"Kak, mengapa kau sangat keras kepala? Kita bisa memakai tenaga Rama dan pasukannya, bukankah lebih baik jika semakin banyak pasukan?" jelas Raka ketika sampai dirumah peristirahatan Jenderal Roni. "Apa kau tidak melihat, ia bersikap sombong dan berlagak pada kita!! Lihatlah caranya menatap kita, seolah-olah berkata tanpa mereka kita takkan memenangkan pertempuran ini!!" balas Jenderal Roni. "Nyatanya memang begitu kak!! Seandainya mereka tidak datang, pasukan kita tidak akan bisa berbuat apapun!!" Raka kembali mempertegas ia memihak pada Rama. Bagi Raka hal terpenting saat ini bukanlah ego mereka sebagai keluarga, melainkan persatuan mereka sebagai bagian dari kerajaan Bamaraya. "Jika kita memiliki senjata itu, tanpa Rama dan pasukannya kita juga bisa menang!!"kali ini Jenderal Roni menekankan kembali perkataannya, ia bahkan memicingkan mata dengan sorot yang tajam. "Kak, senapan api milik bangsa Bar-Bar saja kita tidak bisa menggunakannya, apalagi senjata milik Rama!!" Jende
"Lihatlah keadaanmu, kalian berjuang mengalahkan serta menangkap kami!! Tapi apa yang kalian dapatkan!!" Mayjen Jaka tersenyum dengan licik. Rama hanya tersenyum mendengar provokasi dari Mayjen Jaka, tentunya ia tau betul saat ini Mayjen Jaka hanya ingin membuat ia dan pasukannya marah."apa kau sakit hati karena kami yang seperti ini berhasil menangkapmu?" Mayjen Jaka meggeretakkan giginya, namun ia masih bisa menahan amarahnya. Saat ini ia harus mencari cara untuk merayu Rama, Mayjen Jaka kembali menyunggingkan senyuman bersahabat."Aku jelas marah, namun rasanya aku juga ikut bersimpati pada keadaan yang menimpa kau dan pasukanmu!! Lihatlah sudah berjasa besar seperti ini, kau malah diperlakukan dengan tidak adil!! Bukankah kerajaan ini sangat tidak bisa menilai makna seseorang?"sambung Mayjen Jaka lagi. Entah mengapa pasukan bayangan merasa perkataan Mayjen Jaka ada benarnya, mereka sudah berjuang dan berkorban nyawa seperti ini, tapi pihak kerajaan malah memperlakukan mereka se
Jenderal Roni terlihat berpikir, ia bahkan mengelus jenggot pendeknya yang mulai beruban itu."aku bingung, apa pekerjaan Rama sebenarnya? Kudengar ia bisa mengobati, ia juga petani dan pedagang? Yang mana yang benar?"tanya Jenderal Roni pada Raka dan Sersan Harjuna. "Semua benar paman!!" seru Sersan Harjuna. "Rama itu bisa meracik obat, dialah yang menciptakan obat untuk penyakit menular, ia juga bertani dan berdagang!!" Sahut Sersan Harjuna lagi. "Kalau begitu, Raka bebaskan Rama dan pasukannya, berikan mereka tenda agar bisa beristirahat dengan nyaman!!" kata Jenderal Roni kemudian. Raka dan Sersan Harjuna menatap riang, mereka senang mendengar Rama dan pasukannya akan dibebaskan. Raka Adipati pun bergegas untuk segera membebaskan Rama dan pasukannya, sebelum Jenderal Roni kembali berubah pikiran. *** "Jenderal, kita harus kembali!!" Penasehat Jordan datang dengan terburu-buru. Jenderal Kris tentu kebingungan dengan itu, tetapi ia tau penasehat Jordan bukan tipe orang yang
"Dengarlah, menjadi pejabat itu bebannya berat, kau harus bertanggung jawab pada kehidupan rakyat serta bawahanmu, aku tidak mau menanggung sesuatu yang bahkan tidak mampu aku lakukan!! Lebih baik aku jadi petani dan pedagang serta menghasilkan uang yang banyak, aku juga punya lebih banyak waktu untuk bersantai!!" jawab Rama lagi. Semua orang termenung, selama ini mereka berpikir jika menjadi pejabat maka kehidupan akan terjamin, kemudian orang juga akan menatap takjub dan kagum pada gelar yang dimiliki, namun Rama malah berpikir sebaliknya. "Kak Rama, apa aku harus jadi petani dan pedagang juga agar bisa sepertimu?" tanya Prada Haris dengan polosnya. "Hahaha...!!" Rama terkekeh."semua orang memiliki bakatnya sendiri, bakatmu adalah menjadi prajurit, lihatlah kau bahkan cekatan dalam melakukan sesuatu yang berhubungan dengan pengamanan!!"kata Rama kemudian. Semua orang mengangguk setuju, mereka paham maksud Rama. Tidak semua orang bisa jadi pejabat, tidak semua orang bisa jadi
