Beranda / Zaman Kuno / Perjalanan Waktu Sang Raja Properti / Harus Mencari Calon Suami Baru

Share

Harus Mencari Calon Suami Baru

Penulis: MasAhong
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-13 20:02:45

“Hajar dia!” Pria Belanda bernama Benjamins memberi perintah.

Dengan mudah anak buah Benjamins melakukan perintah itu. Kedua tangan Cakra sejak tadi sudah dipegang. Pukulan demi pukulan Cakra terima tanpa bisa membalas. Mengaduh pun percuma karena algojo Tuan Benjamins dengan brutal memukulnya seperti sedang bermain dengan samsak tinju.

“Berhenti!” Benjamins mengibaskan tangan setelah puas melihat Cakra dipukuli. Meminta anak buahnya menyingkir.

“Dua hari!” serunya dalam bahasa Belanda. “Jika kau gagal, kau harus mengganti semua kerugianku dengan nyawamu!”

Para pribumi yang menonton adegan itu bergidik ngeri mendengar ancaman tuan Benjamins. Mereka tahu pria berkulit putih itu selalu serius dengan ucapannya.

Warga pribumi saling berbisik. Sebagian besar meledek Cakra karena kebodohannya menantang tuan Benjamins sedang beberapa orang kasihan dengan pria yatim piatu itu.

Cakra masuk ke rumah dengan berjingkat. Seperti maling. Ia melebarkan pintu kamar Anne cukup untuknya mengintip ke dalam. Aman! Anne tidak ada di dalam.

Hal pertama yang Cakra lakukan setibanya di kamar adalah mencari tempat untuk menyimpan 1000 Gulden miliknya. Sedang 1500 lagi akan ia berikan kepada Anne.

Ia mungkin bukan berasal dari zaman ini. Cakra juga tidak tahu bagaimana suami di zaman ini memperlakukan istrinya. Yang pasti dan selalu menjadi prinsipnya, ia tidak pernah menelantarkan wanita yang ia nikahi.

Ia tetap memberikan uang bulanan Arabella walau sedang berhubungan dengan Cindy.

Dada Cakra berdenyut—terasa lebih sakit dari semua luka di wajahnya saat mengingat bagaimana ia mengkhianati Arabella.

Jika ia sudah menemukan cara untuk kembali ke tahun asalnya. Bertemu lagi dengan wanita yang begitu setia mendampinginya, Cakra akan berlutut. Memohon agar Arabella kembali kepadanya.

Dari luar kamar, diam-diam Anne memperhatikan tingkah mencurigakan Cakra. Salah sendiri tidak menutup pintu.

Anne menduga kalau Cakra sedang mencari sesuatu. Mencuri. Jika itu benar, ia akan menghajar suaminya itu dengan sapu dan tidak akan segan menyerahkan pria itu kepada polisi.

Tangan Anne sudah siap. Ia memegang sapu. Tangannya terangkat. Dengan hati-hati ia masuk agar bisa menangkap basah si pencuri yang berstatus suami.

“Apa yang kau lakuk—” Tangan terangkat Anne berhenti di udara. Melihat wajah babak belur suaminya, Anne batal memukul Cakra.

Anne menurunkan tangan. Memperhatikan dengan seksama luka di wajah Cakra. Melihat pakaian Cakra kotor terkena tanah, ia meminta pria itu untuk membuka pakaiannya. Sementara ia mengambil kotak obat di dapur.

“Apa yang terjadi padamu? Kenapa belum dibuka?” Anne menunjuk pada pakaian Cakra yang masih menempel di badan.

Kemeja lusuh yang warna sudah tidak lagi putih. Suspender coklat yang sudah robek di beberapa bagian tidak benar-benar bermanfaat untuk menahan celana bahan Cakra yang agak kebesaran.

“B-Buat apa buka baju segala?” Cakra menolak dengan wajah gugup. Pikirnya wanita barat seperti Anne pasti punya kehidupan bebas. Zayden yang dulu mungkin tidak akan menolak malah merasa permintaan Anne sebagai sebuah undangan. Tetapi ia sudah berjanji akan setia kepada Arabella. Ia tidak akan melakukan kesalahan yang sama untuk kesekian kalinya.

“Jangan berpikir macam-macam!” Anne sengaja menekan kencang kasa yang sudah dilumuri obat pada luka di pelipis Cakra.

