Share

Warisan Turun-temurun

Author: MasAhong
last update Last Updated: 2025-01-03 10:27:51

Cakra memperhatikan jam tangan dengan tali dari kulit berwarna coklat. Bentuk jamnya bulat. Angka 12, 3 dan 9 cukup besar dan satu bulatan kecil menunjukkan detik. Bingkainya terbuat dari platinum.

Rolex Perpetual 1908 adalah warisan turun temurun dari kakek. Bukan hanya karena jam itu harganya mahal tetapi sejarahnya. Kakeknya, Cakra mewarisi jam ini kepada ayahnya dan kembali diwariskan kepada Zayden.

Kening Zayden berkerut. Matanya menyipit kemudian melotot.

“It can’t be!” Ia berbisik. 

Zayden yang kini bernama Cakra berdiri. Berjalan cepat ke kamar mandi kemudian berkaca, melihat pantulan bayangannya di cermin oval yang menempel di dinding.

Decakan kecil terdengar dari bibir Cakra. Ia lupa siapa nama oma buyutnya. Tetapi yang pasti opa buyutnya bernama…

“Cakra!” ucapnya pelan dengan nada terkejut.

Dibasuhnya wajah dengan saat wajah Arabella terlintas. Lagi-lagi Cakra menyadari sesuatu.

Cukup lama Cakra memikirkan kemungkinan itu. Jika dilihat, memang Arabella dan Anne cukup mirip. Hanya saja Anne adalah versi bule dan judes Arabella. 

Sayangnya ia tidak tahu jawaban dari satu pertanyaan. “Kalau aku gak berhasil membuat Anne jatuh cinta, apa masa depan kami akan berubah? Apa aku benar-benar sudah meninggal makanya aku bisa masuk ke tubuh opa buyut?” gumam Cakra. 

“Aku hanya akan menawarkanmu sekali. Kalau kau tidak ke segera ke meja makan, aku tidak akan peduli meski kau kelaparan.”

Suara Anne mengagetkan Cakra yang sedang melamun. Wangi melati dan parfum yang Anne pakai menyeruak ke hidung Cakra sehingga tanpa sadari, ia memperhatikan istrinya itu.

“Aku akan mencongkel matamu jika kau terus melihatku seperti itu. Apa kau tidak pernah belajar sopan santun, hah?” hardik Anne. Ia berbalik masuk, meninggalkan Cakra sambil mengumpat dalam bahasa Belanda.

Cakra memperhatikan punggung Anne yang berjalan menjauh. Mencari cara bagaimana menaklukkan macan betina seperti Anne.

“Kau sepertinya hobi membuat orang menunggu layaknya orang penting. Sayangnya bukan!” Makan malam Pieter nyaris habis tanda kalau Cakra sudah benar-benar terlambat.

“Sisa waktumu di rumah ini hanya tinggal satu minggu. Setelah itu, kau harus menceraikan Anne dan angkat kaki dari sini.” Suara kursi didorong terdengar. Pieter meninggalkan ruang makan.

Suara kursi yang didorong, kembali terdengar. Kini, giliran Asih yang menyelesaikan makan malamnya. 

“Anne, mama harap kau melakukan hal yang benar. Jangan mencoreng muka papa!” Asih menyusul suami masuk ke dalam kamar. 

Meja makan diramaikan oleh suara garpu dan pisau yang saling beradu. Sedang sepasang suami istri menikmati makan malam mereka tanpa ada perbincangan.

Sampai menjelang tidur, akhirnya Cakra bertanya, “Mijn lief, apa yang kau inginkan untuk hadiah ulang tahunmu?” 

Cakra duduk di sisi ranjang yang kosong. Menunggu jawaban Anne.

“Aku ingin dua permata yang tak ternilai, satu tak terlihat, yang lainnya tak terpisahkan.”

Setelah cukup lama menunggu, akhirnya Anne memberikan jawaban. Gadis itu memiringkan tubuhnya. Memunggungi Cakra dan menarik selimutnya hingga dada.

***

Meski belum tahu apa yang akan ia lakukan pada ladang warisan orang tuanya, Cakra tetap pergi ke tempat itu. 

Namun, sebelum ke ladang ia mampir ke sebuah toko jam tua di pasar. De Tijdreiziger, nama toko jam pilihan Cakra.

