Jenderal Roni terlihat berpikir, ia bahkan mengelus jenggot pendeknya yang mulai beruban itu."aku bingung, apa pekerjaan Rama sebenarnya? Kudengar ia bisa mengobati, ia juga petani dan pedagang? Yang mana yang benar?"tanya Jenderal Roni pada Raka dan Sersan Harjuna. "Semua benar paman!!" seru Sersan Harjuna. "Rama itu bisa meracik obat, dialah yang menciptakan obat untuk penyakit menular, ia juga bertani dan berdagang!!" Sahut Sersan Harjuna lagi. "Kalau begitu, Raka bebaskan Rama dan pasukannya, berikan mereka tenda agar bisa beristirahat dengan nyaman!!" kata Jenderal Roni kemudian. Raka dan Sersan Harjuna menatap riang, mereka senang mendengar Rama dan pasukannya akan dibebaskan. Raka Adipati pun bergegas untuk segera membebaskan Rama dan pasukannya, sebelum Jenderal Roni kembali berubah pikiran. *** "Jenderal, kita harus kembali!!" Penasehat Jordan datang dengan terburu-buru. Jenderal Kris tentu kebingungan dengan itu, tetapi ia tau penasehat Jordan bukan tipe orang yang
"Dengarlah, menjadi pejabat itu bebannya berat, kau harus bertanggung jawab pada kehidupan rakyat serta bawahanmu, aku tidak mau menanggung sesuatu yang bahkan tidak mampu aku lakukan!! Lebih baik aku jadi petani dan pedagang serta menghasilkan uang yang banyak, aku juga punya lebih banyak waktu untuk bersantai!!" jawab Rama lagi. Semua orang termenung, selama ini mereka berpikir jika menjadi pejabat maka kehidupan akan terjamin, kemudian orang juga akan menatap takjub dan kagum pada gelar yang dimiliki, namun Rama malah berpikir sebaliknya. "Kak Rama, apa aku harus jadi petani dan pedagang juga agar bisa sepertimu?" tanya Prada Haris dengan polosnya. "Hahaha...!!" Rama terkekeh."semua orang memiliki bakatnya sendiri, bakatmu adalah menjadi prajurit, lihatlah kau bahkan cekatan dalam melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pengamanan!!"kata Rama kemudian. Semua orang mengangguk setuju, mereka paham maksud Rama. Tidak semua orang bisa jadi pejabat, tidak semua orang bisa jadi
"Rama, Jaya... Bolehkah kita bicara diruanganku?" tanya Raka Adipati. Jaya menatap Rama dan Rama memberikan isyarat kalau mereka harus mendengarkan Raka Adipati. Jadi mereka mengikuti Raka masuk keruangannya. "Silahkan duduk senyaman kalian," kata Raka Adipati lagi, ia kemudian membuat teh hangat untuk Rama dan Jaya. "Paman tidak perlu repot-repot!! Apa yang paman ingin bicarakan?" tanya Rama langsung. "Haish, jangan begitu, biarkan paman ini menjamu kalian, lagipula ini hanya sekedar teh hangat!!" kata Raka lagi, ia masih sibuk dengan tehnya. Teh di jaman ini sama seperti teh tradisional yang Rama tau, bentuk daun kering tanpa buntalan penyaring. Hanya menggunakan teko penyaring. "Teh apa ini paman?" tanya Rama karena teh itu tidak memiliki wangi yang harum. "Ah, ini teh dari bangsa asia, kami membelinya dengan harga yang mahal!! Kualitas teh kita tidak bagus, kalau ini kualitasnya bagus, cobalah kalian pasti suka!!"kata Raka kemudian. Ia menyiapkan 3 cangkir teh untuk din
"Hmmm... Apa kau membeli daun teh baru?"tanya Jenderal Roni saat Raka menyeduhkan ia teh. "Bagaimana rasanya?" tanya Raka Adipati lagi, ia juga ikut menyesap teh buatannya itu. "Sangat nikmat dan harum!! Darimana kau membelinya?" tanya Jenderal Roni lagi, ia merasa harum teh ini membuat pikirannya terasa tenang dan nyaman. "Tebaklah...!!" kata Raka lagi, membuat Jenderal Roni heran dengan sikap Raka. Ia bahkan terlihat senang ketika membuat tebak-tebakkan ini. "Biasanya kau selalu membeli dari Asia, apa ini produk baru mereka?" tanya Jenderal Roni lagi, ia bahkan tidak terlalu tertarik dengan permainan Raka. Namun ketika Raka menyodorkan padanya kotak hadiah ia mulai penasaran. Raka tersenyum dan menggelengkan kepalanya,"Ini dari Rama dan ini punyamu," jelas Raka dengan senyum senangnya. Jenderal Roni terkejut dengan kualitas teh punya Rama, "Teh ini sangat nikmat dan harum, memberikan efek tenang ketika meminumnya, apa benar ini dari Rama?" tanyanya lagi. "Tentu saja ini
