Penasehat Jordan memasang tempat bersinggah burung Marph, agar ia bisa leluasa mengirimkan laporan kepada Jessica maupun Jenderal Kris. Tempat itu dekat dengan tenda-tenda perbatasan prajurit Bamaraya, cukup beresiko, namun burung Marph sering mampir ditempat itu, sehingga penasehat Jordan mengambil keputusan yang besar saat membuat tempat bersinggah burung Marph. "Hei, siapa kamu?" tanya seorang Prada dengan tombak ditangannya. Penasehat Jordan mengangkat tangannya dan mengatakan, "Maaf, aku tersesat!" katanya, jelas ia tidak akan dicurigai, karena wajah asianya itu. "Kau tersesat? Kau mau kemana?" tanya Prada itu lagi, ia mulai mengendorkan penjagaannya karena salah satu temannya datang. "Aku mau melakukan perdagangan, aku belum mengenal tempat ini karena terpisah dari teman berdagangku," kata penasehat Jordan memberi alasan. "Baiklah, kami akan mengantarmu ke desa Kuncup, biasanya disana banyak pedagang sepertimu!" kata Prada itu lagi, penasehat Jordan langsung menghela n
"Nah akhirnya aku menemukanmu!! Aku sudah beberapa kali kesini untuk menemuimu," kata Park Bin, seorang mantan koki kerajaan yang dulu pernah membeli cabai dari Rama. "Paman, kau masih mengingatku rupanya!!" kata Rama kemudian, ia memanen habis cabainya, begitu pula beberapa penduduk desa yang ikut bersamanya. Mendekati akhir musim gugur, semua orang memanen cabai mereka dan kembali membawanya ke desa Kuncup, karena musim dingin akan datang. Sekarang saja semua orang sudah memakai mantel bulu, Rama sudah membagikan mantel bulu kepada warga desa Mekarsari. "Tentu saja aku mengingatmu, lihatlah kualitas cabai yang kau miliki sangat bagus!! Aku sudah berkali-kali datang kesini, kalau bukan karena perang, tentu aku akan mengunjungi desa ini tiap hari untuk bertemu denganmu!!" seru Park Bin lagi, ia tertawa riang ketika berhasil menemui Rama. "Paman, kau sangat hebat dalam menilai, berapa banyak cabai yang akan kau perlukan?" tanya Rama kemudian, warga desa di belakang Rama kembali iku
"Keretamu sangat hangat!" kata Park Bin begitu memasuki kereta kuda milik Rama, terlebih ketika ia duduk. Bantalan kursi kereta sangat empuk dan tebal, tidak membuat sakit pantat, bahkan sandarannya juga terdapat bantalan empuk, Park Bin senang mengikuti Rama untuk ikut di keretanya. "Paman, aku senang mendengar kau menyukai kereta kudaku, buatlah dirimu nyaman paman!!" kata Rama penuh hormat. "Bagaimana caramu membuat kereta senyaman ini, bahkan di musim yang sudah mulai dingin ini, kereta kudamu sangat hangat!" puji Park Bin lagi. Rama senang mendengar pujian itu, tidak sia-sia ia begadang dengan Fatta untuk memodifikasi kereta kuda mereka. Bahkan Rama juga sudah membeli kereta baru, untuk digunakan bapak dan ibunya jika ia tidak ada. Sehingga mereka tidak perlu berebut kereta kuda ketika akan bepergian. "Paman, kau sangat berlebihan, aku hanya menambahkan penghangat ruangan saja!" kata Rama lagi, membuat Park Bin kembali takjub."paman, buatlah dirimu senyaman mungkin, karena pe
"Bang Rama, ada orang tergeletak di tepi jalan!!" Alan membuka jendela kusir untuk memberitahukan Rama, Rama yang sedang membungkam mulut Fatta langsung melepaskannya dan memberi izin untuk berhenti. "Fatta, coba kau lihat apa orang itu masih hidup?" kata Rama kemudian, Fatta selalu sigap. Ia turun dari kereta kuda dan memastikan napas orang yang tergeletak itu. "Tuan Muda, ia sepertinya seorang warga asing, napasnya masih ada, ia masih hidup!" kata Fatta memberikan laporan. "Kalau begitu bawa ia kedalam kereta kuda!!" kata Rama kemudian, Fatta mengangguk dan membawa warga asing itu masuk kedalam kereta kuda. Rama memandangi warga asing itu, begitu pula dengan Fatta dan Alan. Warga asing tersebut terlihat berbeda dari caranya berpakaian, biasanya warga asing disini akan mengikuti cara berpakaian mereka, tp warga asing ini sepertinya memakai pakaian dari bangsa mereka, sepertinya begitu. "Menurut kalian dia dari bangsa mana?"tanya Rama, ia menoleh kepada Fatta dan Alan yang ma
