapangan, jika bukan Rama Adipati dan pasukannya yang datang menolong dengan senjata itu, maka pasukan kita takkan mampu melawan bangsa Bar-Bar dan sekutunya! Harga 250 batang emas per senjata itu sangat murah, Rama bahkan menjanjikan akan memberikan bonus bom dan pelatihan untuk senjata itu!!" jelas Raka lagi. "Apa mungkin ini hanya akal-akala
"Tuan Muda, ada utusan Kerajaan datang!!" Fatta berlari masuk kedalam greenhouse, Rama yang sedang menikmati teh hangatnya di pagi hari agak terkejut mendengar berita itu, terlebih melihat wajah pucat Fatta, ia terlihat serius dengan perkataannya. "Baiklah, cobalah untuk tenang, dimana mereka sekarang?" tanya Rama. "Di depan Tuan Muda!!" kata Fatta, ia lalu berjalan menuju halaman rumah. Disana sudah ada banyak warga yang berlutut, bahkan bapak dan ibunya juga dalam posisi berlutut. Fatta laku ikut berlutut sementara Rama kebingungan, seseorang lalu turun dari kereta kuda kerajaan, ia adalah Pangeran Baskara, disusul Raka Adipati dan Amarta Handayani."Berdirilah!!" Perintah Pangeran Baskara, semua orang berdiri ia kemudian menatap Rama. Rama lalu menangkupkan tangannya dengan sopan dengan kepala tertunduk. Semua orang berdiri dan melihat Pangeran Baskara yang begitu gagah. Para prajurit kerajaan langsung membentuk perlindungan di sekitar Pangeran. "Apa kau Rama?" tanya Pangeran Ba