“Kau ini seperti baru dihakimi massa. Aku hanya mau memeriksa lukamu.”

“Apa yang kau curi?” tuduh Anne sambil menunggu Cakra membuka kancing bajunya.

“Saya tidak mencuri apapun, Nona.”

Memar di pundak Cakra sudah membiru. Dengan hati-hati ia menurunkan lengan baju agar Anne lebih mudah mengobati pundaknya.

“Lalu apa yang membuatmu jadi seperti ini? Kau mengganggu istri orang?” Tuduhan Anne semakin ngelantur saja.

“Bukan. Aku hanya menolong wanita yang diusir dari rumahnya sendiri oleh tuan Benjamins.” Cakra menjawab dengan eteng. Ia menaikkan lengan baju. Mengaitkan kacing-kacing kemeja.

Mendengar nama tuan Benjamins disebut, Anne melotot. Ia menarik lengan Cakra agar pria itu melihat ke arahnya.

“Tuan Benjamis yang menghajarmu sampai seperti ini? Kenapa kau mencari masalah dengan pria itu, hah? Apa kau tidak tahu siapa dia? Kenapa kau ini bodoh sekali?” Anne terus menggerutu. Memarahi Cakra seperti anak kecil yang baru saja ketahuan mencuri permen.

“Secara teknis, anak buahnya yang memukulku. Dan, yah, aku tidak kenal siapa tuan Benjamins tetapi dia berbuat tidak adil kepada seorang wanita.”

Anne berdiri dari duduknya. Berjalan bolak balik bagai setrika. Ia sibuk menggigit kuku ibu jarinya. Masih menggerutu sesekali memaki Cakra.

“Memang siapa tuan Benjamins?” Pertanyaan Cakra berhasil membuat Anne berhenti berjalan. Lagi-lagi gadis itu menghadiahi Cakra dengan tatapan tajam.

“Kau ini tidak tahu atau pura-pura bodoh, hah?” pekik Anne menahan kekesalannya. Ternyata ia benar-benar menikahi pria polos.

Melihat Cakra yang hanya diam menunggu penjelasan Anne, wanita itu melanjutkan. “Tuan Benjamins itu pengusaha sukses. Dia punya banyak koneksi di pemerintahan. Tidak ada yang berani menyentuh pria itu.”

“Tanah yang kau maksud tadi pasti salah satu tanah yang dijual oleh Bimo,” kata Anne lagi.

“Tamat sudah riwayatmu. Sepertinya aku harus mencari calon suami baru. Jika tidak, papa dan mama pasti akan memaksaku menikah dengan Bimo,” kata Anne santai. Membuat mencari suami baru terdengar mengganti pakaian.

Anne hendak pergi, tapi Cakra memegang tangan wanita itu. Menahan istrinya tetap di kamar.

“Kalau Bimo? Apa pekerjaan Bimo? Entah kenapa aku merasa pernah melihat wajahnya.”

“Tentu saja kau pernah melihatnya! Kau ini benar-benar polos atau terlampau bodoh, hah?” ejek Anne.

Cakra diam, menunggu Anne menyelesaikan kalimatnya.

“Bimo itu seorang perantara.” Tangan Anne terangkat membuat kode tanda kutip.

“Penghubung antara orang Netherland dan inlander. Dia mencarikan apapun yang kami butuhkan. Barang, rumah, tanah, wanita. Apapun!”

Cakra ber-O tanpa suara. Hanya bibirnya membentuk huruf o. “Makelar,” gumam Cakra dalam hati.

Sekali lagi Cakra menahan Anne yang akan pergi. Ia mengeluarkan uang dari kantong uang dan memberikan separuhnya untuk Anne.

“Apa ini?” tanya Anne heran. Bukan karena tidak pernah melihat uang banyak tapi heran kenapa Cakra memberikan uang itu.

“Uang.” Cakra menjawab polos. “Di zaman saya, sudah jadi kewajiban suami memberikan nafkah untuk istrinya.”

“Zamanmu?” Alis Anne berkerut. “Memangnya kau tidak berasal dari zaman ini?”

Ups!

Cakra mengumpat dalam hati. Ia keceplosan. Digaruknya alis yang tidak gatal. Apa yang harus ia katakan kepada Anne?

Bab terkait

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Siapa Yang Akan Kau Bela?

