Hengky berjalan menghampiri Santo dan memberitahukannya beberapa hal setelah Hengky memberikan ponsel itu ke tangan Winda. Tidak lama kemudian, ambulans akhirnya datang. Mereka berdua pergi ke rumah sakit untuk mengobati luka-luka yang mereka derita. Luka di tubuh Winda bisa dibilang relatif ringan. Luka-luka itu hanya perlu dioleskan salep dan dibalut. Namun, sayangnya luka di kepala Winda cukup parah karena sampai membuatnya mengalami gegar otak. Di sisi lain, luka di punggung Hengky memerlukan beberapa jahitan untuk menyembuhkannya. Karena semua luka yang mereka derita, maka kedua orang itu harus dirawat selama satu hari di rumah sakit. Keesokan harinya, Winda menyadari kalau Hengky tidak ada di dalam ruang rawatnya ketika dia bangun di pagi hari. Di dalam ruang rawatnya hanya ada Santo yang bertugas untuk menjaganya. Winda langsung menanyakan keberadaan Hengky kepada Santo. Santo hanya mengatakan kalau Hengky pergi untuk mengurus sesuatu. Namun, laki-laki itu tidak mengatakan
“Terima kasih atas perhatian Master Moka terhadap masalah saya. Tapi setahu saya, suami saya sudah mengurus masalah ini dengan baik,” jawab Winda seakan tidak ingin memberitahu lebih banyak lagi tentang masalah pribadinya. Moka pun mengerti maksud dari perkataan Winda. Akhirnya, dia tidak lagi bertanya lebih banyak dan mulai membicarakan masalah bisnis mereka. Di sisi lain, Roma melalui malam yang sulit selama beberapa hari belakangan. Dia mendapatkan ‘perawatan khusus’ yang membuat dirinya tidak berdaya sampai membuat tubuhnya tidak memiliki kekuatan untuk bangun. Dia terus membuka matanya sampai fajar menyingsing dan selama itu juga ada orang yang datang sambil membawa air lalu menjambaknya. Orang itu juga terus menyuruhnya untuk meminum air yang telah dibawanya. Roma tersedak oleh air yang dipaksa masuk ke dalam kerongkongannya. Dia menatap sosok laki-laki jangkung dengan matanya yang memerah lalu berteriak dengan suara serak, “Apa yang kalian mau? Di mana Hengky? Aku mau ketemu
Si laki-laki itu menatap ke arah Hengky untuk meminta izin kepadanya dan langsung berhenti setelah mendapatkan instruksi darinya. Roma merasa sakit di sekujur tubuhnya lalu berkata sambil mencibir, “Memang aku yang memperkerjakan ketiga orang itu. Aku cuma mau kasih pelajaran sama Winda. Aku sama sekali nggak bermaksud untuk melukai dia. Lagi pula, semua ini terjadi juga karena ulah Winda. Hengky, seharusnya kamu juga bisa mengatur istrimu dengan baik. Kamu juga seharusnya nggak menyalahkanku karena melakukan hal itu sama dia.”Hengky langsung memicingkan matanya dengan aura yang terlihat sangat berbahaya dan tajam. Kemudian dia berkata dengan nada dingin, “Kamu seharusnya juga sudah memikirkan semua konsekuensinya ketika kamu berani menyentuh istriku.”Roma kembali berkata dengan nada mengejek setelah melihat pancaran penuh kekesalan di wajah Hengky, “Pak Hengky, seingatku istrimu itu punya laki-laki lain kan di luar sana? Kalau tidak salah namanya itu Jefry, benar kan?”Tatapan mata
Ferdinand tahu kalau niat Hengky untuk meneleponnya saat ini pastinya bukanlah hal yang baik, jadi Ferdinand hanya bisa mengutuk Hengky di dalam hatinya tanpa bisa melakukan apa pun. Karena dia tidak bisa menyinggung pemimpin dari Pranoto Group. “Pak Ferdinand sama sekali tidak melakukan kesalahan. Tapi putra Bapak yang melakukannya,” jawab Hengky acuh tak acuh. Putra ….Ferdinand langsung teringat akan putranya ketika mendengar perkataan Hengky. Putra itu kabur begitu saja ketika Ferdinand membawanya kembali ke rumah. Bahkan sampai saat ini, Ferdinand masih belum mendengar kabar dari putranya itu.Sebenarnya, Ferdinand tidak terlalu khawatir dengan keadaan Roma, sekalipun dia tidak mendapatkan kabar dari putranya itu. Karena Roma memang sangat suka memberontak dan tidak bisa diatur. Namun, dia tidak pernah menyangka kalau putranya itu akan pergi ke luar negeri tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Bahkan Roma juga berani mengganggu seorang Hengky Pranoto. Ferdinand menggertakkan gi