"Rama, Jaya... Bolehkah kita bicara diruanganku?" tanya Raka Adipati. Jaya menatap Rama dan Rama memberikan isyarat kalau mereka harus mendengarkan Raka Adipati. Jadi mereka mengikuti Raka masuk keruangannya. "Silahkan duduk senyaman kalian," kata Raka Adipati lagi, ia kemudian membuat teh hangat untuk Rama dan Jaya. "Paman tidak perlu repot-repot!! Apa yang paman ingin bicarakan?" tanya Rama langsung. "Haish, jangan begitu, biarkan paman ini menjamu kalian, lagipula ini hanya sekedar teh hangat!!" kata Raka lagi, ia masih sibuk dengan tehnya. Teh di jaman ini sama seperti teh tradisional yang Rama tau, bentuk daun kering tanpa buntalan penyaring. Hanya menggunakan teko penyaring. "Teh apa ini paman?" tanya Rama karena teh itu tidak memiliki wangi yang harum. "Ah, ini teh dari bangsa asia, kami membelinya dengan harga yang mahal!! Kualitas teh kita tidak bagus, kalau ini kualitasnya bagus, cobalah kalian pasti suka!!"kata Raka kemudian. Ia menyiapkan 3 cangkir teh untuk din
"Hmmm... Apa kau membeli daun teh baru?"tanya Jenderal Roni saat Raka menyeduhkan ia teh. "Bagaimana rasanya?" tanya Raka Adipati lagi, ia juga ikut menyesap teh buatannya itu. "Sangat nikmat dan harum!! Darimana kau membelinya?" tanya Jenderal Roni lagi, ia merasa harum teh ini membuat pikirannya terasa tenang dan nyaman. "Tebaklah...!!" kata Raka lagi, membuat Jenderal Roni heran dengan sikap Raka. Ia bahkan terlihat senang ketika membuat tebak-tebakkan ini. "Biasanya kau selalu membeli dari Asia, apa ini produk baru mereka?" tanya Jenderal Roni lagi, ia bahkan tidak terlalu tertarik dengan permainan Raka. Namun ketika Raka menyodorkan padanya kotak hadiah ia mulai penasaran. Raka tersenyum dan menggelengkan kepalanya,"Ini dari Rama dan ini punyamu," jelas Raka dengan senyum senangnya. Jenderal Roni terkejut dengan kualitas teh punya Rama, "Teh ini sangat nikmat dan harum, memberikan efek tenang ketika meminumnya, apa benar ini dari Rama?" tanyanya lagi. "Tentu saja ini
Penasehat Jordan memasang tempat bersinggah burung Marph, agar ia bisa leluasa mengirimkan laporan kepada Jessica maupun Jenderal Kris. Tempat itu dekat dengan tenda-tenda perbatasan prajurit Bamaraya, cukup beresiko, namun burung Marph sering mampir ditempat itu, sehingga penasehat Jordan mengambil keputusan yang besar saat membuat tempat bersinggah burung Marph. "Hei, siapa kamu?" tanya seorang Prada dengan tombak ditangannya. Penasehat Jordan mengangkat tangannya dan mengatakan, "Maaf, aku tersesat!" katanya, jelas ia tidak akan dicurigai, karena wajah asianya itu. "Kau tersesat? Kau mau kemana?" tanya Prada itu lagi, ia mulai mengendorkan penjagaannya karena salah satu temannya datang. "Aku mau melakukan perdagangan, aku belum mengenal tempat ini karena terpisah dari teman berdagangku," kata penasehat Jordan memberi alasan. "Baiklah, kami akan mengantarmu ke desa Kuncup, biasanya disana banyak pedagang sepertimu!" kata Prada itu lagi, penasehat Jordan langsung menghela n
"Nah akhirnya aku menemukanmu!! Aku sudah beberapa kali kesini untuk menemuimu," kata Park Bin, seorang mantan koki kerajaan yang dulu pernah membeli cabai dari Rama. "Paman, kau masih mengingatku rupanya!!" kata Rama kemudian, ia memanen habis cabainya, begitu pula beberapa penduduk desa yang ikut bersamanya. Mendekati akhir musim gugur, semua orang memanen cabai mereka dan kembali membawanya ke desa Kuncup, karena musim dingin akan datang. Sekarang saja semua orang sudah memakai mantel bulu, Rama sudah membagikan mantel bulu kepada warga desa Mekarsari. "Tentu saja aku mengingatmu, lihatlah kualitas cabai yang kau miliki sangat bagus!! Aku sudah berkali-kali datang kesini, kalau bukan karena perang, tentu aku akan mengunjungi desa ini tiap hari untuk bertemu denganmu!!" seru Park Bin lagi, ia tertawa riang ketika berhasil menemui Rama. "Paman, kau sangat hebat dalam menilai, berapa banyak cabai yang akan kau perlukan?" tanya Rama kemudian, warga desa di belakang Rama kembali iku