    “K-Kata bapak saya. Kata bapak saya begitu. Zaman bapak dulu, suami tidak punya muka kalau tidak menafkahi istrinya.” Cakra berharap Anne percaya pada ucapannya yang tidak sepenuhnya bohong. Papa memang pernah berpesan seperti itu. “Pikir dulu sebelum bicara! Orang bisa berpikir kalau kau itu tidak waras.” Anne menatap lembaran 500 gulden bergambar wayang di tangan Cakra. “Dari mana kau dapatkan uang itu? Kau mencuri?” tanyanya ketus. “Tidak, Nona. Aku menjual barang milikku yang paling berharga. Jadi tolong terima ini.” Cakra mengambil tangan Anne. Memberikan uang itu kepada sang istri. Sejenak manik mereka saling bersitatap. Beberapa detik yang membuat Cakra menyadari kalau mata Anne mirip dengan Arabella. Keduanya memiliki mata kecoklatan. Bulu mata tebal dan lentik serta sinar mata penuh kehangatan. “Lain kali tidak perlu melakukan apapun untukku. Aku bisa mengurus diriku sendiri.” Anne tetap pada mode ketusnya. Ia mengambil uang dari Cakra dan menyimpannya di sebuah guci

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-15
  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Apa Kau Sedang Merayu?

    Hindia atau Belanda? Pertanyaan itu terus saja muncul di kepala Cakra. Ia belum menentukan mana yang harus ia pilih. Sebagai pebisnis, tentu ia ingin keuntungan yang besar. Pilihannya akan jatuh kepada kepuasan tuan Benjamins yang ingin tanah dengan harga murah. Namun, melihat ada warga lain yang terusir dari rumahnya sendiri tanpa tahu kalau tanahnya telah dijual oleh orang lain, Cakra pun tidak tega. Ia tidak pernah main curang untuk mendapatkan keuntungan besar! Angin malam semakin dingin menyapu kulit Cakra. Ia menutup jendela kamar sekaligus gorden motif bunga. Lampu kamar juga sudah dimatikan hanya menyisakan lamour tidur temaram. Sudah hampir tengah malam tetapi Anne belum masuk kamar. “Apa Anne tidur di luar karena tidak ingin tidur denganku?” Cakra membatin. Rasa bersalah menyeruak membiarkan gadis tidur di luar sedangkan ia bisa nyaman tidur di atas kasur empuk. Disusulnya Anne keluar, tetapi Cakra tidak menemukan gadis yang mengaku sebagai istrinya itu di mana pun

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Inlander Dilarang Masuk!

    “Apa Nona mau membantu saya?” Cakra mengutarakan idenya setelah Anne selesai berdandan.Gadis itu tidak memakai riasan wajah tebal. Rambut coklat kemerahannya disanggul rapi. Bagian poninya ia biarkan begitu saja. Menggunakan bedak tipis dan lipstik dengan warna lembut.Seperti noni lainnya, sehari-hari Anne mengenakan gaun katun sampai lutut. Kulitnya yang kuning khas Asia membuat gadis blasteran Belanda Hindia itu memiliki kecantikan yang berbeda dari noni Belanda lain.Anne tidak langsung menjawab. Ia menyelesaikan riasan wajah lalu memutar duduknya. Ia duduk berhadapan dengan Cakra yang duduk di sisi ranjang.Satu hembusan napas panjang keluar dari bibir tipis Anne. Dari caranya menatap, Cakra tahu kalau Anne terpaksa tetapi gadis itu tetap menolongnya.“Ini semua agar papa tidak punya kesempatan untuk menjodohkanku dengan Bimo.” Anne bangkit dari duduk. Bersama dengan Cakra ia menemui Tuan Van der Meer. Pria itu sedang duduk bersantai di teras belakang sambil membaca koran haria

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-16
  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Penawaran yang Sangat Menguntungkan