Rama menatap langit dan merasa ada yang aneh dengan suhu udara di sekitarnya. 'Apa memang selalu sedingin ini?' pikirnya. Tapi karena musim gugur memang sudah berakhir maka wajar jika suhu udara sudah mulai dingin, hanya saja rasa dinginnya membuat Rama merasa ada yang salah. "Tuan Muda, maafkan kedatangan kami yang terlambat!" pas sekali pak Joko beserta 2 orang anaknya dan 5 orang anak buahnya yang membangun bunker datang. Rama langsung menyambut mereka dengan riang, "Tidak masalah paman!!" kata Rama, ia langsung memberikan gestur meminta pak Joko dan timnya masuk ke dalam rumah. Ketika sampai di dalam rumah, mereka selalu merasa dibuat takjub oleh Rama. Hawa dingin yang tadinya menyerang, bergantikan dengan hawa hangat ketika masuk ke dalam rumah. Sepertinya Rama kembali memodifikasi rumahnya. Pak Joko dan timnya lalu melepaskan mantel mereka dan menggantungnya di tempat yang sudah Rama siapkan. "Paman, bunker sudah selesai kau buat, di musim dingin ini apa kau bisa kembali
"Rama, kau meminta Fatta dan pasukan bayangan berpatrolikan?" tanya Jaya ketika pak Joko dan timnya pulang. Rama mengangguk, "iya, apa sudah ada hasilnya?" tanya Rama. "Sepertinya kau harus melihat langsung!!" kata Jaya lagi, membuat Rama menatapnya heran. Tapi Rama tetap menurut masuk ke dalam kereta kuda yang Fatta bawa. Ada Xiao Wang Li pula di dalam, ia dibawa untuk melihat apakah orang yang akan mereka datangi benar yang sudah merampok Xiao Wang Li sewaktu itu. "Tuan Muda, apa perlu kita membawa pasukan bayangan sebagian?" tanya Fatta lagi lewat jendela kusir kuda. Rama menggeleng, "tak perlu, aku bisa menggunakan senjata kok!" kata Rama, membuat indera pendengaran Xiao Wang Li menjadi peka. Apakah ia akan segera melihat senjata yang Rama gunakan? Apakah ia menyimpan senjata-senjata itu di dalam kereta kuda? karena dari awal Xiao Wang Li mencari ia tak pernah melihat keberadaan senjata selain ketapel dan samuray yang pasukan bayangan gunakan saat berlatih. "Tapi di sana
Xiao Wang Li sudah mulai tenang, ketika ia keluar Rama masuk kedalam kereta kuda, entah apa yang Rama lakukan. Yang pasti, begitu Xiao Wang Li keluar, ia langsung diserbu dengan ucapan terima kasih dari orang-orang yang merampoknya. "Tuan, kau orang yang baik, kami menyesal telah melakukan hal jahat kepadamu!!" kata jeje, salah satu orang yang ikut merampok Xiao Wang Li. "Tuan, maaf telah membuatmu kesulitan, saat itu kami hanya memikirkan diri kami sendiri, tanpa perduli kepadamu!!" kata Ucup yang juga ikut merampok. Xiao Wang Li akhirnya sadar, orang-orang dihadapannya ini sangat menderita, ia melihat kaki-kaki yang bahkan tidak mengenakan kaos kaki, tidak mengenakan sendal, baju yang lusuh dan tidak layak pakai, bahkan anak-anak mendominasi warga kampung tambang ini. "Ada berapa kepala keluarga disini?" tanya Rama, seseorang pria tua maju, ia adalah kepala desa di kampung tambang. "Ada 6 kepala keluarga Tuan," sahut Hadi, si kepala desa kampung tambang. Pria itu terlihat bu
"Tuan Muda, bolehkah aku meminjam kudamu?" tanya Xiao Wang Li kepada Rama, Rama menoleh dan mengangguk. "Apa kau tidak akan bertanya aku mau kemana?" tanya Xiao Wang Li melihat Rama begitu santai dan tidak pernah mencurigainya, sangat berbeda dengan Jenderal Kris yang selalu bersikap waspada kepadanya. "Memangnya kau mau kemana?" tanya Rama kemudian. Xiao Wang Li malah serba salah ketika ditanyai, "aku mau ke desa Kuncup sebentar!" jelas Xiao Wang Li berbohong, ia akan ke tempat persinggahan burung Marph untuk melihat apakah burung tersebut ada, untuk mengirim pesan kepada Jenderal Kris. "Baiklah, kau boleh pergi!" kata Rama, ia kembali disibukkan dengan tatapannya kepada onshop. "Baiklah..." kata Xiao Wang Li pelan, tapi sebelum ia benar-benar pergi, Rama kembali bertanya. "Apa kau perlu seseorang untuk menemanimu?" tanya Rama lagi. Xiao Wang Li terlihat berpikir sejenak, ia kira Rama tidak tau mengenai burung Marph, jadi mungkin tak ada salahnya ditemani satu orang pasu