Roma sadar kalau ayahnya berniat untuk meninggalkannya dan memberikan nyawanya untuk kesenangan Hengky setelah mendengar perkataan ayahnya di dalam laptop. Roma langsung merasa panik. Dia memberontak dan berusaha untuk melepaskan diri dari dengan melompat ke depan laptop seraya berkata, “Ferdinand, apa maksudmu itu? Aku ini anakmu! Kenapa kamu melakukan ini sama aku?”Hengky mengerutkan keningnya ketika melihat aksi Roma yang lancang. Kemudian si laki-laki asing langsung melangkah maju dan mencengkeram Roma lalu melemparnya ke atas lantai seraya berkata, “Aku patahkan kakimu kalau kamu berani melakukan itu lagi!”Roma tidak bisa lagi mengendalikan emosinya dengan tetap berteriak ke arah laptop, “Ferdinand, kamu pasti melakukan ini karena si bajingan itu, kan! Aku tahu kalau kamu mau membawa masuk si jalang dan bajingan itu ke dalam keluarga Dirawa dengan cara menyingkirkanku. Lihat saja nanti kalau aku sudah kembali. Aku akan mematahkan kaki bajingan itu. Aku akan ….”Si laki-laki asi
“Baik,” jawab pengawal itu cepat lalu mengambil ponselnya dan bergegas menelepon Santo. Tiba-tiba saja dering ponsel terdengar dari ujung koridor tepat ketika si pengawal menelepon ponsel Santo. Hengky berbalik dan menemukan Winda serta Santo yang sedang mengobrol sambil berjalan menuju ke arahnya. Winda segera menoleh dan menemukan sepasang mata yang sedang menatapnya dingin dan dalam. Winda tersentak diikuti dengan senyuman yang membeku di wajahnya. Selain itu, ada juga raut wajah bersalah yang sedikit terlihat di wajah cantik Winda. Winda berjalan cepat menghampiri Hengky lalu berusaha untuk memegang lengan laki-laki itu seraya berkata, “Sayang, kamu sudah kembali ….”Namun, Hengky langsung meraih lengan Winda dan menariknya masuk ke dalam ruang rawat tanpa menunggu Winda menyelesaikan kalimatnya. Bisa terlihat dengan jelas kalau Hengky sedang benar-benar marah. Kedua pengawal yang berada di sekitar mereka berdua juga langsung melangkah mundur karena takut terkena amarah dari a
Senyuman di wajah Winda langsung membeku setelah mendengar jawaban dingin Hengky. Namun, dia berusaha untuk menahan rasa sakit di hatinya lalu memeluk pinggang Hengky seraya berkata, “Kapan aku bilang kalau aku setuju untuk bercerai?”Hengky langsung mengerutkan keningnya. Kemudian menatap Winda dalam dan berusaha menemukan jejak kebohongan di wajah Winda. Namun, dia tidak menemukannya sama sekali. Winda bergegas membenamkan kepalanya dalam pelukan Hengky setelah menyadari kalau Hengky sedang menatapnya seraya berkata, “Hengky, aku nggak mau bercerai sama kamu. Apa kita bisa tetap kayak dulu? Aku tahu kok kalau kamu sudah mulai suka sama aku, tapi kamu nggak mau mengakuinya.”Hengky langsung mengerjapkan matanya setelah mendengar perkataan Winda. Dia menatap perempuan yang berada di pelukannya dengan tatapan muram dan hati bergetar. Namun, Hengky bergegas menahan getaran yang terjadi di dalam hatinya. “Winda, aku kan sudah bilang jangan terlalu percaya diri. Kamu pikir aku suka sama
Hengky berusaha menahan getaran di hatinya lalu berkata, “Aku akan suruh Santo untuk temani kamu di rumah sakit sampai kamu sembuh. Kamu bisa bilang sama Santo kalau ada urusan yang harus kamu urus. Jangan sampai aku dengar kamu pergi dari rumah sakit ini diam-diam.”Kemudian Hengky berbalik dan pergi dari ruang rawat Winda tanpa memedulikan perkataan perempuan itu. Winda ingin menyusul Hengky, tapi para pengawal langsung menghentikannya. “Bu Winda, silakan kembali ke ruang rawat Ibu. Nanti akan ada suster yang membantu Ibu berganti pakaian,” ujar salah seorang pengawal. Winda menatap punggung Hengky yang semakin jauh dari pandangannya. Kekecewaan bisa terlihat jelas dari raut wajahnya. Akhirnya dia memilih untuk berbalik dan kembali ke ruang rawatnya. Di kediaman keluarga Dirawa. Dania melipat tangannya sambil duduk di sofa yang berada di ruang keluarga yang luas. Dia sedang menatap tajam ke arah perempuan yang sedang berlutut di hadapannya seraya berkata, “Kamu bersihkan di sini