    “Usir saja dia. Tuan Benjamins tidak akan mau bertemu dengannya.” Penjaga yang lain memberi saran. Ia memukul-mukul tongkatnya ke arah Cakra. Mengusir pria itu seperti sedang mengusir anjing.Cakra berhasil menghindari pukulan penjaga pintu restoran. Ia menatap pengunjung yang sedang menikmati sarapan melalui jendela besar. Semua pengunjung Smakelijk Huis adalah orang asing. Dengan teliti ia mencoba mencari keberadaan tuan Benjamins.“Penjaga rumahnya bilang, Tuan Benjamins sedang sarapan di sini. Biarkan saya masuk! Saya sudah ada janji dengan tuan Benjamins.” Cakra mencoba menerobos kedua penjaga yang menghalanginya. Ia mendorong salah satu penjaga ke samping. Namun sayang, penjaga yang lain berhasil membaca gerakannya. Tangan Cakra dipegang. Ia ditarik dengan keras sampai kehilangan keseimbangan.“Ini bukan tempat untuk orang seperti dirimu! Ini tempat orang-orang berkelas,” pekik penjaga yang memiliki kumis. “Tapi saya sudah ada janji. Sampaikan saja pesan kepada Tuan Benjamins k

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-18
  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Bimo Membuat Perhitungan

    “Apa kau sedang memerasku, hah?” Benjamins, menggebrak meja setelah mendengar harga yang Cakra tawarkan untuknya. Pria itu melihat Cakra dengan tajam sementara dua wanita muda bumiputera memakai kebaya bunga-bunga sedang berusaha menenangkan sang meneer.ⁿ Salah satu dari mereka mengusap lembut lengan kekar Benjamins sedang wanita muda yang lain membantu Benjamins meminum teh olongnya. Cakra sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini di tahun 2024. Pengusaha ditemani oleh wanita-wanita bayaran hanya sekedar untuk gengsi. Ada juga yang memiliki wanita lain untuk menghilangkan stress pekerjaan. Iya tidak canggung dan tetap menatap lawan bicaranya. Gestur tubuhnya terlihat yakin. Sinar matanya menunjukkan keseriusan. Suaranya mantap tidak bergetar walau kadang para wanita Tuan Benjamins melakukan hal yang membuatnya gelisah. Benjamins lebih tenang setelah meminum tehnya. Ia menarik nafas panjang lalu berkata, “Bimo hanya memberiku harga f. 50 per bau. Sedang kau berani meminta

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-19
  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Bayangan Arabella

    “Mana menantumu si petani singkong itu?!” Bimo berdiri di depan pintu rumah keluarga Van der Meer dengan muka tegang. Rahang pria itu mengeras. Kerutan di antara kedua alisnya begitu dalam. Ia sedang menatap Pieter dengan tajam.Pieter dan Asih saling tatap. Keduanya bingung melihat Bimo yang terbakar emosi. Tidak kunjung dipersilakan, Bimo yang tidak sabaran menerobos sambil berteriak memanggil Cakra dengan sebutan petani singkongCakra sedang berada di kamar berdua bersama Anne. Keduanya duduk di lantai dengan selembar kertas putih berada di antara mereka.Sekembalinya dari rumah Paimin, Anne menggambar desain toko untuk Tuan Benjamins. Sesuai kepribadian pria itu, Anne membuat desain yang sederhana dengan pilar-pilar kayu besar yang menggambarkan kekuasaan Tuan Benjamins.Sketsa bagian depan toko sudah selesai ia buat. Hanya perlu diberi warna agar terlihat lebih hidup. Cakra dengan sabar memperhatikan Anne menggambar garis demi garis. Sesekali ia mengoreksi jika gadis itu salah m

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-23
  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Apa Anne Adalah Arabella?

    Cakra masih betah memandangi wajah Anne yang tertidur lelap bak bayi di pelukan ibu. Mukanya bersinar. Kulit kuning langsatnya begitu kontras dengan rambut kecoklatan Anne. Ia mencari-cari kesamaan Anne dengan istrinya di tahun 2024. Apa mungkin Arabella juga berpindah dimensi sepertinya?Cakra tidak mungkin salah. Sebelum Hendi menarik pelatuk pistol semi otomatis, ia sempat mendengar dengan jelas kata-kata Arabella.“Bella tidak bisa bahasa Belanda,” gumamnya dalam hati. Ia sempat ragu pada dirinya sendiri tetapi kemudian menggeleng pelan. Tidak, ia yakin Bella berpesan begitu sebelum ia meregang nyawa.Cakra memiringkan kepala. Memperhatikan setiap lekukan pada wajah Anne. Alis tebal berwarna kecoklatan. Bibir penuh yang selalu berkata ketus. Mata bulat besar dengan bulu mata lentik yang begitu sempurna. Hanya suara dan sinar mata Anne yang serupa dengan Arabella; selebihnya, semuanya berbeda.Pesan Bella kembali terngiang di telinga Cakra. Apa hanya sebuah kebetulan? Cakra menat