Cling. Cling

Lonceng berbunyi ketika Cakra mendorong pintunya. Sebuah etalase kaca panjang terpasang di tengah ruangan. Membelah ruangan itu menjadi dua. Bagian penjual di bagian dalam sedang bagian luar khusus pembeli. 

Jam-jam klasik terpajang di rak serta etalase kaca. Toko itu sangat ramai dengan denting suara dari jarum detik jam yang masih berfungsi dengan baik.

Pemilik sekaligus penjaga toko adalah seorang pria paruh baya. Pipa cerutu terjepit di antara kedua bibirnya sedang tangannya sibuk membongkar sebuah jam tangan.

“Ada yang bisa aku bantu, Anak muda?” Ia melirik Cakra dari kacamata bulatnya.

Cakra mengeluarkan jam tangan dari kantong uang yang menggantung di pinggang. Meletakkannya di atas etalase kaca. Mengijinkan si pemilik toko melihat jam tangannya.

Jam tangan Cakra rupanya lebih menarik daripada jam yang sedang ia kerjakan. Pria itu meletakkan jam tangan dan pipa cerutunya. Membetulkan posisi kacamata yang sedikit melorot.

Mata Frans terpana melihat jam tangan yang ada di atas etalasenya bak menemukan harta karun.

“Cantik sekali,” serunya penuh kekaguman. Dengan hati-hati Frans mengangkat jam tangan Cakra. Memperhatikan dengan seksama setiap senti bagian jam itu.

“D-Dia berfungsi dengan baik.” Frans memperhatikan ketiga jarum jam Cakra. Ia menempelkan tali jam yang terbuat dari kulit ke hidung mancungnya. Mencium wanginya aroma kulit.

“Dari mana kau mendapatkan barang ini, Anak muda? Ini bukan jam yang bisa kau temukan di sembarang tempat.” 

“Itu milikku.”

Frans mendongak melihat Cakra. Matanya memindai pria pribumi berusia 25 tahun itu dengan tatapan penuh selidik.

“Kau? Ini milikmu?”

Melihat anggukan kepala Cakra, Frans melanjutkan. “Sebaiknya kau mengaku, Anak muda. Jika tidak, aku akan memanggil polisi. Aku yakin kau mencurinya.”

“T-Tidak, Tuan. Jangan.” Cakra menoleh ke belakang. Memastikan tidak ada polisi yang datang. Ia tidak mau berurusan dengan polisi. Bisa-bisa ia gagal memberikan hadiah ulang tahun untuk Anne. 

“S-Sebenarnya jam itu milik —” Haruskah Cakra mengaku kalau jam itu berasal dari masa depan?

Related chapters

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Pahlawan Kesiangan!

    “Aku sudah menjelajahi banyak waktu, Anak muda. Aku tahu jam ini tidak berasal dari sini.”Rahang Cakra terbuka. Kepalanya mendadak kosong untuk beberapa detik saking terkejutnya mendapati ada orang lain yang juga berpindah dimensi waktu seperti dirinya.“Jam ini tidak dijual di Kepulauan Melayu.” Tatapan tajam Frans membuat Cakra semakin grogi.“Katakan padaku, dari waktu mana kau berasal, Anak muda?” Frans menunduk. Melihat Cakra dari bingkai kacamata bulatnya.Tatapan Cakra belum berpindah dari Frans yang sejak tadi bicara sambil memeriksa jam tangannya. Ia mencari kebenaran atas ucapan pria paruh baya itu. Cakra menggigit bagian dalam bibirnya. Berpikir keras. Jawab yang ia siapkan sudah diujung lidah. Hanya tinggal mengucapkannya saja. Namun, Acara memilih jawaban lain karena tidak ingin dianggap gila. Tetapi yang terpenting dia belum percaya kepada Frans.“Aku hanya ingin menjual jam ini. Anda tidak perlu tahu asalnya dari mana,” jawabnya.Frans meletakkan jam Cakra di atas et

    Last Updated : 2025-01-03
  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Harus Mencari Calon Suami Baru