Penasehat Jordan memasang tempat bersinggah burung Marph, agar ia bisa leluasa mengirimkan laporan kepada Jessica maupun Jenderal Kris. Tempat itu dekat dengan tenda-tenda perbatasan prajurit Bamaraya, cukup beresiko, namun burung Marph sering mampir ditempat itu, sehingga penasehat Jordan mengambil keputusan yang besar saat membuat tempat bersinggah burung Marph. "Hei, siapa kamu?" tanya seorang Prada dengan tombak ditangannya. Penasehat Jordan mengangkat tangannya dan mengatakan, "Maaf, aku tersesat!" katanya, jelas ia tidak akan dicurigai, karena wajah asianya itu. "Kau tersesat? Kau mau kemana?" tanya Prada itu lagi, ia mulai mengendorkan penjagaannya karena salah satu temannya datang. "Aku mau melakukan perdagangan, aku belum mengenal tempat ini karena terpisah dari teman berdagangku," kata penasehat Jordan memberi alasan. "Baiklah, kami akan mengantarmu ke desa Kuncup, biasanya disana banyak pedagang sepertimu!" kata Prada itu lagi, penasehat Jordan langsung menghela n
"Nah akhirnya aku menemukanmu!! Aku sudah beberapa kali kesini untuk menemuimu," kata Park Bin, seorang mantan koki kerajaan yang dulu pernah membeli cabai dari Rama. "Paman, kau masih mengingatku rupanya!!" kata Rama kemudian, ia memanen habis cabainya, begitu pula beberapa penduduk desa yang ikut bersamanya. Mendekati akhir musim gugur, semua orang memanen cabai mereka dan kembali membawanya ke desa Kuncup, karena musim dingin akan datang. Sekarang saja semua orang sudah memakai mantel bulu, Rama sudah membagikan mantel bulu kepada warga desa Mekarsari. "Tentu saja aku mengingatmu, lihatlah kualitas cabai yang kau miliki sangat bagus!! Aku sudah berkali-kali datang kesini, kalau bukan karena perang, tentu aku akan mengunjungi desa ini tiap hari untuk bertemu denganmu!!" seru Park Bin lagi, ia tertawa riang ketika berhasil menemui Rama. "Paman, kau sangat hebat dalam menilai, berapa banyak cabai yang akan kau perlukan?" tanya Rama kemudian, warga desa di belakang Rama kembali iku
"Keretamu sangat hangat!" kata Park Bin begitu memasuki kereta kuda milik Rama, terlebih ketika ia duduk. Bantalan kursi kereta sangat empuk dan tebal, tidak membuat sakit pantat, bahkan sandarannya juga terdapat bantalan empuk, Park Bin senang mengikuti Rama untuk ikut di keretanya. "Paman, aku senang mendengar kau menyukai kereta kudaku, buatlah dirimu nyaman paman!!" kata Rama penuh hormat. "Bagaimana caramu membuat kereta senyaman ini, bahkan di musim yang sudah mulai dingin ini, kereta kudamu sangat hangat!" puji Park Bin lagi. Rama senang mendengar pujian itu, tidak sia-sia ia begadang dengan Fatta untuk memodifikasi kereta kuda mereka. Bahkan Rama juga sudah membeli kereta baru, untuk digunakan bapak dan ibunya jika ia tidak ada. Sehingga mereka tidak perlu berebut kereta kuda ketika akan bepergian. "Paman, kau sangat berlebihan, aku hanya menambahkan penghangat ruangan saja!" kata Rama lagi, membuat Park Bin kembali takjub."paman, buatlah dirimu senyaman mungkin, karena pe
"Bang Rama, ada orang tergeletak di tepi jalan!!" Alan membuka jendela kusir untuk memberitahukan Rama, Rama yang sedang membungkam mulut Fatta langsung melepaskannya dan memberi izin untuk berhenti. "Fatta, coba kau lihat apa orang itu masih hidup?" kata Rama kemudian, Fatta selalu sigap. Ia turun dari kereta kuda dan memastikan napas orang yang tergeletak itu. "Tuan Muda, ia sepertinya seorang warga asing, napasnya masih ada, ia masih hidup!" kata Fatta memberikan laporan. "Kalau begitu bawa ia kedalam kereta kuda!!" kata Rama kemudian, Fatta mengangguk dan membawa warga asing itu masuk kedalam kereta kuda. Rama memandangi warga asing itu, begitu pula dengan Fatta dan Alan. Warga asing tersebut terlihat berbeda dari caranya berpakaian, biasanya warga asing disini akan mengikuti cara berpakaian mereka, tp warga asing ini sepertinya memakai pakaian dari bangsa mereka, sepertinya begitu. "Menurut kalian dia dari bangsa mana?"tanya Rama, ia menoleh kepada Fatta dan Alan yang ma