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-25
  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Merayakan Keberhasilan Cakra

    "Jangan senang dulu," ujar Bimo dengan nada mencemooh, suaranya berat namun penuh ejekan yang tajam.Cakra menghentikan langkah, sepeda ontel yang ia dorong berderit pelan sebelum akhirnya berhenti. Ia memandangi Bimo, yang kini berdiri menghadang jalannya bersama Anne. Ada kesombongan di tubuh tegap pria itu, terpancar dari dagunya yang terangkat tinggi dan senyum mengejek yang menghiasi wajahnya.“Menjual satu tanah bukan berarti kau sudah sukses,” lanjut Bimo, suaranya semakin tajam. "Kau tetap petani singkong miskin yang tidak berguna." Ucapannya menggantung di udara, seolah sengaja ingin menusuk harga diri Cakra.Tatapan Bimo kemudian beralih kepada Anne, gadis yang berdiri diam di samping Cakra. Anne membuang pandangannya ke arah lain, matanya menatap kosong ke kejauhan. Tapi bagi Bimo, sikap itu bukanlah sebuah penolakan—lebih seperti tantangan.“Saya sudah menyiapkan hadiah untuk hari ulang tahun Anda, Nona Anne,” katanya dengan nada penuh percaya diri.Tangannya menggenggam j

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-26

Bab terbaru

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Apa Kau Tahu Cara Untuk Kembali?

    "Jawaban apa yang kau harapkan, hah?" suara Frans meninggi, membelah keheningan ruangan. Tangannya dengan kasar mendorong tutup rak kaca, hingga menutup rak pajangan jam tangan dengan bunyi yang cukup keras. Dentumannya membuat Cakra sedikit terlonjak, meski ia berusaha untuk tetap tenang."Kau menutup paksa tokoku hanya untuk menanyakan hal bodoh ini, hah? Kau pikir aku paranormal? Cenayang?" gerutu Frans, nada bicaranya penuh kesal, seperti seseorang yang sudah terlalu sering diinterogasi tanpa hasil. Wajahnya merah, urat di lehernya terlihat menegang.Frans meraih sebuah kotak tua dari laci meja kasir dengan gerakan tergesa. Kotak itu usang, warnanya sudah pudar dimakan waktu, namun ia memegangnya seolah itu adalah barang berharga. Dengan cekatan, ia membuka tutupnya dan mengeluarkan sebuah pipa cerutu dari dalamnya. Jemarinya yang kasar mulai mengisi pipa itu dengan tembakau, gerakannya terlatih, seperti ritual yang telah ia lakukan ratusan kali.Saat api kecil dari korek menyentu

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Merayakan Keberhasilan Cakra

    "Jangan senang dulu," ujar Bimo dengan nada mencemooh, suaranya berat namun penuh ejekan yang tajam.Cakra menghentikan langkah, sepeda ontel yang ia dorong berderit pelan sebelum akhirnya berhenti. Ia memandangi Bimo, yang kini berdiri menghadang jalannya bersama Anne. Ada kesombongan di tubuh tegap pria itu, terpancar dari dagunya yang terangkat tinggi dan senyum mengejek yang menghiasi wajahnya.“Menjual satu tanah bukan berarti kau sudah sukses,” lanjut Bimo, suaranya semakin tajam. "Kau tetap petani singkong miskin yang tidak berguna." Ucapannya menggantung di udara, seolah sengaja ingin menusuk harga diri Cakra.Tatapan Bimo kemudian beralih kepada Anne, gadis yang berdiri diam di samping Cakra. Anne membuang pandangannya ke arah lain, matanya menatap kosong ke kejauhan. Tapi bagi Bimo, sikap itu bukanlah sebuah penolakan—lebih seperti tantangan.“Saya sudah menyiapkan hadiah untuk hari ulang tahun Anda, Nona Anne,” katanya dengan nada penuh percaya diri.Tangannya menggenggam j

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Apa Anne Adalah Arabella?