    “Hajar dia!” Pria Belanda bernama Benjamins memberi perintah. Dengan mudah anak buah Benjamins melakukan perintah itu. Kedua tangan Cakra sejak tadi sudah dipegang. Pukulan demi pukulan Cakra terima tanpa bisa membalas. Mengaduh pun percuma karena algojo Tuan Benjamins dengan brutal memukulnya seperti sedang bermain dengan samsak tinju. “Berhenti!” Benjamins mengibaskan tangan setelah puas melihat Cakra dipukuli. Meminta anak buahnya menyingkir. “Dua hari!” serunya dalam bahasa Belanda. “Jika kau gagal, kau harus mengganti semua kerugianku dengan nyawamu!” Para pribumi yang menonton adegan itu bergidik ngeri mendengar ancaman tuan Benjamins. Mereka tahu pria berkulit putih itu selalu serius dengan ucapannya. Warga pribumi saling berbisik. Sebagian besar meledek Cakra karena kebodohannya menantang tuan Benjamins sedang beberapa orang kasihan dengan pria yatim piatu itu. Cakra masuk ke rumah dengan berjingkat. Seperti maling. Ia melebarkan pintu kamar Anne cukup untuknya m

    Last Updated : 2025-01-13
  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Siapa Yang Akan Kau Bela?

    “K-Kata bapak saya. Kata bapak saya begitu. Zaman bapak dulu, suami tidak punya muka kalau tidak menafkahi istrinya.” Cakra berharap Anne percaya pada ucapannya yang tidak sepenuhnya bohong. Papa memang pernah berpesan seperti itu. “Pikir dulu sebelum bicara! Orang bisa berpikir kalau kau itu tidak waras.” Anne menatap lembaran 500 gulden bergambar wayang di tangan Cakra. “Dari mana kau dapatkan uang itu? Kau mencuri?” tanyanya ketus. “Tidak, Nona. Aku menjual barang milikku yang paling berharga. Jadi tolong terima ini.” Cakra mengambil tangan Anne. Memberikan uang itu kepada sang istri. Sejenak manik mereka saling bersitatap. Beberapa detik yang membuat Cakra menyadari kalau mata Anne mirip dengan Arabella. Keduanya memiliki mata kecoklatan. Bulu mata tebal dan lentik serta sinar mata penuh kehangatan. “Lain kali tidak perlu melakukan apapun untukku. Aku bisa mengurus diriku sendiri.” Anne tetap pada mode ketusnya. Ia mengambil uang dari Cakra dan menyimpannya di sebuah guci

    Last Updated : 2025-01-15
  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Terbangun Di Masa Yang Lain

    “Bangun! Kalau bukan karena terpaksa, aku tidak akan menikahi pria tidak berguna sepertimu.” Cakra memiringkan tubuh, mencari posisi ternyaman ketika merasakan kakinya ditendang. Sudah hampir dua minggu ia dibangunkan dengan kasar. Ia mulai terbiasa menerima perlakuan gadis yang mengaku sebagai istrinya. Cakra pikir ia akan meregang nyawa ketika Hendi menarik pelatuk pistolnya. Namun, entah bagaimana atau karena kekuatan apa, ia hidup kembali dan berpindah dimensi waktu! Zayden—nama Cakra di tahun 2024—terbangun di sebuah rumah bergaya klasik perpaduan Jawa dan kolonial. Orang-orang yang ia temui berpakaian aneh. Bahkan bangsawan dan orang Belanda tampak begitu ‘kuno’. Zayden, yang kini bernama Cakra, beristrikan seorang gadis blasteran Belanda-Jawa. Gadis kasar dan ketus yang sama sekali tidak menghormatinya sebagai suami. Kehidupannya berubah 180 derajat setelah ia pindah dimensi waktu. Tidak ada lagi Zayden yang kaya dan berpengaruh, hanya ada Cakra—seorang menantu payah dan m

    Last Updated : 2025-01-03
  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Taruhan!