    Cakra masih betah memandangi wajah Anne yang tertidur lelap bak bayi di pelukan ibu. Mukanya bersinar. Kulit kuning langsatnya begitu kontras dengan rambut kecoklatan Anne. Ia mencari-cari kesamaan Anne dengan istrinya di tahun 2024. Apa mungkin Arabella juga berpindah dimensi sepertinya?Cakra tidak mungkin salah. Sebelum Hendi menarik pelatuk pistol semi otomatis, ia sempat mendengar dengan jelas kata-kata Arabella.“Bella tidak bisa bahasa Belanda,” gumamnya dalam hati. Ia sempat ragu pada dirinya sendiri tetapi kemudian menggeleng pelan. Tidak, ia yakin Bella berpesan begitu sebelum ia meregang nyawa.Cakra memiringkan kepala. Memperhatikan setiap lekukan pada wajah Anne. Alis tebal berwarna kecoklatan. Bibir penuh yang selalu berkata ketus. Mata bulat besar dengan bulu mata lentik yang begitu sempurna. Hanya suara dan sinar mata Anne yang serupa dengan Arabella; selebihnya, semuanya berbeda.Pesan Bella kembali terngiang di telinga Cakra. Apa hanya sebuah kebetulan? Cakra menat

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Bayangan Arabella

    “Mana menantumu si petani singkong itu?!” Bimo berdiri di depan pintu rumah keluarga Van der Meer dengan muka tegang. Rahang pria itu mengeras. Kerutan di antara kedua alisnya begitu dalam. Ia sedang menatap Pieter dengan tajam.Pieter dan Asih saling tatap. Keduanya bingung melihat Bimo yang terbakar emosi. Tidak kunjung dipersilakan, Bimo yang tidak sabaran menerobos sambil berteriak memanggil Cakra dengan sebutan petani singkongCakra sedang berada di kamar berdua bersama Anne. Keduanya duduk di lantai dengan selembar kertas putih berada di antara mereka.Sekembalinya dari rumah Paimin, Anne menggambar desain toko untuk Tuan Benjamins. Sesuai kepribadian pria itu, Anne membuat desain yang sederhana dengan pilar-pilar kayu besar yang menggambarkan kekuasaan Tuan Benjamins.Sketsa bagian depan toko sudah selesai ia buat. Hanya perlu diberi warna agar terlihat lebih hidup. Cakra dengan sabar memperhatikan Anne menggambar garis demi garis. Sesekali ia mengoreksi jika gadis itu salah m

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Bimo Membuat Perhitungan

    “Apa kau sedang memerasku, hah?” Benjamins, menggebrak meja setelah mendengar harga yang Cakra tawarkan untuknya. Pria itu melihat Cakra dengan tajam sementara dua wanita muda bumiputera memakai kebaya bunga-bunga sedang berusaha menenangkan sang meneer.ⁿ Salah satu dari mereka mengusap lembut lengan kekar Benjamins sedang wanita muda yang lain membantu Benjamins meminum teh olongnya. Cakra sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini di tahun 2024. Pengusaha ditemani oleh wanita-wanita bayaran hanya sekedar untuk gengsi. Ada juga yang memiliki wanita lain untuk menghilangkan stress pekerjaan. Iya tidak canggung dan tetap menatap lawan bicaranya. Gestur tubuhnya terlihat yakin. Sinar matanya menunjukkan keseriusan. Suaranya mantap tidak bergetar walau kadang para wanita Tuan Benjamins melakukan hal yang membuatnya gelisah. Benjamins lebih tenang setelah meminum tehnya. Ia menarik nafas panjang lalu berkata, “Bimo hanya memberiku harga f. 50 per bau. Sedang kau berani meminta

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Penawaran yang Sangat Menguntungkan

    “Usir saja dia. Tuan Benjamins tidak akan mau bertemu dengannya.” Penjaga yang lain memberi saran. Ia memukul-mukul tongkatnya ke arah Cakra. Mengusir pria itu seperti sedang mengusir anjing.Cakra berhasil menghindari pukulan penjaga pintu restoran. Ia menatap pengunjung yang sedang menikmati sarapan melalui jendela besar. Semua pengunjung Smakelijk Huis adalah orang asing. Dengan teliti ia mencoba mencari keberadaan tuan Benjamins.“Penjaga rumahnya bilang, Tuan Benjamins sedang sarapan di sini. Biarkan saya masuk! Saya sudah ada janji dengan tuan Benjamins.” Cakra mencoba menerobos kedua penjaga yang menghalanginya. Ia mendorong salah satu penjaga ke samping. Namun sayang, penjaga yang lain berhasil membaca gerakannya. Tangan Cakra dipegang. Ia ditarik dengan keras sampai kehilangan keseimbangan.“Ini bukan tempat untuk orang seperti dirimu! Ini tempat orang-orang berkelas,” pekik penjaga yang memiliki kumis. “Tapi saya sudah ada janji. Sampaikan saja pesan kepada Tuan Benjamins k

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Inlander Dilarang Masuk!

    “Apa Nona mau membantu saya?” Cakra mengutarakan idenya setelah Anne selesai berdandan.Gadis itu tidak memakai riasan wajah tebal. Rambut coklat kemerahannya disanggul rapi. Bagian poninya ia biarkan begitu saja. Menggunakan bedak tipis dan lipstik dengan warna lembut.Seperti noni lainnya, sehari-hari Anne mengenakan gaun katun sampai lutut. Kulitnya yang kuning khas Asia membuat gadis blasteran Belanda Hindia itu memiliki kecantikan yang berbeda dari noni Belanda lain.Anne tidak langsung menjawab. Ia menyelesaikan riasan wajah lalu memutar duduknya. Ia duduk berhadapan dengan Cakra yang duduk di sisi ranjang.Satu hembusan napas panjang keluar dari bibir tipis Anne. Dari caranya menatap, Cakra tahu kalau Anne terpaksa tetapi gadis itu tetap menolongnya.“Ini semua agar papa tidak punya kesempatan untuk menjodohkanku dengan Bimo.” Anne bangkit dari duduk. Bersama dengan Cakra ia menemui Tuan Van der Meer. Pria itu sedang duduk bersantai di teras belakang sambil membaca koran haria

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Apa Kau Sedang Merayu?

    Hindia atau Belanda? Pertanyaan itu terus saja muncul di kepala Cakra. Ia belum menentukan mana yang harus ia pilih. Sebagai pebisnis, tentu ia ingin keuntungan yang besar. Pilihannya akan jatuh kepada kepuasan tuan Benjamins yang ingin tanah dengan harga murah. Namun, melihat ada warga lain yang terusir dari rumahnya sendiri tanpa tahu kalau tanahnya telah dijual oleh orang lain, Cakra pun tidak tega. Ia tidak pernah main curang untuk mendapatkan keuntungan besar! Angin malam semakin dingin menyapu kulit Cakra. Ia menutup jendela kamar sekaligus gorden motif bunga. Lampu kamar juga sudah dimatikan hanya menyisakan lamour tidur temaram. Sudah hampir tengah malam tetapi Anne belum masuk kamar. “Apa Anne tidur di luar karena tidak ingin tidur denganku?” Cakra membatin. Rasa bersalah menyeruak membiarkan gadis tidur di luar sedangkan ia bisa nyaman tidur di atas kasur empuk. Disusulnya Anne keluar, tetapi Cakra tidak menemukan gadis yang mengaku sebagai istrinya itu di mana pun

  • Perjalanan Waktu Sang Raja Properti   Siapa Yang Akan Kau Bela?

    “K-Kata bapak saya. Kata bapak saya begitu. Zaman bapak dulu, suami tidak punya muka kalau tidak menafkahi istrinya.” Cakra berharap Anne percaya pada ucapannya yang tidak sepenuhnya bohong. Papa memang pernah berpesan seperti itu. “Pikir dulu sebelum bicara! Orang bisa berpikir kalau kau itu tidak waras.” Anne menatap lembaran 500 gulden bergambar wayang di tangan Cakra. “Dari mana kau dapatkan uang itu? Kau mencuri?” tanyanya ketus. “Tidak, Nona. Aku menjual barang milikku yang paling berharga. Jadi tolong terima ini.” Cakra mengambil tangan Anne. Memberikan uang itu kepada sang istri. Sejenak manik mereka saling bersitatap. Beberapa detik yang membuat Cakra menyadari kalau mata Anne mirip dengan Arabella. Keduanya memiliki mata kecoklatan. Bulu mata tebal dan lentik serta sinar mata penuh kehangatan. “Lain kali tidak perlu melakukan apapun untukku. Aku bisa mengurus diriku sendiri.” Anne tetap pada mode ketusnya. Ia mengambil uang dari Cakra dan menyimpannya di sebuah guci

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status