    “Nyonya. Nyonya Widjaya.” Cakra mengoreksi Bimo sambil membalas tangan Bimo. Di masa depan, ia kehilangan istri karena kebodohannya. Lebih memilih wanita cantik yang ternyata hanya memanfaatkannya. Wanita sialan itu ternyata suruhan dari pesaing bisnisnya. Ia bukan hanya kehilangan istri tetapi juga perusahaan keluarga yang ia bangun dengan susah payah serta kerja keras. Setidaknya Zayden yang sekarang, tidak boleh lagi kehilangan istri apalagi karena orang ketiga. Semua orang boleh mengejeknya karena miskin, tetapi ia tidak terima jika istrinya didekati oleh pria lain. Pria dihadapan Cakra tersenyum ramah. Tidak merasa bersalah sama sekali sudah memanggil Anne seperti gadis lajang dan bukannya wanita bersuami. Dan itu justru membuat Cakra kesal. Keramahan yang dibuat-buat! Ia sengaja datang untuk menemui Anne setibanya di kota setelah pergi ke Batavia selama sebulan. Ia sungguh merindukan gadis itu. Namun, Bimo malah mendapatkan kabar buruk dan ingin melihatnya sendiri. Ia

    Last Updated : 2025-01-03

Latest chapter

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Siapa Yang Akan Kau Bela?

    “K-Kata bapak saya. Kata bapak saya begitu. Zaman bapak dulu, suami tidak punya muka kalau tidak menafkahi istrinya.” Cakra berharap Anne percaya pada ucapannya yang tidak sepenuhnya bohong. Papa memang pernah berpesan seperti itu. “Pikir dulu sebelum bicara! Orang bisa berpikir kalau kau itu tidak waras.” Anne menatap lembaran 500 gulden bergambar wayang di tangan Cakra. “Dari mana kau dapatkan uang itu? Kau mencuri?” tanyanya ketus. “Tidak, Nona. Aku menjual barang milikku yang paling berharga. Jadi tolong terima ini.” Cakra mengambil tangan Anne. Memberikan uang itu kepada sang istri. Sejenak manik mereka saling bersitatap. Beberapa detik yang membuat Cakra menyadari kalau mata Anne mirip dengan Arabella. Keduanya memiliki mata kecoklatan. Bulu mata tebal dan lentik serta sinar mata penuh kehangatan. “Lain kali tidak perlu melakukan apapun untukku. Aku bisa mengurus diriku sendiri.” Anne tetap pada mode ketusnya. Ia mengambil uang dari Cakra dan menyimpannya di sebuah guci

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Harus Mencari Calon Suami Baru

    “Hajar dia!” Pria Belanda bernama Benjamins memberi perintah. Dengan mudah anak buah Benjamins melakukan perintah itu. Kedua tangan Cakra sejak tadi sudah dipegang. Pukulan demi pukulan Cakra terima tanpa bisa membalas. Mengaduh pun percuma karena algojo Tuan Benjamins dengan brutal memukulnya seperti sedang bermain dengan samsak tinju. “Berhenti!” Benjamins mengibaskan tangan setelah puas melihat Cakra dipukuli. Meminta anak buahnya menyingkir. “Dua hari!” serunya dalam bahasa Belanda. “Jika kau gagal, kau harus mengganti semua kerugianku dengan nyawamu!” Para pribumi yang menonton adegan itu bergidik ngeri mendengar ancaman tuan Benjamins. Mereka tahu pria berkulit putih itu selalu serius dengan ucapannya. Warga pribumi saling berbisik. Sebagian besar meledek Cakra karena kebodohannya menantang tuan Benjamins sedang beberapa orang kasihan dengan pria yatim piatu itu. Cakra masuk ke rumah dengan berjingkat. Seperti maling. Ia melebarkan pintu kamar Anne cukup untuknya m

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Pahlawan Kesiangan!

    “Aku sudah menjelajahi banyak waktu, Anak muda. Aku tahu jam ini tidak berasal dari sini.”Rahang Cakra terbuka. Kepalanya mendadak kosong untuk beberapa detik saking terkejutnya mendapati ada orang lain yang juga berpindah dimensi waktu seperti dirinya.“Jam ini tidak dijual di Kepulauan Melayu.” Tatapan tajam Frans membuat Cakra semakin grogi.“Katakan padaku, dari waktu mana kau berasal, Anak muda?” Frans menunduk. Melihat Cakra dari bingkai kacamata bulatnya.Tatapan Cakra belum berpindah dari Frans yang sejak tadi bicara sambil memeriksa jam tangannya. Ia mencari kebenaran atas ucapan pria paruh baya itu. Cakra menggigit bagian dalam bibirnya. Berpikir keras. Jawab yang ia siapkan sudah diujung lidah. Hanya tinggal mengucapkannya saja. Namun, Acara memilih jawaban lain karena tidak ingin dianggap gila. Tetapi yang terpenting dia belum percaya kepada Frans.“Aku hanya ingin menjual jam ini. Anda tidak perlu tahu asalnya dari mana,” jawabnya.Frans meletakkan jam Cakra di atas et

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Warisan Turun-temurun

    Cakra memperhatikan jam tangan dengan tali dari kulit berwarna coklat. Bentuk jamnya bulat. Angka 12, 3 dan 9 cukup besar dan satu bulatan kecil menunjukkan detik. Bingkainya terbuat dari platinum.Rolex Perpetual 1908 adalah warisan turun temurun dari kakek. Bukan hanya karena jam itu harganya mahal tetapi sejarahnya. Kakeknya, Cakra mewarisi jam ini kepada ayahnya dan kembali diwariskan kepada Zayden.Kening Zayden berkerut. Matanya menyipit kemudian melotot.“It can’t be!” Ia berbisik. Zayden yang kini bernama Cakra berdiri. Berjalan cepat ke kamar mandi kemudian berkaca, melihat pantulan bayangannya di cermin oval yang menempel di dinding.Decakan kecil terdengar dari bibir Cakra. Ia lupa siapa nama oma buyutnya. Tetapi yang pasti opa buyutnya bernama…“Cakra!” ucapnya pelan dengan nada terkejut.Dibasuhnya wajah dengan saat wajah Arabella terlintas. Lagi-lagi Cakra menyadari sesuatu.Cukup lama Cakra memikirkan kemungkinan itu. Jika dilihat, memang Arabella dan Anne cukup mirip.

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Taruhan!

    “Nyonya. Nyonya Widjaya.” Cakra mengoreksi Bimo sambil membalas tangan Bimo. Di masa depan, ia kehilangan istri karena kebodohannya. Lebih memilih wanita cantik yang ternyata hanya memanfaatkannya. Wanita sialan itu ternyata suruhan dari pesaing bisnisnya. Ia bukan hanya kehilangan istri tetapi juga perusahaan keluarga yang ia bangun dengan susah payah serta kerja keras. Setidaknya Zayden yang sekarang, tidak boleh lagi kehilangan istri apalagi karena orang ketiga. Semua orang boleh mengejeknya karena miskin, tetapi ia tidak terima jika istrinya didekati oleh pria lain. Pria dihadapan Cakra tersenyum ramah. Tidak merasa bersalah sama sekali sudah memanggil Anne seperti gadis lajang dan bukannya wanita bersuami. Dan itu justru membuat Cakra kesal. Keramahan yang dibuat-buat! Ia sengaja datang untuk menemui Anne setibanya di kota setelah pergi ke Batavia selama sebulan. Ia sungguh merindukan gadis itu. Namun, Bimo malah mendapatkan kabar buruk dan ingin melihatnya sendiri. Ia

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Terbangun Di Masa Yang Lain

    “Bangun! Kalau bukan karena terpaksa, aku tidak akan menikahi pria tidak berguna sepertimu.” Cakra memiringkan tubuh, mencari posisi ternyaman ketika merasakan kakinya ditendang. Sudah hampir dua minggu ia dibangunkan dengan kasar. Ia mulai terbiasa menerima perlakuan gadis yang mengaku sebagai istrinya. Cakra pikir ia akan meregang nyawa ketika Hendi menarik pelatuk pistolnya. Namun, entah bagaimana atau karena kekuatan apa, ia hidup kembali dan berpindah dimensi waktu! Zayden—nama Cakra di tahun 2024—terbangun di sebuah rumah bergaya klasik perpaduan Jawa dan kolonial. Orang-orang yang ia temui berpakaian aneh. Bahkan bangsawan dan orang Belanda tampak begitu ‘kuno’. Zayden, yang kini bernama Cakra, beristrikan seorang gadis blasteran Belanda-Jawa. Gadis kasar dan ketus yang sama sekali tidak menghormatinya sebagai suami. Kehidupannya berubah 180 derajat setelah ia pindah dimensi waktu. Tidak ada lagi Zayden yang kaya dan berpengaruh, hanya ada Cakra—seorang menantu payah dan m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status